• Tidak ada hasil yang ditemukan

Migrasi Desa-Kota

Dalam dokumen Pembangunan pedesaaan dan kemitraan agri (Halaman 51-55)

Gambar 2.3 Model Pertumbuhan Rumusan Lewis Sumber: Todaro dan Smith (2006)

2.3 Pembangunan Perdesaan

2.3.4. Migrasi Desa-Kota

Tidak disangkal lagi bahwa pemahaman masyarakat umum tentang kota adalah sebagai pusat surganya dunia dan sumber kesejahteraan hidup manusia. Sedangkan desa adalah sumber kemelaratan. Pemahaman masyarakat yang keliru ini tidak menutup kemungkinan semakin numpuknya masalah yang dihadapi baik di perkotaan maupun di perdesaan. Dorongan dari perdesaan dan tarikan dari wilayah perkotaan seringkali dibedakan dalam diskusi tentang migrasi. Acuan pada dorongan dan tarikan tersebut berfungsi menekan pentingnya motif khusus dalam memutuskan bermigrasi (Gilbert dan Gugler, 1996).

Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan utama menetap dari satu tempat ke tempat lain melampau batas politik/negara ataupun batas administratif/batas bagian dalam suatu negara. Jadi migrasi sering diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain. Ada dua dimensi penting yang perlu ditinjau dalam menelaah migrasi, yaitu dimensi waktu dan dimensi daerah. Untuk dimensi waktu, ukuran yang pasti tidak ada karena sulit menentukan beberapa lama seseorang pindah tempat tinggal untuk dapat dianggap sebagai seorang migrasi, tetpai biasanya digunakan definisi yang ditentukan dalam sensus penduduk (Munir, 2007).

Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor-faktor pendorong migrasi misalnya:

1. Makin berkurangnya sumber-sumber alam, menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu atau bahan dari pertanian.

2. Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya di perdesaan) akibat masuknya teknologi yang menggunakan mesin-mesin (capital intensive).

3. Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama, suku di daerah asal.

44

P e m b a n g u n a n E k o n o m i 44

4. Tidak cocok lagi dengan adat/budaya/kepercayaan di tempat asal.

5. Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak bisa mengembangkan karir pribadi.

6. Bencana alam baik banjir, kebakaran, gempa bumi, musim kemarau panjang atau wabah penyakit.

Faktor-faktor penarik migrasi antara lain :

1) Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk memasuki lapangan pekerjaan yang cocok.

2) Kesempatan memperoleh pendapatan yang lebih baik. 3) Kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.

4) Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim, perumahan, sekolah, dan fasilitas-fasilitas kemasyarakatan lainnya.

5) Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang desa atau kota kecil.

Masa yang besar di perdesaan secara potensial aktif. Mereka juga memahami adanya kesenjangan standar hidup antara di desa dan di kota. Banyak diantara mereka yang bersiap-siap untuk pindah ke kota jika mereka yakin akan kehidupan di kota, walaupun pekerjaan untuk kaum migran kota semakin sulit, bahkan jumlah mereka yang menganggur dan setengah menganggur semakin meningkat. Sebagian migran datang ke kota dengan kualifikasi tertentu atau memiliki koneksi-koneksi yang tepat, sehingga mampu mendapatkan pendapatan yang memuaskan di kota. Banyak juga yang tidak begitu beruntung.

Perpindahan individu-individu merupakan fokus banyak analisis migrasi, dan kecenderungan ini didukung oleh fakta bahwa migrasi biasanya melibatkan orang-orang muda yang masih belum bekerja. Tetapi dalam banyak kasus migrasi tidak hanya merupakan suatu perpindahan sekaligus, agaknya terdapat jenis-jenis perpindahan yang berangsur-angsur sepanjang waktu atau yang biasa disebut karier migrasi. Menurut Gilbert dan Gugler (1996), ada tiga pola migrasi desa-kota yang penting di negara-negara Dunia Ketiga :

45

P e m b a n g u n a n E k o n o m i 45

a. Migrasi temporer kaum laki-laki yang terpisah dari keluarga mereka.

b. Migrasi keluarga ke wilayah perkotaan yang diikuti oleh migrasi balik ke kampung halaman.

c. Pembangunan rumah tangga keluarga urban yang permanen.

Migrasi desa-kota telah meningkat pesat, dan pembangunan di perkotaan memainkan peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Migrasi memperburuk ketidakseimbangan struktural antara desa dan kota secara langsung dalam dua hal. Pertama, di sisi penawaran, migrasi internal secara berlebihan akan meningkatkan jumlah pencari kerja di perkotaan yang melampui tingkat atau batasan pertumbuhan penduduk, yang sedianya masih dapat didukung oleh segenap kegiatan ekonomi dan jasa-jasa pelayanan yang ada di daerah perkotaan. Kedua, di sisi permintaan, penciptaan kesempatan kerja di daerah perkotaan lebih sulit dan jauh lebih mahal daripada penciptaan lapangan kerja di perdesaan, karena kebanyakan jenis pekerjaan sektor-sektor industri di perkotaan membutuhkan angka input-input komplementer yang sangat banyak jumlah maupun jenisnya (Todaro dan Smith, 2006). Lebih lanjut dikatakan pola migrasi adalah hal yang komplek. Jenis migrasi yang paling penting jika ditinjau dari sudut pandang pembangunan jangka panjang adalah migrasi dari desa ke kota (rural-urban migration), namun migrasi dari desa- ke desa, kota ke kota dan bahkan migrasi dari kota ke desa pun terjadi dalam jumlah besar. Migrasi dari desa ke kota adalah yang paling penting karena pangsa jumlah penduduk yang menempati daerah perkotaan terus bertambah meskipun tingkat fertilitas di kota jauh lebih rendah daripada di desa, dan perbedaan ini cukup mempengaruhi migrasi dari desa ke kota.

Berikut disajikan model migrasi Todaro, dimana teori ini bertolak dari asumsi bahwa migrasi dari desa ke kota pada dasarnya merupakan suatu fenomena ekonomi. Oleh karena itu, keputusan untuk melakukan migrasi juga merupakan suatu keputusan yang telah dirumuskan secara rasional; para migran tetap saja pergi, meskipun mereka tahu betapa tingginya tingkat pengangguran yang ada di daerah-daerah perkotaan. Selanjutnya, model Todaro

46

P e m b a n g u n a n E k o n o m i 46

mendasarkan diri pada pemikiran bahwa arus migrasi itu berlangsung sebagai tanggapan terhadap adanya perbedaan pendapatan antara kota dengan desa. Pendapat yang dipersoalkan di sini bukalah penghasilan yang aktual, melainkan penghasilan yang diharapkan (expected income). Dalil dasar dalam model ini adalah bahwa para migran senantiasa mempertimbangkan dan membanding-bandingkan berbagai macam pasar tenaga kerja yang tersedia bagi mereka di sektor perdesaan dan perkotaan, serta kemudian memilih salah satu diantaranya yang dapat memaksimumkan keuntungan yang diharapkan (expected gains) dari migrasi. Selanjtnya sebagaimana disajikan pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Model Migrasi Harris-Todaro Sumber : Todaro dan Smith, 2006

Z E A WA W*Ā W**A q M’ M WM OM OA q’ A’ LA LĀ LM’ LUS Tingkat upah di sektor pertanian Tingkat Upah di sektor industri atau manufaktur LUS A M

Peran Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Perdesaan 47

BAB III

PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

Dalam dokumen Pembangunan pedesaaan dan kemitraan agri (Halaman 51-55)