• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGERTIAN, PRINSIP, DAN TUJUAN KEMITRAAN

Dalam dokumen Pembangunan pedesaaan dan kemitraan agri (Halaman 77-82)

4.1

Pengertian Kemitraan

Upaya meningkatkan produktivitas pertanian, terutama petani di perdesaan terus digalakkan. Berbagai upaya yang telah dan sedang dilaksanakan adalah dengan meningkatkan kerjasama perusahaan besar dengan petani yang berada di wilayah konsesi perkebunannya. Bentuk-bentuk kerjasama tersebut berupa pertanian kontrak. Berbagai istilah berkaitan dengan kontrak pertanian, yakni kemitraan, outgrower, inti-plasma, dan pertanian satelit (Glover dan Kusterer, 1990). Di Indonesia usaha pertanian kontrak (contract

farming) telah lama digalakkan dan berkembang ke dalam berbagai

bentuk, di antaranya adalah PIR (Perusahaan Inti Rakyat) dan akhir- akhir ini lebih dikenal dengan istilah kemitraan. Kontrak pertanian menurut Roy sebagaimana dikutip oleh Glover dan Kusterer (1990) adalah kontrak kesepakatan antara petani dan perusahaan, baik secara lisan maupun tertulis terkait dengan produksi dan/atau pemasaran produk pertanian.

Contract farming diartikan sebagai suatu cara mengatur

produksi pertanian di mana petani-petani kecil atau outgrowers

diberikan kontrak untuk menyediakan produk-produk pertanian untuk sebuah usaha sentral sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan dalam sebuah perjanjian (contract). Badan sentral yang membeli hasil tersebut dapat menyediakan nasihat teknis, kredit,

70

Pengertian, Prinsip, dan Tujuan Kemitraan

70

dan masukan-masukan lainnya, serta menangani pengolahan dan pemasaran. Sistem ini juga dijuluki 'core satellite model' (model inti- satelit), di mana inti membeli hasil primer dari petani-petani satelit yang telah dikontrak (Chotim, 1996).

Dewasa ini bentuk kerjasama yang semakin popular di Indonesia terutama di sub sektor perkebunan kelapa sawit adalah bentuk kerjasama berupa kemitraan.Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1997 pasal 1 tentang kemitraan, yang dimaksud dengan kemitraan adalah kerja sama usaha antara usaha kecil dan usaha menengah dan atau usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah dan atau usaha besar dengan memerhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Prawirokusumo (2001) menyatakan bahwa kemitraan usaha merupakan manifestasi dari kebersamaan atau keterkaitan sumber daya dalam bidang produksi, pengolahan, distribusi, pemasaran, penelitian, rekayasa, alih teknologi, pembiayaan, dan dalam bidang servis. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan arti kata kemitraan adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Kemitraan diartikan sebagai hubungan atau jalinan kerja sama sebagai mitra.

Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 9, Tahun 1995, yang menyebutkan bahwa kerja sama antara usaha kecil dan usaha menengah atau usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memerhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 tentang perkebunan, konsep kemitraan adalah perusahaan perkebunan sebagai inti melakukan kemitraan yang saling menguntungkan, saling menghargai, saling bertanggung jawab, saling memperkuat, dan saling ketergantungan dengan kebun, karyawan, dan masyarakat sekitar perkebunan sebagai plasma. Menurut Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 03, Tahun 2008, yang dimaksud dengan program kemitraan pembangunan perkebunan adalah dalam setiap penyelenggaraan perkebunan diterapkan kemitraan secara

71

Pengertian, Prinsip, dan Tujuan Kemitraan

71

terbuka sehingga terjalin saling keterkaitan dan saling ketergantungan secara sinergis antarpelaku usaha perkebunan.

4.2 Prinsip-Prinsip Kemitraan

Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 menjelaskan bentuk kemitraan yang ideal adalah yang saling memperkuat, saling menguntungkan, dan saling menghidupi. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya prinsip kemitraan adalah saling menguntungkan dan membutuhkan. Adanya saling percaya dan saling bergantung antara perusahaan mitra dan petani peserta kemitraan perlu dibangun sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai.Pada kenyataannya terdapat kesenjangan antara perusahaan mitra dan petani peserta, seperti dalam penguasaan teknologi, keterampilan, terutama budaya bisnis yang berorientasi pada keuntungan yang telah tertanam pada perusahaan yang berbeda jauh dengan budaya petani yang masih subsisten. Namun, dengan adanya keinginan untuk memberdayakan petani oleh semua pihak terutama perusahaan mitra, maka hubungan sinergis antara pelaku kemitraan akan dapat terwujud.

Kemitraan adalah kerja sama yang sinergis antara dua pihak atau lebih untuk melaksanakan suatu kegiatan.Kelestarian kemitraan harus dilandasi oleh prinsip-prinsip, yaitu (1) saling membutuhkan, (2) saling bergantungan, (3) saling percaya, (4) saling menguntungkan, (5) saling mendukung, (6)saling membangun, dan (7) saling melindungi (Mardikanto, 2009).

Peningkatan nilai tambah yang diperoleh petani peserta kemitraan di samping adanya peningkatan pendapatan juga diperoleh akses alih teknologi dan peningkatan keterampilan sehingga produktivitas kerja petani meningkat yang pada akhirnya berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan petani. Menurut Hayami dan Rutan (1985), produktivitas pada sektor pertanian didukung oleh inovasi dan teknologi. Di negara-negara berpendapatan rendah tampak bahwa produktivitas petani masih rendah. Untuk itu, dalam rangka meningkatkan produktivitas diperlukan pelatihan teknis dan peningkatan pengetahuan petani (Mellor, 1974). Manfaat kemitraan bagi perusahaan mitra adalah

72

Pengertian, Prinsip, dan Tujuan Kemitraan

72

diperoleh jaminan bahan baku TBS yang berkelanjutan. Bukti empiris yang menunjukkan pengaruh kemitraan terhadap pendapatan sebagaimana hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Warning dan Key (2002); Tripathi et al. (2005); Saenz-Sgura (2006); Nagaraj et al. (2008); Kumar dan Kumar-K (2008); Bolwig et al. (2009) dan Indarsih et al. (2010).

Pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan merupakan komponen pembentuk kompetensi. Hubungan kemitraan yang sinergis dan adanya kemauan pihak yang bermitra, baik perusahaan maupun petani, maka kemitraan akan mampu meningkatkan kompetensi petani yang selanjutnya akan berpengaruh pada produktivitas kerja petani.Sebagaimana hasil penelitian Gunes (2007) bahwa pengalaman petani peserta kontrak pertanian berpengaruh positif terhadap produktivitas. Selanjutnya penelitian Swain (2008) menemukan bahwa pertanian kontrak merangsang adanya transfer teknologi dan meningkatkan keterampilan petani.

Hasil-hasil penelitian di atas sejalan dengan prinsip-prinsip kemitraan sebagaimana dijelaskan dalam:

1. Undang Undang Republik Indonsesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengahmenjelaskan prinsip- prinsip kemitraan meliputi; prinsip saling memerlukan, saling mempercayai, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Selanjutnya dijelaskan bahwa Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat memfasilitasi, mendukung, dan menstimulasi kegiatan kemitraan, yang saling membutuhkan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan. Untuk pemberdayaan Usaha Perkebunan, Perusahaan Perkebunan melakukan kemitraan Usaha Perkebunan yang saling menguntungkan, saling menghargai, saling bertanggung jawab, serta saling memperkuat dan saling ketergantungan dengan Pekebun, karyawan, dan masyarakat sekitar Perkebunan.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1997 Tentang Kemitraan. Berdasarkan peraturan ini prinsip- prinsip kemitraan meliputi;

73

Pengertian, Prinsip, dan Tujuan Kemitraan

73

b) Prinsip saling memperkuat, dan c) Prinsip saling menguntungkan.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pasal 10 menyebutka prinsip-prinsip kemitraan meliputi;

a. Prinsip saling membutuhkan b. Prinsip saling mempercayai c. Prinsip saling memperkuat, dan

d.

Prinsip saling menguntungkan

4.3

Tujuan Kemitraan

Kerjasama kemitraan dengan memegang teguh pada prinsip- prinsip kemitraan dan etika bisnis yang sehat akan meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan usaha. Tujuan kemitraan yang diharapkan bagi mitra binaan yaitu adanya pembinaan keterampilan, adanya alih teknologi, pemasaran hasil yang berkelanjutan, dan peningkatan pendapatan. Sedangkan bagi Perusahaan Pembina akan diperoleh bahan baku yang berkelanjutan, keamanan dan kenyaman usaha, dan adanya hubungan yang harmonis sehingga usaha dapat berjalan dengan lancar serta berkelanjutan. Sebagaimana Sumardjo dkk. (2004) mengemukakan bahwa tujuan kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas sumber daya kelompok mitra, peningkatan skala usaha, serta menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok usaha mandiri.

Pada Keputusan Menteri Pertanian Nomor 940/Kpts/OT.210/10/1997 dijelaskan tujuan kemitraan usaha adalah:

a. Untuk meningkatkan pendapatan, b. Untuk keseimbangan usaha,

c. Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok mitra, d. Untuk peningkatan skala usaha dalam rangka menumbuhkan

dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra yang mandiri.

Dalam dokumen Pembangunan pedesaaan dan kemitraan agri (Halaman 77-82)