• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budaya Betawi hal 84

4) Aktivitas berkaitan dengan kesenian

Berkaitan dengan kesenian (musik dan tari) serta, keseharian dari komunitas Betawi tidak terlepas dari kesenian yang mewarnai setiap

89

kegiatan upacara adat baik sebagai pengiring ataupun sebagai bagian pokok dari acara tersebut.

Dapat ditambahkan pula permainan rakyat dianggap pantas untuk dijadikan potensi kawasan. Permainan tradisional yang membutuhan ruang terbuka karena dilakukan di luar ruang kecuali congklak dilakukan dalam ruang. Jenis permainan yang diupayakan untuk disosialisasikan kembali melalui;

1) Berbagai perlombaan, secara berkala misalnya dalam rangka hari- hari besar, ulang tahun kemedekaan atau hari jadi kota Jakarta,

2) Penyediaan ruang-ruang dan fasilitas tersebut bertujuan untuk menjaga kelestarian kawasan serta dapat dipergunakan sebagai tempat atraksi bagi pengunjung kawasan wisata budaya,

3) Keberadaan ruang-ruang sosial diperuntukan bagi para pendukung kebudayaan Betawi,

4) Kesenian musik Betawi dalam atraksinya sebagai hiburan pengiring pada upacara adat.

Konsep dasar dalam perencanaan tata ruang yang dilengkapi fasilitas pendukung dengan karakteristik khusus kawasan baik bio fisik maupun fisiknya. Ciri-ciri bentukan fisik bangunan dan fasilitas, serta alami dengan segala kekhasan kawasan yang menggambarkan suasana kehidupan, kesenian, budaya Betawi yang dapat menjembatani masa lalu dengan masa kini(Lampiran 10).

Faktor-faktor kendala yang ada pada kawasan, secara umum saat ini adalah pengelolaan. Kawasan belum mempunyai sarana serta prasarana yang memadai dan belum terkelola dengan baik. Selain itu terlalu banyak pihak terkait dalam pengelolaannya, dan kurang adanya koordinasi. Kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya dana serta dinas yang terlibat, belum menjalankan tugasnya dengan baik. Belum terstrukturnya seluruh kegiatan pengelolaan, sehingga mengakibatkan belum optimalnya fungsi kawasan. Re-strukturisasi sebagai merupakan langkah awal dalam mengatasi pengelolaan di kawasan.

Sedangkan kendala-kendala yang ada adalah sebagai berikut:

1) Perkembangan penduduk yang sulit dibendung hal ini semua karena desakkan ekonomi masyarakat terutama Betawi khususnya. Sehingga

90

2) Perubahan pola permukiman tidak dapat dihindari, terutama rumah-rumah pada bagian luar (rumah-rumah yang berjajar / menghadap ke jalan utama dan jalan lingkungan sekunder). Sedangkan pada bagian dalam hanya sebagian kecil saja rumah-rumah yang masih mempunyai pola bergerombol/mengelompok dengan rumah menghadap ruang terbuka/ kebun.

3) Seiring dengan berjalannya waktu terjadi perubahan dari pola permukiman tradisional ke pola tanpa pekarangan yang cenderung tidak memiliki pekarangan yang cukup luas, terutama untuk pola bagian luar, tetapi masih ada beberapa pekarangan terutama pada bagian dalam. Sehingga akibatnya masyarakat (khususnya Betawi) kurang peduli untuk membuat rumah dengan pola pekarangan tradisional Betawi yang memiliki pembagian ruang tertentu.

Pada saat ini karakter kawasan yang ditampilkan masih jauh dari yang diharapkan dan sebagian besar rumah penduduk sudah tidak mempunyai pekarangan yang cukup luas. Seharusnya pola pekarangan di Setu Babakan masih dipengaruhi oleh pola pekarangan tradisional yang ada di pulau Jawa dan pekarangan juga memiliki beberapa fungsi, seperti makam, kolam ikan, tempat pembakaran sampah, kamar mandi, sumur, kandang ternak, empang, dan tempat menjemur pakaian serta kegiatan lain.

4) Pergeseran paradigma di bidang pariwisata dan konservasi, sehingga terbuka peluang lebih besar untuk pengembangan kawasan sebagai kawasan wisata. Budaya dengan kriteria-kriteria yang harus lebih disesuaikan lagi dengan standar sebagai kawasan wisata budaya. Di dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam hayati dan Ekosistemnya. Kawasan Pelestarian Alam selain mempunyai fungsi utama untuk perlindungan dan pengawetan, dapat dimanfaatkan untuk kepentingan wisata dan rekreasi. Karena saat kini kawasan belum terlindungi sebagai kawasan Perkampungan Budaya Betawi dengan Undang- undang maupun peraturan yang tegas, untuk keberlanjutan kawasan kelak.

91

walaupun saat ini sudah dibatasi (40 KJA), serta tidak terawatnya danau karena sebagian masyarakat membuang sampah cair maupun padat.

Potensi Lanskap sebagai Penyangga Sistem Ekologi

Kawasan Perkampungan Budaya Betawi merupakan lahan daratan dengan sebagian wilayah berupa rawa, ruang terbuka dan dua setu yang besar

Potensi lanskap Perkampungan Budaya Betawi sebagai penyangga kawasan mempunyai nilai penting sebagai lahan produktif dengan media aktivitas kehidupan dan budaya serta masyarakatnya. Kualitas alam merupakan sumberdaya alam dan kesimbangan serta keragaman vegetasi, yang ditunjang dengan keberadaan danau sebagai tadah air (konservasi air/resapan air) sehingga memerlukan perlindungan dan dilestarikan agar tetap berkelanjutan.

Konservasi ekologi adalah salah satu cara untuk menyelamatkan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan dengan tetap mempertahankan kondisi awal yang memanfaatkan ruang terbuka, empang/rawa pekarangan/kebun, dengan memperhitungkan daur materi, energi dan aspek ruang (space).

Potensi kawasan sebagai penyangga ekologi identik dengan memelihara/mengelola yang berarti pemakaian secara bijak seluruh sumber daya alami maupun buatan dapat memenuhi kebutuhan kita kelak (Soejoko 2000). Sedangkan pengelolaan dalam arti sempit adalah, mengacu pada mempertahankan lingkungan dan bangunan atau kelompok-kelompok disekitarnya. Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 1992 tentang penataan ruang, kawasan terbagi dalam kawasan lindung (non budidaya) dan kawasan budi daya. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian hidup yang mencakup sumberdaya alam dan buatan.

Kawasan Perkampungan Budaya Betawi diusulkan untuk dilindungi kelestariannya, khususnya lanskap permukiman yang mencakup elemen lanskap pekarangan dan vegetasi, setu/danau dengan menjaga kualitas sumber daya alam dan budaya serta memberdayakan potensi yang dimiliki sehingga tercapai pemanfaatan terbaik dan berkelanjutan. Dapat ditambahkan juga bahwa konservasi kawasan adalah proses pengelolaan suatu kawasan guna mempertahankan nilai kulturnya (Bappeda l988).

92

Potensi Ruang terbuka hijau adalah area yang memiliki nilai alami tinggi, khas, dan mudah rusak yang berfungsi sebagai penyangga sistem ekologi dapat berbentuk (1) Ruang terbuka pasif yang berupa danau, rawa/empang dan ruang terbuka (kebun, pekarangan dan makam), sepanjang tepi danau, rumah adat, (2) Area resapan air, penghijauan, penghasil oksigen, habitat satwa, (3) Area penunjang dimungkinkan untuk aktivitas pendidikan, penelitian ilmiah, agama (religius) dan wisata pasif seperti sightseeing dengan intensitas pengunjung rendah yang dimungkinkan dengan jumlah sekitar sekitar ± 15 m2/ orang. Terpeliharanya mutu lingkungan hidup dan kelestarian tetap harus dijaga dengan baik dengan cara penataan kawasan dengan berbagai jenis vegetasi sesuai fungsi

dan kebutuhan kawasan dengan tanaman khas Betawi (Setu Babakan) dan tanaman dan, dapat ditambahkan dengan tanaman mempunyai nilai spritual seperti pandan wangi, kelor, sirih, hanjuang, kembang sepatu, dan soka besar, pacar.

Konsep ekologi yang diusulkan sebagai penyangga ekologi dengan pemanfaatan vegetasi dan pemeliharaan danau demi keberlanjutan lingkungan. Perubahan pola tanam serta usaha lain, sehingga terjadi perubahan dalam interaksi antara masyarakat kawasan dengan lingkungannya.

Kawasan budidaya dengan konsep penataan vegetasi dilakukan sebagai salah satu pertimbangan kesesuaian fungsi ekologis kawasan. Untuk itu vegetasi asli daerah sebaiknya lebih dominan dipergunakan. Selain vegetasi kawasan dapat ditambahkan dengan vegetasi lain sebagai menambah estetika lingkungan. Menurut Carpenter, Walker, dan Lanphear, (l975) vegetasi dengan bentuk, tekstur dan warna daun atau bunga yang menarik akan memberikan keindahan visual. Selain menambah nilai estetik vegetasi ditempatkan sesuai fungsinya sebagai:

1) Pengontrol pandangan untuk menahan arahan pancaran sinar matahari, lampu dan memantulkan sinar matahari

2) Pembatas fisik, untuk pengendali. menghalangi serta mengarahkan pergerakan sirkulasi manusia.

3) Pengendali iklim serta dapat memberikan, (a) kenyamanan untuk manusia diantarannya mengontrol radiasi dan suhu. Sehingga diperlukan vegetasi yang dapat menyerap panas dari sinar matahari, (b) pengendali angin,

93

diperlukan vegetasi menahan, menyerap dan mengalirkan angin, vegetasi dengan kerapatan tinggi yang mampu mengurangi kecepatan, (c) pengendali suara diperlukan vegetasi yang menyerap suara bising, (d) penyaring polutan, debu dan bau.

4) Pencegah erosi dalam fungsi hidrologi, vegetasi yang menyerap air jatuh pada permukaan tanah dan meneruskannya ke dalam pori-pori tanah. Maka tanah akan menyimpan air, sehingga tidak terjadi genangan air/banjir

5) Pembangkit, mendatangkan satwa, diperlukan vegetasi yang dapat berfungsi sebagai tempat tinggal satwa dan sumber bahan makanan.

6) Penghasil, menciptakan, kesan lingkungan hidup ruang alamiah bagi manusia.

Potensi Lanskap Wisata

Secara umum wisata budaya meliputi aktivitas wisata untuk mempelajari, dan mendapatkan pengalaman serta berinteraksi dengan kehidupan masyarakat di dalam dan di luar lingkungan hidupnya, atau aktivitas budaya dan keseniannya. Potensi wisata secara umum ditentukan oleh beberapa aspek seperti: