• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Kelembagaan (Koperasi)

Dalam dokumen Pembangunan pedesaaan dan kemitraan agri (Halaman 120-125)

Pendayaan Pengkapasitasan

5. Kriteria Ganda Scitovsky

7.2 Pengembangan Kelembagaan (Koperasi)

Demokrasi ekonomi merupakan dasar kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Untuk mewujudkan kedaulatan ekonomi ditangan rakyat, untuk itu diperlukan suatu wadah perekonomian yang mengutamakan hajat hidup orang banyak. Bentuk yang cocok

113

Berbagai Pola Kemitraan Agribisnis 113

untuk menampung aspirasi ekonomi masyarakat adalah koperasi. Ropke (2000) mengemukakan beberapa pendapat ahli terhadap definisi koperasi sebagai berikut:

1. Abrahamson (1976). Badan usaha koperasi dimiliki oleh anggota, yang merupakan pemakai jasa (users). Fakta ini membedakan koperasi dari badan usaha (perusahaan) bentuk lain yang pemiliknya, dasarnya para penanam modalnya (investor)

2. Richard Kohls (1961). Sebagai konsep pertama dari beberapa konsep mendasar yang membedakan koperasi dari perusahaan bentuk lain adalah bahwa kepemilikan dan pengawasan terhadap badan usaha tersebut harus dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa/pelayanan badan usahanya itu.

3. Babcock (1935). Suatu organisasi usaha yang para pemiliknya/anggotanya adalah juga pelanggan utama/kliennya, akan diidentifikasikan sebagai suatu koperasi. Kriteria identifikasi dari suatu koperasi akan merupakan prinsip identitas; para pemilik dan pengguna jasa dari pelayanan suatu unit usaha adalah orang yang sama.

Menurut ILO (dalam Partomo, 2009) mengemukakan suatu organisasi koperasi adalah suatu perkumpulan dari sejumlah orang yang bergabung secara sukarela untuk mencapai suatu organisasi yang diawasi secara demokratis, melalui penyetoran suatu kontribusi yang sama untuk modal yang diperlukan dan melalui pembagian risiko serta manfaat yang wajar dari usaha, di mana para anggotanya berperan secara aktif. Definisi yang maknanya sama dikemukakan oleh Kartasapoetra, dkk (2001) koperasi adalah suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan para anggotanya.

Upaya mewujudkan koperasi yang mandiri sangat tepat dengan konsepsi pemberdayaan, karena kemandirian adalah merupakan salah satu prinsip yang hakiki. Kemandirian bagi koperasi mengandung makna dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada pihak lain, dilandasi oleh kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan, kemampuan dan usaha sendiri. Dalam kemandirian

114

Berbagai Pola Kemitraan Agribisnis 114

terkandung pula makna kebebasan yang bertanggung jawab, dan kehendak untuk mengelola diri sendiri. Untuk itu, semangat pembangunan koperasi adalah sesuai dengan semangat dan nafas pembangunan yang berakar pada misi pemberdayaan masyrakat, yaitu pembangunan untuk mewujudkan kemandirian masyarakat.

7.2.1 Pengembangan Koperasi Berorientasi Bisnis

Koperasi dapat menghimpun dan memobilisasi potensi masyarakat dalam suasana kebersamaan dan kekeluargaan. Namun demikian bukan berarti bahwa koperasi dapat dikolola tanpa memperhatikan prinsip-prinsip manajemen yang baik, yang memerlukan kaum profesional yang mampu menjalankan usaha. Hal inilah salah satu tantangan yang harus dihadapi untuk dapat menumbuhkan koperasi sebagai badan usaha yang bukan hanya berpartisipatif dan demokratis, tetapi hendaknya dikelola secara modern dengan efisiensi dan produktivitas yang tinggi. Pendeknya koperasi seyogyanya juga dapat dikembangkan yang berorientasi bisnis.

Potensi koperasi untuk tumbuh menjadi usaha skala besar perlu terus ditingkatkan antara lain melalui perluasan jaringan usaha koperasi, keterkaitan dengan usaha hulu dan hilir baik dalam usaha negara maupun usaha swasta. Untuk itu pengembangan usaha koperasi terletak pada kemauan atau dukungan politik dan kesiapan masyarakat. Persoalannya sekarang adalah bagaimana mewujudkannya (Syaukani-HR, 1999).

Pemahaman tentang pentingnya pengembangan koperasi sebagai badan usaha yang tangguh yang secara nyata mampu dalam ikut serta mengembangkan aktivitas ekonomi bagi masyarakat perlu dibahas dari dua sisi yang saling terkait yaitu pengembangan bidang ekonomi itu sendiri serta arah pengembangan koperasi (Prawirokusumo, 2001). Pengembangan koperasi di perdesaan sebagai badan usaha yang selama ini dikenal dengan program pengembangan koperasi perdesaan atau KUD sengat erat kaitannya dengan konsepsi dan orientasi pengembangan agribisnis yang memerlukan sentuhan profesionalisme dalam rangka menghadapi perubahan tatanan perekonomian. Sebagaimana tulisan Wardoyo (2007) tentang Meningkatkan Taraf Hidup Petani melalui

115

Berbagai Pola Kemitraan Agribisnis 115

Pemberdayaan KUD, yang menyimpulkan bahwa KUD yang berdaya, taraf hidup petani anggota meningkat.

Petani pada umumnya terperangkap pada sistem usahatani berskala kecil dan teknologi dengan efisiensi yang relatif rendah, modal kerja dan investasi yang terbatas, serta pengembangan agribisnis yang belum sepenuhnya berorientasi pada pasar, sehingga kemampuan bersaing dengan produk agribisnis dari luar juga relatif rendah. Dalam kondisi seperti itu rekayasa kelembagaan menjadi salah satu kunci yang cukup penting untuk mendapatkan perhatian. Rekayasa kelembagaan yang diperlukan adalah kelembagaan yang bukan saja mampu mendorong perkembangan agribisnis memasuki pasar terbuka, melainkan juga yang mampu memberi makna yang lebih besar bagi upaya peningkatan kesejahteraan para petani. Agribisnis sebagai bisnis yang berbasis pedesaan melalui rekayasa kelembagaan seharusnya secara proporsional lebih besar dimiliki dan dinikmati hasilnya oleh masyarakat perdesaan. Secara konsepsi rekayasa kelembagaan yang seperti inilah yang sesuai dengan konsepsi pengembangan koperasi di perdesaan (Prawirokusumo, 2001). Lebih lanjut dikatakan untuk mencapai sasaran pengembangan koperasi pada umumnya sebagaimana yang diinginkan, maka perlu langkah-langkah :

1

. Meningkatkan prakarsa, kemampuan dan peran serta gerakan koperasi melalui peningkatan kualitas SDM dalam rangka mengembangkan dan memantapkan kelembagaan dan usaha untuk mewujudkan peran utamanya di segala bidang kehidupan ekonomi rakyat.

2. Menciptakan iklim usaha yang makin kondusif sehingga memungkinkan koperasi mendapat kesempatan atau akses berbagai sumber daya yang penting.

7.2.2 Peran Koperasi Dalam Pengembangan

Ekonomi Kerakyatan

Pada umumnya dalam setiap kebijaksanaan pembangunan, kepentingan rakyat dan perekonomian rakyat selalu menjadi perhatian utama, tetapi dalam kenyataan, rakyat hanya menjadi bahan argumentasi dari arti penting mengapa suatu kebijaksanaan pembangunan atau ditetapkannya suatu program dan proyek

116

Berbagai Pola Kemitraan Agribisnis 116

pembangunan (Rintuh dan Miar, 2005). Ekonomi kerakyatan adalah merupakan sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat di bidang ekonomi. Ekonomi kerakyatan memiliki prinsip bahwa perekonomian disusun sebagai usaha berdasarkan atas azas kekeluargaan, selain itu ekonomi kerakyatan juga menginginkan kemakmuran rakyat. Prinsip-prinsip ekonomi kerakyatan tersebut terkandung dalam koperasi. Peran koperasi sangat penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi kerakyatan serta dalam mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi. Demokrasi ekonomi mempunyai ciri-ciri; demokratis, kebersamaan, kekeluargaan dan keterbukaan (Prawirokusumo, 2001). Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 4 UU koperasi Nomor 25 Tahun 1992 fungsi dan peran koperasi adalah: 1) membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya, 2) berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat, 3) memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya, 4) berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Keberadaan beberapa koperasi telah dirasakan peran dan manfaatnya bagi masyarakat, walaupun derajat dan intensitasnya berbeda. Terdapat setidaknya tiga tingkat bentuk eksistensi koperasi bagi masyarakat, pertama koperasi dipandang sebagai lembaga yang menjalankan suatu kegiatan usaha tertentu, kedua koperasi telah menjadi alternatif bagi usaha lain, dan ketiga koperasi menjadi organisasi yang dimiliki anggotanya (Krisnamurthi, 2002). Untuk menjadikan koperasi sebagai ujung tombak peningkatan kesejahteraan masyarakat, terdapat beberapa kondisi yang harus dipenuhi, yakni; 1) dukungan modal, 2) profesionalisme pengurus dan manajer, 3) kemitraan yang berkelanjutan, 4) dukungan dari pemerintah, 5) dukungan dari anggota, dan 6) mengutamakan pelayanan kebutuhan anggota (Wardoyo dan Prabowo, 2007). Dalam rangka meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya saing,

117

Berbagai Pola Kemitraan Agribisnis 117

koperasi harus mampu berpacu tidak lagi mengandalkan sumber daya alam yang dimiliki, tetapi juga menggunakan sumber daya manusia (SDM) yang lebih bermutu dan berwawasan IPTEK. Dengan kata lain, keunggulan kompetitif harus dibangun melalui peningkatan mutu sumber daya manusia dan kemampuan menguasai teknologi. Upaya ini dapat ditempuh dengan mendorong hubungan kerjasama dengan perusahaan swasta besar dalam bentuk kemitraan (Prawirokusumo, 2001).

7.3

Peran

Kemitraan

dalam

Pengembangan

Dalam dokumen Pembangunan pedesaaan dan kemitraan agri (Halaman 120-125)