• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS RELASI GENDER DALAM KOWAR

5.2 Akses untuk Memperoleh Sumberdaya dan Manfaat

merupakan salah satu alat dalam menganalisis relasi gender dalam KOWAR. Sumberdaya yang dimaksud adalah uang, pekerjaan, peralatan, dan pendidikan/pelatihan dalam KOWAR. Sedangkan manfaat adalah pendidikan/pelatihan, SHU, status, dan kekuasaan dalam KOWAR.

Akses perempuan dan laki-laki untuk memperoleh sumberdaya dan manfaat dalam KOWAR dibedakan menjadi tinggi dan rendah. Akses dalam memperoleh sumberdaya dan manfaat dikatakan tinggi apabila perempuan dan laki-laki memiliki peluang dan kemudahan dalam mendapatkan uang, pekerjaan, peralatan, dan pendidikan/pelatihan dalam KOWAR. Sebaliknya, apabila perempuan dan laki-laki memiliki kesulitan dan peluang yang rendah untuk mendapatkan uang, pekerjaan, peralatan, dan pendidikan/pelatihan dalam KOWAR, maka akses perempuan dan laki-laki untuk memperoleh sumberdaya dan manfaat dalam KOWAR dikatakan rendah.

Tabel 7. Jumlah dan Persentase Akses Responden untuk Memperoleh Sumberdaya dan Manfaat dalam KOWAR, Tahun 2009

Akses Laki-laki (n) (%) Perempuan (n) (%) Jumlah (n) (%)

Tinggi 2 (15,38) 5 (29,4) 7 (100)

Rendah 11 (84,62) 12 (70,6) 23 (100)

Jumlah 13 (100) 17 (100) 30 (100)

Sebagian besar responden baik perempuan maupun laki-laki sama-sama memiliki akses yang rendah dalam memperoleh sumberdaya dan manfaat dalam KOWAR. Responden perempuan yang menjawab akses tinggi untuk memperoleh sumberdaya dan manfaat dalam KOWAR lebih banyak dibandingkan dengan responden laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa ada fenomena perempuan relatif memiliki akses yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki untuk memperoleh sumberdaya dan manfaat dalam KOWAR.

Secara keseluruhan, responden perempuan dan laki-laki memberikan nilai yang rendah pada pertanyaan mengenai kemudahan menerima pinjaman uang dari KOWAR, pekerjaan yang dimiliki anggota KOWAR, kesesuaian pekerjaan dengan posisi anggota KOWAR, kemudahan mengikuti pendidikan/pelatihan mengenai koperasi, dan peningkatan kemampuan anggota setelah mengikuti pendidikan/pelatihan mengenai koperasi.

Akses anggota koperasi yang rendah dalam kemudahan menerima pinjaman uang dari KOWAR ini tak lepas dari pengaruh pengurus koperasi. Pengurus koperasi terutama bendahara yang mengatur perputaran uang dalam KOWAR. Pengurus memiliki kontrol yang besar terhadap uang dalam KOWAR. Pengurus yang menentukan apakah anggota koperasi dapat meminjam uang dari KOWAR atau tidak pada saat itu. Hal ini menyebabkan tidak semua anggota koperasi dapat meminjam uang sesuai yang diinginkannya, karena pengurus akan menyesuaikan jumlah pinjaman setiap anggota dengan kondisi keuangan KOWAR pada saat itu. Sesuai dengan keterangan dari salah satu pengurus yang berkata:

“…setiap anggota diberikan informasi mengenai prosedur pinjaman dalam KOWAR, mulai dari syarat meminjam uang, besarnya pinjaman, dan pengembalian pinjaman yang harus disesuaikan dengan kemampuan peminjam, namun, keputusan untuk memberikan pinjaman tetap berada di tangan pengurus, karena pengurus yang memiliki ketentuan berapa besarnya pinjaman dan cicilan pengembalian pinjaman sesuai dengan kemampuan peminjam. Ini dilakukan agar tidak terjadi kemandekan dalam pembayaran hutang anggota yang dapat menyebabkan keuangan koperasi defisit…” (Bapak Mhd, 43 tahun)

Responden pun memberikan nilai yang rendah pada pertanyaan mengenai pekerjaan dalam KOWAR. Anggota koperasi merasa bahwa mereka tidak memiliki pekerjaan dalam KOWAR. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya pembagian kerja dalam keanggotaan koperasi, pembagian kerja hanya ada pada pengurus koperasi yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya. Pertanyaan diberikan kepada seluruh responden yang merupakan anggota koperasi karena peneliti secara acak membagikan kuesioner, dan tidak semua responden adalah anggota koperasi saja, ada juga yang memiliki posisi sebagai pengurus koperasi. Sehingga sebagian besar anggota koperasi memberikan nilai yang rendah pada

pertanyaan ini. Begitu juga dengan pertanyaan mengenai kesesuaian pekerjaan responden dengan posisi dalam KOWAR. Sebagian besar responden merupakan anggota koperasi saja dan tidak memiliki posisi sebagai pengurus koperasi, sehingga nilai yang diberikan responden pada pertanyaan ini rendah.

Responden juga memberikan nilai yang rendah pada pertanyaan mengenai pendidikan/pelatihan mengenai koperasi. Hal ini terjadi karena sebagian besar responden merupakan anggota koperasi saja, tidak termasuk dalam pengurus koperasi, sedangkan yang mengikuti pendidikan/pelatihan mengenai koperasi biasanya adalah pengurus KOWAR. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah seorang pengurus KOWAR berikut:

“…biasanya yang dipilih untuk mengikuti pendidikan atau pelatihan koperasi dari PKPRI adalah Pengurus, sesuai dengan edaran dari PKPRI, tetapi dilihat kondisinya, apabila tidak ada Pengurus yang dapat hadir, maka Anggota yang bisa hadir yang akan diutus…” (Bapak Mhd, 43 tahun)

Pernyataan diatas cukup menjelaskan bahwa anggota koperasi memiliki akses yang rendah terhadap pendidikan/pelatihan mengenai koperasi. Pendidikan/pelatihan mengenai koperasi biasanya dibuat oleh PKPRI (Persatuan Koperasi Pegawai Republik Indonesia) Kota Bekasi. Pendidikan/pelatihan mengenai koperasi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengurus koperasi dalam mengelola koperasinya, sehingga yang biasanya diutus untuk mengikuti pendidikan/pelatihan ini adalah pengurus koperasi. Hal inilah yang menyebabkan sebagian besar responden baik laki-laki maupun perempuan menjawab bahwa akses yang mereka miliki untuk mengikuti pendidikan/pelatihan mengenai koperasi rendah.

Hal ini terkait dengan pertanyaan mengenai peningkatan kemampuan anggota koperasi setelah mengikuti pendidikan/pelatihan mengenai koperasi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagian besar responden merupakan anggota koperasi saja, bukan termasuk pengurus koperasi, sehingga akses mereka untuk mengikuti pendidikan/pelatihan koperasi rendah, dan membuat mereka tidak memiliki peningkatan kemampuan setelah mengikuti pendidikan/pelatihan tersebut, namun sebaliknya, responden yang tidak hanya termasuk dalam anggota koperasi tetapi juga sebagai pengurus, memberikan nilai yang tinggi untuk

pertanyaan tentang pendidikan/pelatihan mengenai koperasi ini. Pengurus koperasi merasa mereka memiliki akses yang besar untuk mengikuti pendidikan/pelatihan tersebut, sehingga kemampuan mereka dalam bidang koperasi juga meningkat setelah mengikuti pendidikan/pelatihan tersebut.

Selain menjawab akses yang rendah dalam memperoleh sumberdaya dan manfaat, sebagian kecil responden perempuan dan laki-laki juga menjawab bahwa mereka memiliki akses yang tinggi dalam hal memperoleh uang/pinjaman dari KOWAR, meminjam peralatan dalam KOWAR (misal: komputer), dan mempunyai kesempatan untuk mengikuti pendidikan/pelatihan mengenai koperasi. Responden yang memiliki akses yang tinggi tersebut kebanyakan adalah pengurus koperasi, karena mereka yang biasanya menggunakan peralatan milik KOWAR yaitu komputer, serta berkesempatan dan pernah mengikuti pendidikan/pelatihan mengenai koperasi. Komputer milik KOWAR boleh digunakan oleh semua anggota tak terkecuali, namun biasanya yang lebih banyak menggunakan komputer adalah pengurus dan karyawan koperasi untuk memasukkan data-data tentang koperasi dan pembukuan. Semua anggota koperasi memiliki akses yang tinggi untuk memperoleh uang/pinjaman dari KOWAR, karena setiap anggota koperasi berhak untuk memperoleh pinjaman uang dari KOWAR.

Mengingat koperasi adalah organisasi bisnis yang bertujuan meningkatkan taraf hidup anggota, maka komitmen anggota harus dilihat hanya dari aspek-aspek ekonomi. Keterlibatan anggota terhadap koperasi sangat tergantung dari sejauhmana koperasi dapat menawarkan manfaat-manfaat ekonomi pada anggota. Faktor yang sangat penting sebagai pengikat komitmen anggota adalah manfaat- manfaat pasar koperasi dan biaya transaksi yang rendah mengakibatkan barang koperasi lebih kompetitif.

Koperasi sebagai organisasi ekonomi yang tidak mengkhususkan aktivitasnya untuk memperoleh keuntungan tapi lebih mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan anggota, dalam bentuk pelayanan yang memuaskan. Hal ini karena tugas pokok koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi anggotanya. Oleh karena itu, dalam melaksanakan atau menentukan kebijakan usaha harus berdasarkan kepada kepentingan-kepentingan anggota, agar dapat merangsang

dan meningkatkan partisipasi anggota yang efektif. Koperasi sangatlah tergantung pada partisipasi anggota dan partisipasi tersebut akan tumbuh jika sampai sejauhmana manfaat yang akan didapatkan oleh anggota pada usahanya di koperasi. Sebagai suatu sistem sosio-ekonomi, koperasi memiliki ciri-ciri umum menurut Alfred Hanel (1985)12, yaitu:

1. Ikut serta dalam pengambilan keputusan bagi pelaksanaan manajemen koperasi.

2. Memberikan bantuan moril bagi kelancaran pelaksanaan manajemen koperasi. 3. Mengawasi ketatalaksanaan kegiatan koperasi agar tidak menyimpang dari

keputusan-keputusan yang telah diambil secara musyawarah.

Dokumen terkait