• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.5. Aktivitas dan Pelaku dalam Sistem Pertanian Organik

Prosedur operasional standar budidaya padi sehat tersebut menjadi bagian dari aktivitas input material sebagaimana yang dikemukakan oleh Uphoff (1986). Aktivitas input material yang diuraikan adalah spesifik lokal yang sesuai bagi para petani padi di Kampung Ciburuy. Namun aktivitas pertanian, bukan hanya meliputi aktivitas input saja, tetapi juga mencakup aktivitas produksi, dan aktivitas output.

Pada Tabel 10, tampak perubahan aktivitas input, produksi, dan output dalam sistem pertanian padi sawah. Aktivitas dalam sistem pertanian padi sehat belum sepenuhnya menerapkan sistem pertanian organik. Aktivitas pertanian yang dilakukan relatif sama, akan tetapi pelakunya berbeda. Pada umumnya, petani

hanya pelaku produksi dan bukan petani pemilik sehingga tidak memiliki kekuasaan untuk pengambilan keputusan.

5.6 Ikhtisar

Kampung Ciburuy menjadi salah satu wilayah yang telah mengalami modernisasi pertanian. Hal ini tampak dengan adanya penerapan sejumlah input luar dan teknologi mekanik dalam sistem produksi, penggunaan fasilitas modal dari luar keluarga, penggunaan tenaga kerja dengan sistem upah berupa uang serta memudarnya tradisi-tradisi menjelang tanam dan panen. Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, memberikan dampak positif maupun negatif baik terhadap aspek perekonomian, budaya, dan sistem sosial setempat. Demikian pula halnya dalam sistem pertanian khususnya sistem pertanian padi sawah.

Bermula dari munculnya dampak negatif dari sistem pertanian modern, maka berkembang pula isu pertanian organik yang menjadi salah satu alternatif sistem pertanian yang ramah lingkungan dan menghasilkan produk pertanian yang sehat. Isu pertanian organik ini menjadi program nasional Departemen Pertanian Republik Indonesia yang disosialisasikan sejak tahun 2001. Pada tahun yang bersamaan isu tersebut telah menjadi gagasan pengembangan pertanian organik di Kampung Ciburuy yang dipelopori oleh Pak Haz selaku tokoh masyarakat setempat.

Perkembangan sistem pertanian organik di Kampung Ciburuy difokuskan pada sistem pertanian padi sehat. Pada prosesnya, sistem tersebut meliputi aktivitas input, aktivitas produksi, dan aktivitas output yang melibatkan peranan berbagai pelaku baik di tingkat komunitas maupun di luar komunitas baik pada level individu (pemilik lahan, petani penggarap, buruh tani, tokoh masyarakat); level kelompok (kelompok tani, konsumen beras SAE); level lembaga (Lembaga Pertanian Sehat (LPS), Perusahaan dan agen distributor beras SAE); maupun level organisasi (Koperasi Kelompok Tani “Lisung Kiwari”, pemerintah lokal (pemerintah desa, petugas penyuluh lapangan)). Setiap aktivitas merujuk pada hubungan-hubungan sosial yang khas, yang disertai oleh tata kelakuan serta tata aturan yang melekat didalamnya.

80 Tabel 10. Perubahan Aktivitas Pertanian dan Para Pelaku dalam Sistem Pertanian Padi Sawah di Kampung Ciburuy

Unsur pembeda Pertanian Tradisional ( < 1970)

Pertanian Non Organik ( 1970 – 2000)

Pertanian Padi Sehat ( 2000 – sekarang)

Pertanian Organik

Prinsip Subsisten

Peningkatan produksi dan keuntungan melalui

intensifikasi lahan

Bebas residu pestisida Menjamin kesehatan, kelangsungan ekologi, kepedulian

dan keadilan

I. Aktivitas Input

A. Input Material

1.Penyediaan pupuk dan pestisida alami

Petani menggunakan bibit dan benih lokal, memanfaatkan input dari lingkungan sekitar seperti menggunakan bahan-bahan dan musuh alami

Petani membeli input ke toko- toko penjual sarana produksi pertanian yang pada umumnya berada di luar komunitas setempat,

menggunakan input luar yang mengandung bahan-bahan kimia

Untuk pengadaaan input dilakukan oleh petani penggarap yang berhubungan dengan koperasi sebagai penyedia input. Lebih lanjut, koperasi

berhubungan dengan penyedia input di luar komunitas

Petani menggunakan bibit dan benih lokal, memanfaatkan input dari lingkungan sekitar seperti menggunakan bahan-bahan dan musuh alami

B. Input Modal

1. Kredit jangka pendek (produksi), untuk tanaman musiman

Petani penggarap memenuhi kebutuhan modal produksi dengan memanfaatkan hubungan patron-klien dan modal tenaga kerja keluarga

Petani penggarap

menggunakan jasa pinjaman dari para tengkulak/pengijon

Petani penggarap memanfaatkan jasa pinjaman modal koperasi, atau dari perputaran modal petani sendiri dari usaha pertanian dan non pertanian

Petani penggarap memenuhi kebutuhan modal produksi dari lembaga permodalan atau modal sendiri, dengan meminimalisasi modal produksi.

C. Input Secara Umum

1. Akses tanah Petani menggarap lahan miliknya atau lahan milik keluarga

Petani lapisan atas yang memiliki modal besar dan mampu menguasai lahan serta teknologi. Hal ini

menyebabkan banyak petani gurem (berlahan sempit dan tidak memiliki modal) yang

Pemilik lahan dengan petani penggarap yang diberi kuasa atas pengelolaan lahan dan petani penggarap yang hanya menggarap lahan. Petani

umumnya menggarap lahan yang bukan miliknya dan dengan

Pemilik lahan dengan petani penggarap yang diberi kuasa atas pengelolaan lahan sehingga pengambilan keputusan untuk menerapkan pertanian organik lebih optimal.

menjadi buruh di lahannya sendiri oleh karena lahannya dijual kepada petani lapisan atas.

luasan lahan yang sempit.

2. Teknologi : informasi tentang tanaman baru, praktik, atau teknik, dikembangkan secara umum melalui penelitian dan pengembangan melalui sistem penyuluhan, dapat menggunakan sistem dari komunikasi atau pendidikan

Di peroleh secara turun- temurun dan menjadi bagian dari tradisi masyarakat petani.

Teknologi dan informasi hanya diakses oleh penyuluh dan disampaikan secara top down.

Pak Haz (selaku tokoh masyarakat, Ketua Gapoktan Silih Asih) dan Pak Edd (Penyuluh Pertanian Lapangan sebagai representasi pemerintah) memiliki akses yang lebih besar terhadap teknologi dan informasi, petani penggarap, Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari, petani penggarap dari luar komunitas, petani penggarap dari gapoktan lain, Lembaga

Pertanian Sehat, dan lembaga mitra terkait

Petani penggarap memanfaatkan pengetahuan lokal yang sudah dimiliki, namun penyuluh bersama petani pun harus mendorong petani agar mau dan mampu mengakses teknologi dan informasi.

3. Kebijakan : hubungan harga, subsidi-subsidi, dan lainnya.

Beras merupakan komoditi yang tidak diperjualbelikan.

Harga ditentukan oleh pemerintah.

Harga dasar untuk gabah masih ditentukan oleh pemerintah. Harga beras di tingkat komunitas masih ditentukan oleh harga pasar. Harga beras SAE sebelum pengemasan ditentukan oleh Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari, dan harga beras SAE pengemasan ditentukan oleh lembaga swadaya masyarakat. Harga jual beras SAE selanjutnya ditentukan oleh agen distributor. Adapun mekanisme subsidi- subsidi pupuk organik dan bantuan-bantuan saprodi lainnya ditentukan oleh pemerintah.

Harga ditentukan dengan

mekanisme fair trade (perdagangan yang adil), dimana petani secara transparan memiliki kesempatan untuk menentukan harga yang layak bersama konsumen untuk produk organik yang diproduksinya.

82 D. Input Tidak Langsung

1. Pengelolaan sumber daya alam Komunitas petani setempat

Komunitas petani setempat dan pihak terkait

Petani penggarap, Pak Haz (selaku tokoh masyarakat, Ketua Gapoktan Silih Asih), Pak Edd (Penyuluh Pertanian Lapangan sebagai representasi pemerintah), dan komunitas setempat

Komunitas petani setempat dan pihak terkait

2. Infrastruktur pedesaan : jalan, persediaan air, perumahan, dan lainnya.

Pemerintah lokal dengan melibatkan partisipasi komunitas petani

Pemerintah lokal Pemerintah lokal Pemerintah lokal dengan melibatkan partisipasi komunitas petani

II. Aktivitas Produksi A. Tenaga Kerja Untuk Padi Sehat

 Pengadaan Benih  Pembuatan persemaian  Pengolahan/Persiapan lahan  Penanaman  Pengaturan air  Pemeliharaan tanaman  Pengendalian hama dan

penyakit tanaman  Panen

Petani penggarap dan Tenaga kerja keluarga

Petani penggarap dan tenaga kerja upahan (buruh tani tetap dan buruh tani lepas). Semua kegiatan pengelolaan ternak dilakukan oleh petani penggarap

Petani penggarap dan tenaga kerja upahan (buruh tani tetap dan buruh tani lepas). Semua kegiatan pengelolaan ternak dilakukan oleh petani penggarap

Petani penggarap dan tenaga kerja upahan, namun lebih menuntut peranan petani penggarap untuk secara intensif mengelola lahannya.

B. Manajemen

1. Dapat memahami dan menentukan input 2. Memobilisasi, koordinasi,

supervisi, input tenaga kerja 3. Sejumlah penentu, macam-

macam dan durasi dari produksi 4. Meyakinkan keseimbangan

antara input dan output

Aktivitas pengambilan keputusan dilakukan oleh petani penggarap

Peran pengambilan keputusan dilakukan oleh petani penggarap akan tetapi belum terorganisasi dalam konteks komunitas.

Aktivitas pengambilan keputusan seperti untuk teknik budidaya dilakukan oleh petani penggarap yang memiliki kuasa atas lahan, namun lebih terorganisasi dengan adanya peran koperasi.

Aktivitas pengambilan keputusan dilakukan oleh petani penggarap yang memiliki kuasa atas lahan dan atau petani pemilik lahan

III. Aktivitas Output

A. Penyimpanan (setelah panen dan atau setelah prossesing atau pengolahan)

Petani menyimpan hasil panen di lumbung padi komunitas sebagai cadangan

Petani tidak memiliki lumbung padi namun pemerintah melalui Bulog menyediakan sarana penyimpanan padi untuk menjamin ketersediaan pangan nasional

Untuk gabah yang tidak dijual, maka disimpan sendiri oleh petani di rumah masing-masing. Untuk gabah yang dijual ke koperasi maka disimpan di koperasi (pertama-tama disimpan di lokasi penjemuran gabah untuk

selanjutnya diproses hingga pengemasan)

Petani menyimpan hasil panen di gudang milik sendiri atau disimpan di gudang milik komunitas

B. Pengolahan (secara manual dan atau memakai mesin)

Petani masih

menggunakan cara yang manual

Sebagian besar kegiatan pengolahan yang dilakukan petani menggunakan mesin yang dimiliki oleh petani besar

Sebagian besar kegiatan pengolahan yang dilakukan petani menggunakan mesin yang dikelola oleh koperasi

Petani lebih dominan

menggunakan cara yang manual

C. Transportasi (untuk prossesing, penyimpanan dan penjualan)

Menggunakan sarana transportasi tradisional, seperti pedati

Menggunakan sarana transportasi modern yang disediakan oleh petani yang memiliki modal besar

Menggunakan sarana transportasi modern yang disediakan oleh koperasi

Menggunakan sarana transportasi modern

D. Pemasaran (seluruhnya dijual dan atau eceran)

Tidak bersifat komersial Bersifat komersial dan dijual ke pasar bebas baik di dalam komunitas maupun di luar komunitas

Koperasi bersama dengan Lembaga Pertanian Sehat, distributor langsung maupun tidak langsung

Bersifat komersial dengan dijual ke konsumen langsung agar

memperpendek rantai pemasaran untuk meningkatan margin keuntungan petani Sumber : Data Primer, 2009

P e t a n i P e n g g a r a p d a ri K e l o m p o k L a in d a l a m s a t u a ta u L u a r K a m p u n g K o p e r a s i K e lo m p o k T a n i “ L is u n g K iw a ri ” B u r u h T a n i T e ta p I n s t a n s i P e m e r in t a h T e rk a i t P e m i li k L a h a n T o k o h M a s y a r a k a t ( P a k H a z ) B a l a i P e n e li ti a n L in g k u n g a n P e r ta n ia n L e m b a g a P e rt a n i a n S e h a t P e tu g a s P e n y u l u h L a p a n g a n (P P L ) S e la i n L e m b a g a P e r ta n ia n S e h a t A g e n K o n s u m e n d i L u a r K o m u n it a s B u r u h T a n i L e p a s P e n j e m u r a n G a b a h P e ta n i P e n g g a ra p P e n a p ia n B e ra s P e n g e m a s a n B e ra s S A E K o n s u m e n d i D a l a m K o m u n i ta s K o n s u m e n d i L u a r K o m u n i ta s P e n g g i li n g a n B e ra s P e t a n i P e te r n a k BAB VI

KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT DI KAMPUNG CIBURUY

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam sistem pertanian padi sehat di Kampung Ciburuy ini dapat diindentifikasi beberapa bentuk kelembagaan. Kelembagan-kelembagaan tersebut terbentuk dengan adanya hubungan-hubungan antar petani (dalam status yang sama maupun berbeda), petani dengan kelompok tani, petani sebagai individu maupun sebagai kelompok dengan lembaga koperasi setempat, dan lembaga koperasi dengan lembaga pertanian sehat. Beberapa bentuk kelembagaan tersebut adalah kelembagaan untuk pengaturan input, kelembagaan untuk pengaturan produksi, dan kelembagaan untuk pengaturan output (Gambar 5). Kelembagaan untuk pengaturan input mencakup kelembagaan koperasi, kelembagaan penyediaan pupuk dan pestisida, kelembagaan untuk penyediaan kredit, kelembagaan penguasaan lahan, dan kelembagaan untuk penyebarluasan inovasi dan teknologi yang mencakup kelembagaan kelompok tani dan kelembagaan penyuluhan. Kelembagaan untuk pengaturan produksi mencakup kelembagaan hubungan kerja dan kelembagaan panen. adapun kelembagaan untuk pengaturan output meliputi kelembagaan pasca panen dan kelembagaan distribusi.

: Kelembagaan untuk Pengaturan Input ditopang oleh pilar regulative dan normative

: Kelembagaan untuk Pengaturan Output ditopang oleh pilar regulative dan normative

Keterangan :

Gambar 5. Bentuk dan Pilar Kelembagaan dalam Sistem Pertanian Padi Sehat di : Kelembagaan untuk Pengaturan Produksi ditopang oleh pilar normative

6.1 Kelembagaan untuk Pengaturan Input 6.1.1 Kelembagaan Koperasi

Koperasi sebagai lembaga ekonomi berbadan hukum adalah soko guru perekonomian masyarakat Indonesia khususnya. Demikian pula halnya dengan keberadaan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari ditengah-tengah komunitas petani padi sawah di Kampung Ciburuy. Lembaga yang berdiri dengan akta pendirian koperasi nomor 518/03/BH/KPTS/Kankop/2005 ini, harus menjalankan segala bentuk usaha dengan merujuk pada hak dan kewajiban hukum yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Berkembangnya koperasi kelompok tani Lisung Kiwari ini tidak terlepas dari peranan Pak Haz selaku tokoh masyarakat dan Pak Edd selaku penyuluh pertanian setempat. Kolaborasi kedua tokoh tersebut telah memberi pembinaan secara intensif dan komprehensif sejak proses awal pembentukan koperasi kelompok tani tahun 2004 lalu. Selain itu, keberhasilan koperasi tersebut juga berkat peranan Kang Hk selaku ketua koperasi. Dalam posisinya selaku anak dari tokoh masyarakat terkemuka, Kang Hk berhasil menunjukkan kualitas dirinya dalam mengelola koperasi baik dalam pengelolaan keuangan maupun pengembangan jejaring kerjasama bersama mitra-mitra koperasi kelompok tani Lisung Kiwari. Selain itu, Kang HK juga menerapkan beberapa program komputer khusus dalam mekanisme penjualan dan pembelian barang di koperasi. Sistem komputerisasi ini sangat mendukung kinerja koperasi untuk menghasilkan data terperinci pengelolaan koperasi sehari-hari.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa koperasi kelompok tani Lisung Kiwari berperan penting dalam sistem pertanian padi sehat di Kampung Ciburuy baik dalam sistem produksi maupun sistem distribusi. Aktivitas input, produksi, maupun output terkait dengan peran dan fungsi koperasi setempat sebagai lembaga lokal pendukung pembangunan pertanian. Di samping sebagai penyedia input pertanian, Koperasi kelompok tani Lisung Kiwari juga menjadi lembaga penyedia modal (dalam bentuk pinjaman uang tunai) khususnya untuk menunjang aktivitas pertanian para petani padi setempat. Untuk menunjang aktivitas output, koperasi ini menjadi lembaga yang menjembatani komunitas petani padi dengan

lembaga pertanian sehat dan mitra lainnya untuk memperluas segmen distribusi padi sehat yang diproduksi oleh petani padi di Kampung Ciburuy.

Para petani di Kampung Ciburuy dapat dengan mudah memperoleh pinjaman kredit usahatani dari Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari. koperasi tersebut memiliki modal dari iuran dan tabungan para anggotanya serta dana-dana bantuan dari pemerintah seperti halnya Dewan Pembinaan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM LUEP). Proses pengucuran dana bantuan tersebut harus melalui prosedur yang didasarkan atas hukum dan ketentuan berlaku yang dibentuk antara koperasi kelompok tani Lisung Kiwari dengan pemerintah (melalui dinas pertanian setempat). Koperasi memiliki kemudahan untuk mengakses sumber dana dari pemerintah oleh karena menjadi lembaga yang berbadan hukum dengan mekanisme usaha yang jelas sehingga penggunaan dana pun dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.

Proses pemberian pinjaman dari koperasi kepada para petani pun dilakukan dengan mudah dan cepat. Proses peminjaman pun dilakukan atas dasar ketentuan-ketentuan yang berlaku di koperasi, seperti ketentuan bunga sebesar 20 persen dari besarnya pinjaman, dan ketentuan besarnya pinjaman tergantung dari besarnya tabungan atau kedisiplinan membayar iuran wajib dan pokok anggota ke koperasi. Menurut Kang Hk selaku ketua koperasi, kedisiplinan dalam membayar iuran dan pembayaran hutang menjadi indikator kepada para anggota untuk mendapatkan pinjaman selanjutnya. Bagi petani yang pernah melakukan ketidakdisiplinan pembayaran iuran atau pembayaran hutang dinilai sudah merusak kepercayaan dan sulit memperoleh hutang selanjutnya. Dari sisi petani, pemberian kredit dari koperasi sangat memberi kemudahan karena tidak berbelit- belit, tanpa agunan pun tidak masalah. Saling menjaga kepercayaan menjadi hal pokok dan berjalannya sistem “yarnen” atau hutang dibayar apabila panen turut melandasi kemudahan proses pemberian kredit tersebut.

Hasil temuan lapang menunjukkan tidak semua anggota kelompok tani menjadi anggota koperasi. Namun, semua ketua kelompok tani menjadi anggota koperasi. Hal ini dikarenakan bagi sebagian petani iuran pokok dan iuran wajib dirasakan memberatkan atau sebagian petani masih belum memahami manfaat positif berkoperasi. Bagi petani yang belum masuk menjadi anggota koperasi

dapat mewakilkan peminjaman kredit mereka kepada ketua kelompok tani. Jadi peminjaman kredit dilakukan antara ketua kelompok tani dengan ketua koperasi. Ketua kelompoklah yang turut menjamin kepercayaan dalam proses pemberian kredit tersebut. Kredit yang diberikan tidak hanya berupa uang, tapi juga berupa sarana produksi.

Koperasi sebagai lembaga yang berkekuatan hukum memiliki kemudahan untuk mengakses program-program pemerintah khususnya yang terkait dengan permodalan sebagaimana halnya program LUEP. Dari perguliran dana LUEP ini, diperoleh keuntungan koperasi senilai Rp 3.000.000,- yang akan menjadi sumber penghitungan sisa hasil usaha bagi anggota koperasi. Adanya sumber permodalan ini. Selain itu, koperasi juga mengadakan perjanjian dan kesepakatan-kesepakatan jual-beli antara lembaga-lembaga mitra dalam sistem distribusi beras SAE.

Menilik proses pembentukannya, koperasi didirikan dengan merujuk tata perundangan yang berlaku. Segala bentuk aktivitas dijalankan dengan merujuk tata aturan tersebut hingga tersusun suatu Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari. Sebagai koperasi kelompok tani, maka salah satu bidang usaha yang dijalankan adalah penyediaan sarana produksi pertanian berupa input seperti benih, pupuk, dan pestisida. Selain itu, koperasi juga memberikan layanan peminjaman uang untuk modal petani menggarap lahan. Selain itu, koperasi juga memberi jaminan pasar kepada para petani. Pada intinya, koperasi berperan penting dalam aktivitas input, aktivitas produksi, dan aktivitas output bagi komunitas petani padi sehat di Kampung Ciburuy. Dari segi tata laksana perkoperasian, sebagai lembaga yang berbadan hukum maka kelembagaan ini tampak ditopang oleh pilar regulatif (Tabel 11). Artinya apabila koperasi melaksanakan aktivitas di luar AD/ART yang telah dirumuskan maka akan dikenai sanksi hukum yang berlaku.

6.1.2 Kelembagaan untuk Penyediaan Pupuk dan Pestisida

Penggunaan pupuk organik merupakan aturan penting dalam budidaya padi sehat. Petani pada umumnya menggunakan kotoran kambing sebagai pupuk organik (Lampiran 8, Foto 1). Kotoran kambing ini mudah diperoleh oleh karena

sebagian besar petani memiliki kambing dengan jumlah berkisar 2 sampai 6 ekor. Untuk memenuhi kebutuhan pemupukan di lahan, para petani biasa memperjualbelikan kotoran kambing yang mereka miliki dengan harga Rp 500,- per kilogram. Harga tersebut adalah harga kotoran kambing murni yang belum difermentasikan. Para petani melakukan sendiri proses fermentasi kotoran kambing menjadi pupuk organik dengan menggunakan aktivator EM4.

Tabel 11. Pilar-Pilar Penopang pada Kelembagaan Koperasi Kelompok Tani “Lisung Kiwari” di Kampung Ciburuy

Bentuk Kelembagaan

Pilar Penopang

Kelembagaan untuk Pengaturan Input Kelembagaan Koperasi Kelompok Tani “Lisung Kiwari” Hubungan antara pengurus koperasi dengan petani penggarap yang menjadi anggota koperasi

Regulative-Normative

Analisis SPNO >< SPO beda

Basis of Compliance (dasar kepatuhan yang mengandung nilai-nilai)

AD/ART Koperasi yang ditentukan dalam akta pendirian koperasi nomor

518/03/BH/KPTS/Kankop/2005 Basis of Order

(dasar kemunculan sebagai sistem aturan)

Tata perundang-undangan perkoperasian, yang pelaksanaannya dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kelompok

Mechanism (mekanisme atau Tata kelakuan yang berpola sebagai akibat bekerjanya aturan)

Pengurus bersama anggota koperasi menjalankan aktivitas koperasi bersama-sama dalam berbagai bidang usaha yang diselenggarakan oleh koperasi tersebut

Logic (logika) Perlunya lembaga ekonomi di tingkat lokal yang memiliki bidang usaha sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat

Indicators (indicator) Adanya laporan tahunan koperasi dari pengurus untuk dipertanggungjawabkan kepada seluruh anggota koperasi

Affect (dampak) Koperasi kelompok tani Lisung Kiwari menjadi koperasi terbaik tingkat Kabupaten Tahun 2008 Basis of Legimacy (basis legitimasi) Dikeluarkan dari keanggotaan

Sumber : Data Primer, 2009

Selain transaksi jual beli, oleh karena kegiatan pemupukan dilakukan secara bergiliran sesuai dengan jadwal budidaya masing-masing petani, maka para petani melakukan saling meminjamkan kotoran kambing yang dimiliki dan mengembalikan ketika dibutuhkan sesuai besarnya peminjaman. Petani menyebutnya dengan istilah “nyimpen” atau menyimpan dulu. Petani dapat saling meminjamkan baik dengan anggota kelompok maupun di luar kelompok. Petani tidak melakukan pencatatan terkait dengan jumlah peminjaman maupun pengembalian, hanya berpatokan pada waktu pemupukan akan dilakukan oleh

petani pemberi pinjaman. Baik pemberi pinjaman maupun si peminjam memiliki rasa saling percaya bahwa pada waktu pemupukan, si peminjam akan mengembalikan pinjaman kotoran kambingnya.

Kondisi ini menunjukkan bahwa komunitas petani setempat dapat memenuhi input khususnya pupuk kandang secara mandiri. Meskipun masih menggunakan pupuk kimia, namun diupayakan untuk digunakan secara minimal. Beberapa cara dilakukan untuk meminimalisasi aplikasi pupuk kimia seperti dengan cara membenamkan jerami pada saat pengolahan lahan atau menjadikan lahan sawah menjadi kolam ikan sebelum masuk masa tanam berikutnya. Proses tersebut dapat meningkatkan kadar urea secara alami dalam tanah. Implikasi lebih lanjut adalah semakin berkurangnya biaya untuk membeli pupuk kimia.

Untuk memenuhi kebutuhan pupuk kimia, para petani di Kampung Ciburuy dapat dengan mudah memperolehnya dari Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari. Para petani dapat membeli secara langsung atau meminjam dahulu dan membayarnya saat panen. Adapun terkait dengan input pestisida, para petani padi sehat di Kampung Ciburuy sudah tidak menggunakan pestisida kimia di lahan sawahnya. Para petani pada umumnya membuat sendiri pestisida nabati dengan bahan-bahan alami yang tersedia di kampung tersebut.

Sebelum sistem pertanian padi sehat berkembang di Kampung Ciburuy, para petani juga dengan mudah memperoleh pestisida kimia dari Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari. Pihak koperasi harus membeli pestisida kimia tersebut ke toko saprodi di Pasar Bogor, Kota Bogor. Setelah sistem pertanian padi sehat berkembang sejak tahun 2002, maka pihak koperasi menghentikan pembelian pestisida kimia ke Pasar Bogor.

Selain pupuk kimia, koperasi juga menjual benih-benih padi seperti varietas ciherang, bondoyudo, situbagendit, IR 64, hibrida, rojolele, conde, pandan wangi dan cibogo. Koperasi memperoleh benih-benih padi tersebut dengan membeli dari toko saprodi di luar Kampung Ciburuy. Dengan membeli input dari koperasi, para petani memperoleh berbagai keuntungan yaitu tidak membutuhkan biaya transport, dapat meminjam dahulu, dan dari keuntungan koperasi, pada akhir tahun para petani memperoleh sisa hasil usaha (SHU).