• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontrol untuk Memperoleh Sumberdaya dan Manfaat

BAB V ANALISIS RELASI GENDER DALAM KOWAR

5.3 Kontrol untuk Memperoleh Sumberdaya dan Manfaat

anggota untuk menunjang kepentingannya. Kepentingan yang dimaksud adalah kepentingan ekonomi. Akses anggota untuk memperoleh uang/pinjaman dan SHU dari KOWAR adalah tinggi. Semua anggota koperasi berhak untuk memperoleh uang/pinjaman dan SHU dari KOWAR, namun ada fenomena bahwa perempuan memiliki akses yang lebih tinggi dibanding laki-laki.

Peningkatan kesetaraan gender tidak berarti memberi kekuasaan lebih pada perempuan dan mengambil kekuasaan dari laki-laki. Peningkatan kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki berarti pemberdayaan bagi semua. Ia memungkinkan perempuan dan laki-laki untuk mengambil bagian secara penuh dalam kehidupan sosial dan ekonomi serta mengarah pada situasi sama-sama menang (win-win situation) untuk keduanya. ‘Berkuasa-atas’ yang merujuk pada situasi subordinasi di satu pihak dan dominasi di pihak yang lain, adalah tidak adil dan bersifat merusak pembangunan dikarenakan pertukaran tidak setara yang menjadi konsekuensinya.

5.3 Kontrol untuk Memperoleh Sumberdaya dan Manfaat dalam KOWAR

Kontrol untuk memperoleh sumberdaya dan manfaat dalam KOWAR merupakan salah satu alat analisis relasi gender dalam KOWAR. Sumberdaya yang dimaksud adalah uang, pekerjaan, peralatan, dan pendidikan/pelatihan dalam 12

KOWAR. Sedangkan manfaat yang dimaksud adalah pendidikan/pelatihan, SHU, status, kekuasaan, dan pengakuan dalam KOWAR.

Kontrol perempuan dan laki-laki untuk memperoleh sumberdaya dan manfaat dalam KOWAR dibedakan menjadi tinggi dan rendah. Kontrol dalam memperoleh sumberdaya dan manfaat dikatakan tinggi apabila perempuan dan laki-laki memiliki kekuasaan untuk memutuskan dalam hal mendapatkan uang, pekerjaan, peralatan, dan pendidikan/pelatihan dalam KOWAR. Namun sebaliknya, apabila perempuan dan laki-laki tidak memiliki kekuasaan untuk memutuskan dalam hal mendapatkan uang, pekerjaan, peralatan, dan pendidikan/pelatihan dalam KOWAR, maka kontrol perempuan dan laki-laki untuk memperoleh sumberdaya dan manfaat dalam KOWAR dikatakan rendah.

Tabel 8. Jumlah dan Persentase Kontrol Responden terhadap Sumberdaya dan Manfaat dalam KOWAR, Tahun 2009

Kontrol Laki-laki (n) (%) Perempuan (n) (%) Jumlah (n) (%)

Tinggi 9 (69,23) 16 (94,12) 25 (100)

Rendah 4 (30,77) 1 (5,88) 5 (100)

Jumlah 13 (100) 17 (100) 30 (100)

Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden perempuan dan laki-laki menjawab kontrol mereka tinggi terhadap sumberdaya (uang, pekerjaan, peralatan, pendidikan/pelatihan) dan manfaat (pendidikan/pelatihan, SHU, status, kekuasaan, pengakuan) dalam KOWAR. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari anggota KOWAR perempuan dan laki-laki relatif mengatakan kontrol mereka terhadap sumberdaya dan manfaat adalah tinggi. Pertanyaan yang diberikan telah disesuaikan dengan kondisi KOWAR.

Kontrol terhadap uang dalam KOWAR yang dimaksud adalah anggota koperasi perempuan dan laki-laki sama-sama berhak untuk menentukan dan mengambil keputusan mengenai besarnya jumlah simpanan pokok dan wajib anggota; pinjaman dan cicilan pinjaman setiap anggota; Sisa Hasil Usaha setiap anggota; serta uang jasa untuk Pengurus, Pelindung, dan Badan Pemeriksa KOWAR. Anggota KOWAR perempuan dan laki-laki memberikan nilai yang tinggi pada pertanyaan ini. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki sama-sama memiliki kontrol terhadap uang dalam KOWAR.

Kontrol terhadap peralatan dalam KOWAR yang dimaksud adalah anggota koperasi perempuan dan laki-laki sama-sama berhak untuk mengambil keputusan mengenai siapa saja yang berhak menggunakan peralatan dalam KOWAR. Peralatan dalam KOWAR itu sendiri adalah komputer. Komputer milik KOWAR diletakkan di toko, sehingga siapapun anggota koperasi yang membutuhkan komputer dapat menggunakannya dengan leluasa, namun pada kenyataannya, hanya pengurus koperasi saja yang menggunakan komputer tersebut. Responden perempuan dan laki-laki memberikan nilai yang tinggi pada pertanyaan ini. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki sama-sama memiliki kontrol yang tinggi terhadap peralatan dalam KOWAR.

Kontrol terhadap pemeriksaan jalannya KOWAR dilakukan oleh Badan Pemeriksa koperasi (BP) yang telah dipilih. BP KOWAR hanya beranggotakan satu orang saja. Hal ini disetujui oleh seluruh anggota koperasi perempuan dan laki-laki, karena telah sesuai dengan AD/ART dalam KOWAR yang menjelaskan bahwa anggota BP harus berjumlah ganjil. Salah satu pengurus pun mengatakan:

“…Badan Pemeriksa di koperasi kami ini kebetulan memang cuma satu orang Anggota saja, karena memang sesuai dengan AD/ART bahwa jumlah Badan Pemeriksa yang penting ganjil, beliau pun bersedia untuk menjadi BP karena ingin menambah pengetahuan di bidang pengawasan, layak atau tidaknya beliau dalam mengawas bukan hak Pengurus untuk menilai, karena itu adalah hak seluruh Anggota, dan alhamdulillah seluruh Anggota menilai beliau cukup baik…” (Bapak Mdh, 43 tahun)

Kontrol yang dimiliki BP adalah pemeriksaan terhadap keuangan KOWAR, sehingga BP lebih sering berhubungan dengan Bendahara KOWAR dibanding pengurus lainnya. BP memeriksa keluar masuknya uang dalam KOWAR. Selain itu, BP juga bertugas untuk memeriksa barang di toko selama tiga bulan sekali. Pertanyaan mengenai kontrol pengawasan ini mendapatkan nilai yang rendah dari seluruh responden perempuan dan laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki kontrol yang rendah terhadap pemeriksaan KOWAR.

Kontrol terhadap pendidikan/pelatihan mengenai koperasi mutlak dimiliki oleh pengurus koperasi. Hal ini terjadi karena lembaga yang mengadakan

pendidikan/pelatihan mengenai koperasi, yaitu PKPRI Kota Bekasi, biasanya mengundang pengurus koperasi untuk mengikuti pendidikan/pelatihan mengenai koperasi. Pendidikan/pelatihan mengenai koperasi ditujukan untuk meningkatkan kapasitas/kemampuan para pengurus koperasi agar dapat mengelola koperasinya dengan baik. Hal ini ditegaskan dalam pernyataan dari staf PKPRI Kota Bekasi berikut:

“…biasanya kami mengadakan pelatihan koperasi buat para Pengurus biar mereka terlatih dalam mengelola koperasi, dan juga biar kemampuan mereka bertambah, undangan juga biasanya ditujukan buat para Pengurus, karena kami biasanya berhubungan dengan Pengurus saja bukan dengan seluruh Anggota koperasi, dan Pengurus itu kan perwakilan dari seluruh Anggota koperasi…” (Bapak Awy, 50 tahun)

Pernyataan Bapak Awy diatas menunjukkan bahwa hanya Pengurus yang mempunyai kesempatan untuk mengikuti pendidikan/pelatihan mengenai koperasi. Pada dasarnya, seluruh anggota koperasi mempunyai kesempatan yang sama untuk mengikuti pendidikan/pelatihan mengenai koperasi, hanya saja harus menunggu giliran untuk menjadi pengurus koperasi agar dapat mengikuti pendidikan/pelatihan mengenai koperasi.

Namun, seluruh anggota koperasi juga berkesempatan mengikuti pendidikan/pelatihan tersebut, karena apabila pengurus koperasi berhalangan hadir, maka setiap anggota koperasi berhak menggantikannya. Hal ini dijelaskan dalam pernyataan salah satu pengurus koperasi:

“…biasanya memang yang undangan dari PKPRI itu hanya untuk perwakilan dari KOWAR, karena yang biasanya undangan itu ditujukan untuk Pengurus, maka yang diutus untuk mengikuti pelatihan itu ya Pengurus, dengan pertimbangan bahwa Pengurus memang perwakilan dari seluru Anggota koperasi, dan Pengurus juga bisa membagikan ilmunya kepada Anggota terutama Pengurus baru pada saat pergantian Pengurus nanti…” (Bapak Mhd, 43 tahun)

Kontrol dalam hal siapa yang memutuskan untuk memberikan uang/pinjaman kepada anggota, membeli peralatan dalam KOWAR, memberi kesempatan kepada anggota untuk menggunakan peralatan dalam KOWAR,

memberikan pelatihan kepada karyawan dan anggota koperasi, menentukan siapa pengurus yang akan mengikuti pendidikan/pelatihan mengenai koperasi ditentukan oleh pengurus perempuan dan laki-laki (bersama-sama), bukan hanya pengurus perempuan atau pengurus laki-laki saja.

Masih banyak terdapat organisasi yang tidak melibatkan perempuan dalam pengambilan keputusan. Laki-laki saja yang dianggap memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan, perempuan lebih banyak diabaikan pendapatnya. Sehingga dalam pelatihan dari suatu organisasi, hanya laki-laki saja yang ditugaskan untuk mengikuti pelatihan tersebut. Banyak pelatihan peningkatan keterampilan untuk pengurus organisasi koperasi yang hanya diikuti oleh laki-laki. Hal ini terjadi karena masih banyak stereotipi dan subordinasi yang melekat pada diri individu dan dari lingkungan organisasi tersebut.

Berbeda dengan organisasi pada umumnya, KOWAR lebih didominasi oleh perempuan. Penyingkiran laki-laki, boleh jadi, benar-benar menyebabkan pembentukan intelektual, politik, dan aktivitas-aktivitas yang secara ekonomis terpisah, yang meningkatkan komunikasi diantara perempuan, serta memudahkan ditinggalkannya struktur dan praktek-praktek yang bersifat androsentris, rasis, birokrasi, terdistorsi.

Penyingkiran terhadap laki-laki dari organisasi-organisasi perempuan, sama-sama merupakan diskriminasi. Perempuan pada organisasi-organisasi tersebut, boleh jadi menginginkan struktur-struktur yang nonhierarkis, proses- proses pembuatan keputusan secara koperatif, atau aktivitas-aktivitas lain yang mungkin ditentang laki-laki. Riset tentang interaksi dan komunikasi pria- perempuan dalam lingkungan-lingkungan yang berorientasi pada tugas, menyiratkan bahwa bila laki-laki tergabung dengan organisasi yang semua anggotanya perempuan kemungkinan akan ditekan (Pearson, 1985 dalam Murniati, 2004).

Dokumen terkait