• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Temuan dan Pembahasan

2. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Akhlak manusia terhadap dirinya sendiri adalah pemenuhan terhadap kebutuhan jasmaninya seperti pangan, sandang dan papan. Disamping itu manusia juga harus memenuhi kebutuhan rohaninya dengan ilmu, pengetahuan, dan kebebasan sesuai fitrahnya, sehingga ia mampu melaksanakan kewajibannya dengan baik. Cuplikan-cuplikan di bawah ini merupakan gambaran dari pesan penulis mengenai akhlak-akhlak terhadap diri sendiri.

a. Nilai Kegigihan dan Pantang Menyerah

Dalam novel ini terlihat akhlak Delisa yang gigih dalam menjaga hafalan shalatnya walau terkadang diganggu oleh kak Aisyah. Berikut ini potongan cerita yang dimaksud.

“Innashalati wa nusuki wama … wama … wama”. Delisa

kesulitan melanjutkan hafalan bacaan shalatnya. Matanya terpejam. Tangannya menjawil-jawil rambut kritingnya.” Wama … wama … wama ,,,”

“waaaa, ma-cet, nih ye! Aisyah yang sedang bermain gundu dengan Zahra tertawa kecil. Menyahut begitu saja. Menyahut begitu saja.

“kak Fatimah! kak Aisyah gangguin lagu tuh!” Delisa mengadu

seperti biasa.

Dan akhirnya kak fatimah melemparkan biji jambu ke Aisyah. Delisa amat senang dibela kembali hafalannya.6

6

Delisa tidak pernah putus asa. Kegigihannya dalam menghafal sangatlah tinggi, ia tidak pernah menyerah untuk dapat hafal dalam menghafal bacaan shalat dengan baik. Dengan demikian dapat dipahami bahwa nilai kegigihan dan pantang menyerah pada cerita ini sangatlah perlu menjadi teladan dan contoh yang baik bagi kita semua. Dalam firman Allah mengenai nilai kegigihan dan pantang menyerah dijelaskan.

س بل لْيلا نْلعج ,

م نلا نْلعج ش ع

“Dan Kami jadikan malammu sebagai pakaian, dan Kami jadikan

siang untuk mencari penghidupan,” (QS. An-naba‟:11)

b. Tanggung Jawab

Nilai tanggung jawab ingin ditanamkan ummi, khususnya tanggung jawab oleh Kak Aisyah sebagai seorang kakak bagi Delisa. Hal tersebut dapat dilihat dari potongan cerita berikut ini.

Kak Aisyah bacaannya kepelanan, Delisa mau sekarang

yang berdiri dekat Delisa Kak Zahra saja! Atau Kak Fatimah!“

Delisa membujuk umminya, meminta perubahan.

“Ya sudah…. biar Zahra atau Kak Fatimah sajalah. Aisyah

juga malas baca bacaan shalat keras-keras. Nggak khusyuk,

tahu!” Aisyah menyeringai senang (ia sebenarnya senang

terbebaskan dari beban itu). Delisa juga ikut senang mendengar kalimat Aisyah barusan. Menatap Ummi agar membuat keputusan.

Ummi menggeleng. Tidak! Ummi memang sengaja menunjuk Aisyah melakukan pekerjaan itu, agar Aisyah lebih

bertanggung jawab atas adiknya.

Yaa… Delisa dan Aisyah membujuk dengan tatapan.

Ummi menggeleng tegas sekali lagi.

Demi melihat gelengan itu Aisyah dan Delisa mengeluh bersama. Lagi-lagi Ummi menolak. Fatimah tertawa. Zahra hanya memandang datar, ah, selalu begini, kan? Mereka berdua saja yang nggak pernah cocok. Satu nggak pernah merasa suara itu cukup keras, satu lagi nggak pernah merasa suara itu cukup

kedengaran.7

7

Ummi Salamah senantiasa mengajarkan akhlak tanggung jawab kepada semua anak-anaknya agar sudah terbiasa bertanggung jawab bila sudah besar nanti. Sebagaimana tanggung jawab yang tertanam pada diri Kak Aisyah yang diberi tanggung jawab oleh Ummi Salamah untuk selalu membaca bacaan shalat dengan suara yang keras di belakang agar adiknya Delisa dapat mendengar dan mengikuti bacaan shalat yang harus dibaca ketika shalat walaupun mereka shalat berjamaah bersama Ummi Salamah. Karena Delisa lagi belajar menghafal bacaan shalat agar Delisa belajar lebih cepat. Dalam firman Allah dijelaskan.

مهء ج م ْع نم ا كْلا او نيذلا فل ْرا م اْسإْا ها نع ني لا نم ْم نْي يْغ مْلعْلا

سحْلا عيرس ها ف ها ي ْرڧْكي

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah

Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat

Allah sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. “(QS. Al-imron:19)

c. Nilai Pembiasaan dan Disiplin

Nilai akhlak yang baik tercermin dari sikap dan tingkah laku yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai akhlak yang sudah tertanam dalam diri seseorang akan selalu terbawa dari kecil hingga dewasa nanti. Sikap akhlakul karimah merupakan sikap mulia yang diajarkan Rasulullah saw yang diajarkan kepada seluruh kaum muslimin untuk bergaul dan bermuamalah kepada orang lain. Salah satunya adalah nilai pembiasaan dan disiplin. Betikut ini cuplikan cerita yang menggambarkan penerapan nilai pembiasaan dan disiplin.

“Delisa melanjutkan setoran juz’ammanya. Tapi sejenak dia berhenti, kemudian bertanya kepada umminya. “Satu lagi Ummi…. Kenapa kalau Delisa sudah baca doa sebelum tidur, Delisa tetap saja ngantuk pas sudah bangunnya… Kata Ummi tadi

kan?” Delisa teringat sesuatu, memikirkan fakta lainnya. Bertanya

sambil menguap lebar.

“Kayak sekarang, kan?” Aisyah yang sekarang duduk membaca

buku cerita nyeletuk jahil dari ujung ruang keluarga. Tetapi tak ada yang memperhatikan Aisyah. Fatimah sibuk menjelaskan sesuatu ke Zahra. pelajaran sekolah.

Ummi tersenyum memandang Delisa, “Itu karena kamu nggak baca doa bangun tidur, sayang.”

Delisa nyengir.

Ah, sudahlah. Ummi nggak percaya deh kalau Delisa bilang sudah baca. Kak Aisyah paling juga mentertawakan dia lagi.

Delisa sungguh baca kok…. Tapi ya doanya dalam bahasa

Indonesia, teks-nya juga sesuai versi Delisa sendiri…. Ya Allah,

Delisa sudah bangun, makasih ya!8

Delisa senantiasa diajarkan bangun pagi saat terbit fajar untuk shalat shubuh berjamaah walaupun usianya baru enam tahun. Akhlak senantiasa membaca doa sewaktu akan tidur dan bangun tidur. Akhlak tersebut Ummi biasakan agar saat Delisa besar nanti dapat terbiasa disiplin dengan waktu dan taat beribadah menjalankan ibadah di awal waktu serta selalu berjamaah. Delisa juga berdisiplin untuk selalu menghafal dan menyetorkan hafalan Al Qurannya kepada Umminya. Inilah yang menjadi nilai pembiasaan dan berdisiplin dalam kehidupan sehari-hari. Nilai pembiasaan dan disiplin dijelaskan dalam firman Allah.

لا اومي أف ْم ننْأمْطا ا ف ْمك ونج لع ا وع م ي ها ا ركْ ف اّلا م ْيض ا ف اّ

ْ مْلا لع ْ ن ك اّلا و ْوم ك نينم

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah

Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu

(sebagaimana biasa).” (QS. An-nisa:103)

8

d. Nilai Menepati Janji

Delisa mempunyai semangat juang yang tinggi agar dapat menggapai sesuatu yang diinginkan dan dicita-citakan. Dan Ustadz Rahman mengajarkan bagaimana akhlak menepati janji terhadap apa yang telah diucapkan dan dijanjikan kepada orang lain. Karena orang yang tidak menepati janji termasuk salah satu dari tiga ciri orang munafik. Ustadz Rahman pernah berkata jika kalian bisa membuat

Ummi kalian menangis dengan mengatakan “aku cinta ummi karena Allah” ustadz akan beri hadiah.

Lepas sekolah Delisa berlarian pulang. Ia langsung ganti pakaian dan berteriak pamit mengaji kepada Ummi. Seperti biasa mengucap salam jarak jauh. Hari ini Delisa berangkat ngaji TPA semangat sekali. Ada hadiah yang hendak ditagihnya. Tadi pagi

kan sukses besar.

Sepanjang mengaji, Delisa juga tak sabar menunggu pengajian TPA-nya usai; bahkan tidak memperhatikan banyak saat Ustadz Rahman sibuk bercerita tentang ikhlas dan tulus.

Ikhlas dan tulus? Ah, Delisa tidak mendengarkan. Ia sibuk

membayangkan hadiah yang akan ia dapat.

Ketika Ustadz Rahman mengucap salam menutup pengajian. Delisa langsung maju ke depan. Kerudung birunya dilepas lagi. Gatal! Mulutnya juga gatal menagih janji.

“Ustadz, Delisa sudah melakukan seperti yang Ustadz bilang dua hari yang lalu…”

“Yang mana?” Ustadz bertanya sambil menghapus papan tulis. Lupa –

“Duuh, kok Ustadz lupa sih. Itu, yang bilang ke Ummi! Kan

Ustadz yang bilang begini: “Nah coba kalian katakana kepada Ummi masing-masing. Nanti kalau Umminya sampai menangis,

Ustadz beri hadiah!” Delisa persis menirukan suara Ustadz

Rahman waktu itu. Amat menggemaskan caranya meniru.

Ustadz Rahman tertawa. Dia ingat sekarang. Soal kata-kata:

Aku mencintai Ummi, karena Allah. Dia memang bilang itu dua

hari lalu. Menyuruh murid TPA-nya mengatakan itu ke Ummi mereka masing-masing. Itu sunnah rasul. Kalian bilang ke seseorang yang kalian cintai karena Allah.

“Memangnya Ummi Salamah menangis?”

Delisa memandang dengan mata hijau berbinar-binar. Bangga. Mengacungkan dua jempolnya. Tob, dah!

“Bahkan Kak Fatimah, Kak Zahra, Kak Aisyah juga ikutan

Ustadz Rahman tertawa lagi. Sejauh ini taka da anak yang melapor sesukses Delisa. Atau mungkin anak-anak lain malas melakukannya. Tetapi Delisa beda, ia selalu merasa kalau sesuatu itu menarik untuk dikerjakan, pasti akan dikerjakan sungguh-sungguh. Apalagi ada hadiahnya ini. Makanya tadi pagi dia

benar-benar serius melakukannya. Dan sukses besar!

Tangan Delisa menjulur menagih janji.

Ustadz Rahman tersenyum. Merogoh saku baju koko-nya. Dia memang menyiapkannya. Siapa tahu dua-tiga hari kedepan benar-benar ada yang bisa melakukannya. Dan ternyata benar, kan? Tentu saja Delisa bisa melakukannya! Ia bahkan bisa melakukan hal-hal yang lebih seru lagi.

Delisa berseru senang. Ustadz Rahman memberikan satu batang cokelat besar. Hatinya riang. Delisa benar-benar lupa kalau shubuh tadi, sebenarnya hatinya juga ikutan terharu. Ia menangis benar-benar.9

Dari kutipan diatas dapat dipahami bahwa Ustadz Rahman telah memberikan teladan yang baik dengan menepati janji. Ustadz Rahman telah berjanji kepada anak-anak muridnya untuk memberikan

hadiah jika muridnya dapat berkata kepada orang tuanya kalimat “aku

cinta Ummi karena Allah dan dapat membuatnya menangis”.

Ternyata Delisa dapat melakukannya dengan baik dan berhasil membuat Umminya menangis. Delisa menagih janji itu, lalu Ustadz Rahman menepatinya dengan memberikan sebuah coklat kepada Delisa. Dalam Al-qur’an dijelaskan mengenai niali menepati janji.

ْمكْيلع ها م ْلعج ْ ه يكْو ْع مْيأْا اوض ن ا ْمُ ه ع ا ها ْ ع اوفْ ايڧك ها ولعْڧ م ملْعي , ْ غ ْ ض ن ي ل ك اونوك ا ْمكنْي ار ْمكن مْي ذخ ث كن و ْع نم ل م م ي ْلا ْوي ْمكل ننيبيل ه ها مكولْبي من م ْنم ْ يه م وك وڧل ْخ هيف ْم نك , ل ها ء شْول نل ْس ل ء ّي نم ْ ي ء ّي نم ُلضي نكل حا م ْمكلعج ْم نك مع ولمْع , ع ْمُ ص م ءوُسلا او ذ وبث ْع ٌ ف ْمكنْي ار ْمكن مْي ا ذخ ا ْن بس ع ْمكل ها لي ٌميظع ٌ اذ , كل ٌرْير وه ها نع من ايل نمث ها ْ ع ا ر ّْ ا ْم نك ْم وملْع , م نسْحأ ْمهرْج ا ربص نيذلا ني ْجنل ق ها نع م ڧني ْمك نع م لمْعي اون ك و , هرْج ْم ني ْجنل بيط يح هنييْحنلف ٌنمْ م وه ثن ْ رك نم حل ص لمع ْنم نسْحأ ْم ولمْعي اون ك م 9 Ibid, h. 56-58

“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dangan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat kan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan. Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan tergelincir kaki(mu) sesudah kokoh tegaknya, dan kamu rasakan kemelaratan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan bagimu azab yang pedih. Dan janganlah kamu tukar perjanjianmu dengan Allah denganharga yang sedikit (murah), sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apa yang dari sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-nahl:97)

Dokumen terkait