• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akselarasi pembangunan perdesaan

Dalam dokumen Pembangunan pedesaaan dan kemitraan agri (Halaman 43-48)

Gambar 2.3 Model Pertumbuhan Rumusan Lewis Sumber: Todaro dan Smith (2006)

2.3 Pembangunan Perdesaan

2.3.2 Akselarasi pembangunan perdesaan

Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka percepatan pembangunan wilayah termasuk perdesaan. Sebagaimana diketahui rapat kerja pemerintah pusat dan daerah yang berlangsung 21-22 Februari 2011 di Istana Bogor, Presiden SBY memaparkan masterplan yang diberi nama MP3EI 2011-2025, dalam hal ini koridor ekonomi Indonesia dibagi menjadi enam koridor yaitu Koridor Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Papua dan Maluku. Lebih lanjut dikatakan penyusunan MP3EI tidak bermaksud untuk mengganti dokumen perencanaan pembangunan yang ada seperti RPJPN dan RPJMN (Kuncoro, 2012). Pendekatan Pembangunan Koridor Ekonomi (PKE), MP3EI memberikan tema bagi pembangunan wilayah sebagai berikut:

1. MP3EI tidak diarahkan pada kegiatan eksploitasi dan ekspor SDA, tetapi lebih pada penciptaan nilai tambah.

2. MP3EI tidak diarahkan untuk menciptakan konsentrasi ekonomi pada daerah tertentu.

3. MP3EI tidak menekankan pada pembangunan ekonomi yang dikendalikan oleh pusat, tetapi pada sinergi pembangunan sektoral dan daerah untuk menjaga keuntungan kompetetif nasional.

36

P e m b a n g u n a n E k o n o m i 36

4. MP3EI tidak menekankan pada pembangunan transportasi darat saja, tetapi pada pembangunan transportasi yang seimbang antara darat, laut dan udara.

5. MP3EI tidak menekankan pada pembangunan infrastruktur yang mengandalkan anggaran pemerintah semata, tetapi juga pembangunan infrastruktur yang menekankan kerjasama pemerintah dengan swasta (KPS).

Akselerasi pembangunan dengan MP3EI, sebagaimana Gambar 2.6 mensyaratkan pembiayaan yang memadai. Masalahnya, daerah masih mengandalkan pembiayaan pembangunannnya dari dana perimbangan yang dikucurkan oleh pemerintah pusat. Transfer dana ke daerah dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil (DBH), dan Dana Otonomi Khusus (DOK) ternyata belum mampu menurunkan kesenjangan pembangunan antara daerah secara signifikan. Sebaliknya, kesenjangan antar daerah masih melebar dan meningkat.

Akselarasi pembangunan perdesaan ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi sumberdaya yang dimiliki oleh desa bersangkutan yang merupakan sumber percepatan pembangunan desa baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Sebagai salah satu contoh faktor internal adalah ketersediaan infrastruktur, hal ini sesuai dengan MP3EI point 5. Ketersediaan infrastruktur yang memadai merupakan salah satu syarat tercapainya tujuan pembangunan, terutama pembangunan ekonomi. Infrastruktur yang baik menciptakan akses yang lebih murah kepada masyarakat perdesaan baik berupa akses transportasi, komunikasi maupun energi. Hampir semua literatur pembangunan mengakui bahwa infrastruktur berfungsi sebagai katalis bagi pembangunan yang tidak saja dapat meningkatkan akses terhadap sumberdaya, tetapi juga dapat meningkatkan efektivitas intervensi pemerintah (Arsyad,dkk., 2011). Ketersediaan infrastruktur, khususnya yang tepat guna dan berkualitas, merupakan persyaratan untuk memecahkan masalah pembangunan perdesaan dan sekaligus mempercepat pembangunan perdesaan. Ketersediaan infrastruktur dapat mendukung aktivitas sosial-

37

P e m b a n g u n a n E k o n o m i 37

ekonomi keseharian masyarakat, meningkatkan kualitas SDM dan mendorong pembangunan kawasan perdesaan.

Gambar 2.6. Pendekatan Penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

Sumber : Alisjahbana dalam Kuncoro (2012)

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Pembangunan Nasional (RPJMN, RPJMD,Dunia Usaha) Pembangunan Sistem Logistik Nasional Kebijakan Sektoral (Sistranas Roadmap ICT, dsb) Rencana Induk Pembangunan Koridor Ekonomi Nasional

Rencana Aksi Penguatan Konektivitas Nasional KEBIJAKAN SEKTORAL (Sistranas, IPTEK,dsb) Penguatan Konektivitas Nasional PENGEMB ANGAN KORIDOR EKONOMI Sektoral Regional

38

P e m b a n g u n a n E k o n o m i 38

Selain ketersedian infrastruktur, faktor lain yang perlu dikaji dalam mempercepat proses pembangunan perdesaan adalah analisis mengenai kondisi perdesaan yang difokuskan ke dalam indikator- indikator pengukur keberhasilan pembangunan perdesaan. Indikator-indikator tersebut adalah infrastruktur (fisik, ekonomi, pendidikan, kesehatan), kondisi pendidikan, kondisi kesehatan, pembangunan pertanian, tingkat industrialisasi, perkembangan usaha non-pertanian, tingkat rawan bencana, aspek kelembagaan&modal sosial dan aspek sosial budaya.

1. Infrastruktur, meliputi : 1) kapasitas infrastruktur fisik yang terdiri dari infrastruktur transportasi, infrastruktur komunikasi, infrastruktur listrik. 2) Infrastruktur ekonomi. Kapasitas infrastruktur ekonomi sebagai salah satu prasarana penunjang kegiatan ekonomi di perdesaan sangat mutlak diperlukan dalam rangka mempercepat terjadi proses pembangunan perdesaan. Minimnya keberadaan infrastruktur penunjang kegiatan ekonomi, merupakan masalah klasik yang dihadapi perdesaan, lebih-lebih Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Kapasitas infrastruktur ekonomi ini seperti usahatani berbadan hukum, kios sarana produksi, ketersediaan pasar dan jarak ke pusat pertokoan, keberadaan lembaga keuangan (bank dan bukan bank) dan akses pada kredit. 3) Infrastruktur kesehatan. Faktor kesehatan adalah merupakan salah satu yang menentukan kulaitas SDM. Maka dalam hal ini, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rangka mempercepat proses pembangunan perdesaan adalah a) ketersediaan fasilitas kesehatan publik, b) jarak desa ke fasilitas kesehatan publik, c) aksebilitas desa ke fasilitas kesehatan publik, d) jumlah tenaga medis dan paramedis di perdesaan, kapasitasserta tingkat jangkauan layanan per tenaga pelayan kesehatan, e) fasilitas penunjang kesehatan di perdesaan. 4) Infrastruktur pendidikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah a) ketersediaan fasilitas pendidikan, b) jarak ke fasilitas Pendidikan Dasar.

2. Pembangunan Pertanian di Perdesaan. Pertanian merupakan karakteristik utama dari perekonomian perdesaan. Akselerasi pembangunan perdesaan tidak terlepas dari pembangunan

39

P e m b a n g u n a n E k o n o m i 39

pertanian. Oleh sebab itu, dalam rangka mempercepat pembangunan perdesaan, maka harus memperhatikan kondisi; a) usahatani subsisten, b) penggunaan lahan pertanian di perdesaan, c) komoditas pertanian utama.

3. Tingkat Industrialisasi di Perdesaan. Dalam proses transisi menuju masyarakat modern, industrialisasi cukup memegang peranan penting. Dengan demikian upaya Kabupaten Kutai Kartanegara dalam mempercepat pembangunan perdesaan untuk mencapai kesejahteraan masyarakatnya tidaklah salah kalau tetap meningkatkan usaha perkebunan kelapa sawit. Hal- hal yang perlu dianalisis adalah a) ketersediaan prasarana penunjang industrialisasi, b) jumlah industri berdasarkan skala usaha, c) industri kecil menurut bidang usaha.

4.

Perkembangan Usaha Non Pertanian. Untuk Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat ketimpangan antara sektor ekstraktif (pertambangan) dan sektor produktif (manufaktur). Ini menjadi perhatian bagi semua pihak, walaupun sektor pertambangan nampak mempercepat pembangunan perdesaan, namun disisi lain banyak yang lepas dari perhatian, terlebih-lebih program CSR oleh perusahaan tidak pernah berjalan optimal. Kerusakan lingkungan yang semakin parah, dan masalah sosial lainnya, cermati eks pertambangan emas yang terjadi di Long Iram Kutai (Sekarang Kutai Barat) dan beberapa daerah yang batubaranya telah habis ditambang.

5. Pendidikan dan Kesehatan. Bagian awal telah disebutkan bahwa sumber daya manusia merupakan penentu bagi maju tidaknya, cepat tidaknya proses pembangunan perdesaan. Hal-hal yang perlu dikaji adalah a) tingkat melek huruf, b) tingkat partisipasi sekolah, c) morbiditas.

6. Tingkat Rawan Bencana. Kerentanan sebuah desa terhadap bencana alam mempengaruhi efektivitas dan percepatan proses pembangunan perdesaan. Pada daerah rawan bencana juga sering dijumpai masalah-masalah pendidikan dan kesehatan. 7. Aspek Kelembagaan dan Modal Sosial. Selama ini dalam rangka

mempercepat proses pembangunan perdesaan, perhatian terhadap peran institusi, budaya dan struktur sosial masyarakat

40

P e m b a n g u n a n E k o n o m i 40

hampir tidak ada. Hal yang perlu diperhatikan dalam akselerasi pembangunan perdesaan pada aspek ini adalah ketersediaan organisasi sosial kemasyarakatan, stabilitas politik dan keamanan, modal sosial.

8. Aspek sosial budaya. Penyebaran masyarakat dari berbagai etnis di sebuah wilayah perdesaan tentu saja turut memperkaya nilai- nilai budaya dari masyarakat setempat. Proporsi desa multi etnis di Kalimantan tergolong tinggi yaitu mencapai 77 persen (Arsyad, dkk., 2011). Adanya multi etnis ini juga mempengaruhi cepat tidaknya pembangunan sebuah desa. Sebagaimana sebagian besar perdesaan di Kabupaten Kutai Kartanegara yang masyarakatnya multi etnis menunjukkan proses pembangunan perdesaan lebih cepat terjadi, sebagaimana pengamatan penulis untuk di Desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu (sekarang dimekarkan menjadi Desa Jembayan, Desa Jembayan Tengah dan Desa Jembayan Dalam). Percepatan pembangunan perdesaan pada dasarnya tidak terdapatnya rencana dan strategi pembangunan yang konsisten dan berkelanjutan. Sebagaimana Jamal (2008) menyimpulkan bahwa kelemahan mendasar pembangunan perdesaan di Indonesia adalah belum adanya suatu grand strategy yang menjadi acuan semua pihak yang bergerak pada upaya ini.

Dalam dokumen Pembangunan pedesaaan dan kemitraan agri (Halaman 43-48)