• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis, dimana melalui penelitian ini peneliti berupaya untuk memahami dan membentuk kembali konstruksi tentang suatu realitas sosial, dengan tujuan untuk mengarahkan konsensus namun tetap terbuka terhadap interprestasi baru sebagai informasi dan peningkatan kesempurnaan. Pilihan atas paradigma konstruktivis dilatarbelakangi oleh pertimbangan ontologi dan epistemologi yang dianut paradigma ini. Secara ontologi, paradigma konstruktivis adalah bersifat relativis, artinya realitas yang dipahami bersifat plural (multiple realitas). Realitas didasarkan atas pengalaman yang bersifat sosial-budaya, lokal dan spesifik. Sedangkan secara epistemologi, paradigma konstruktivis bersifat transaksional dan subyektivis. Dimana antara peneliti dengan subyek penelitian saling terkait dan interaktif. Secara metodologis, aliran ini menerapkan metode hermeneutika dan dialektika dalam mencapai proses kebenaran. Metode hermeneutika dilakukan melalui identifikasi kebenaran atau konstruksi pendapat dari orang perorangan, sedang metode dialektika mencoba untuk membandingkan dan menyilangkan pendapat dari orang-perorangan untuk memperoleh suatu konsensus kebenaran yang disepakati bersama. Dengan demikian hasil akhir dari suatu kebenaran merupakan perpaduan pendapat yang bersifat relatif, subyektif dan spesifik mengenai hal-hal tertentu (Salim, 2001). Salah satu faktor yang mempermudah dijalankannya metode tersebut adalah kesamaan bahasa yang digunakan oleh tineliti dan peneliti yaitu bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Dengan kesamaan bahasa tersebut lebih mempermudah terbentuknya pemahaman saat wawancara dilakukan. Proses kebenaran pun dapat diupayakan dengan melakukan triangulasi data yaitu proses cek dan re-check data yakni dengan mempertanyakan topik yang sama pada kedua tineliti dari lapisan yang berbeda seperti antara petani penggarap dengan buruhnya, antara majikan dengan buruhnya, antara petani laki-laki dan petani perempuan, antara tokoh masyarakat dengan petani dari lapisan bawah, antara

penyuluh setempat dengan petani binaannya, antara petani padi sehat dengan petani padi non-organik, dan antara petani sesepuh dengan taruna taninya. Kebenaran data diperoleh ketika data bersifat jenuh (redundant) yaitu pada saat sebagian besar tineliti mengungkapkan jawaban yang sama untuk pertanyaan yang sama diberikan. Data tersebut kemudian ditampilkan sebagai sintesis dan analisis data hasil temuan lapang yang diuraikan secara deskriptif. Adapun kutipan langsung yang dituliskan dalam pelaporan ditujukan untuk memperkuat argumentasi dari sintesis dan analisis yang dilakukan oleh peneliti.

Perkembangan sistem pertanian organik pada dasarnya dilatarbelakangi oleh berubahnya kebutuhan masyarakat dalam memproduksi, mendistribusikan, dan mengkonsumsi pangan yang lebih sehat. Perubahan kebutuhan tersebut pada gilirannya turut merubah mekanisme pengaturan melalui fungsi dan peran kelembagaan dalam sistem pertanian organik. Para pelaku pertanian organik lah yang dapat menginterpretasikan kebutuhan mereka terkait dengan sistem pertanian yang mereka geluti saat ini sesuai dengan peran-peran yang melekat pada diri mereka. Di samping itu, melalui pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman mereka pula yang dapat menjamin keberlanjutan kelembagaan sistem pertanian organik. Oleh karena itu, merujuk pada paradigma konstruktivis ini, suatu realitas sosial dipandang ada dalam bentuk bermacam-macam konstruksi bentuk berdasarkan pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik dan tergantung pada orang yang melakukannya. Realitas yang diamati oleh seseorang itu tidak bisa digeneralisasikan kepada semua orang. Karena dasar filosofi ini, maka hubungan epistemologi antara pengamatan dan objek memiliki sifat kesatuan, subjektif, dan merupakan hasil perpaduan interaksi diantara keduanya.

Berkaitan dengan pilihan paradigma di atas, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Strategi penelitian menguraikan bagaimana mencapai tujuan penelitian secara keseluruhan dan mempertanyakan bagaimana pendekatannya, sedangkan metode penelitian menguraikan bagaimana mencapai strategi penelitian. Strategi penelitian berarti mencakup penguasaan metode dan teknik. Studi kasus paling tidak harus melakukan 3 hal yaitu wawancara, pengamatan,

dan analisis dokumen. Studi kasus merupakan strategi yang lebih sesuai untuk pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why.

Agar memadai sebagai suatu penelitian dengan pendekatan kualitatif, maka beberapa kriteria yang diperhatikan adalah derajat validitas, realibilitas, dan objektivitas hasil penelitian3. Dalam pendekatan kualitatif, derajat validitas adalah tingkat kredibilitas dan tingkat transferabilitas. Tingkat kredibilitas adalah dapat dipercayanya hasil penelitian yang diperoleh dari perspektif tineliti. Dari perspektif ini, tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena kepentingan dari sudut pandang tineliti tersebut. Oleh karena itu, tineliti menjadi satu-satunya yang dapat melegimasi kredibilitas dari hasil penelitian yang diperoleh. Untuk mencapai tingkat kredibilitas ini, maka peneliti melakukan konfirmasi dan diskusi kembali dengan para tineliti dari draft-draft laporan penelitian yang sudah disusun. Tingkat transferabilitas adalah melihat sejauh mana hasil penelitian yang diperoleh dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada konteks yang berbeda. Namun, proses tersebut harus mempertimbangkan asumsi- asumsi yang dibangun dan sejauh mana kemungkinan suatu hasil penelitian kualitatif dapat digeneralisasikan dan diterapkan dalam konteks yang berbeda. Terkait dengan hal itu, hasil penelitian belum diketahui kemungkinan untuk digeneralisasikan oleh karena belum dilakukannya penelitian yang serupa dalam konteks yang berbeda.

Derajat reabilitas pada pendekatan kualitatif adalah derajat depentabilitas yaitu didasarkan pada asumsi replikasi atau pengulangan. Akan tetapi, cukup sulit mengukur hal yang sama pada konteks cuaca yang berbeda. Untuk memperkirakan derajat dependabilitas, peneliti harus mengkonstruksi beragam hipotesis pengarah untuk mencakup fakta-fakta yang ditemukan. Selain itu, peneliti juga perlu untuk merubah konteks dimana penelitian terjadi dan mempertimbangkan sejauh mana perubahan konteks tersebut berdampak pada cara penelitian mendekati studi yang dilakukan.

Derajat objektivitas pada pendekatan kualitatif adalah derajat konfirmabilitas yaitu sejauh mana hasil penelitian yang diperoleh dapat dikonfimasi kembali oleh peneliti lain. Beberapa hal yang dilakukan untuk

3 Guba and Lincoln. Qualitative Validity. http://www.socialresearchmethods.net/kb/qualval.php,

mencapai derajat konformabilitas adalah peneliti mendokumentasikan prosedur penelitian yang dijalankan untuk mengecek dan me-re-check data. Peneliti juga memberi tanggapan terhadap hasil penelitian, dan proses tersebut dapat didokumentasikan. Selain itu, peneliti juga mencari secara aktif menggambarkan berbagai kontradiksi dari pengamatan yang dilakukan.

Dalam konteks penelitian ini, untuk menjamin objektivitas data dan kemungkinan pengulangan dilakukan, peneliti melengkapi hasil penelitian dengan membuat berbagai dokumentasi seperti membuat catatan lapang, membuat dokumentasi lapang, merekam kondisi lapang dengan alat audio-visual, merekam proses wawancara dengan alat audio, melakukan proses triangulasi data, mengkonstruksi serta merekonstruksi data yang diperoleh. Segala bentuk hasil temuan lapang merupakan hasil temuan dalam konteks dan kurun waktu saat penelitian ini dilakukan. Demikian pula sintesis dan analisis yang diuraikan dalam laporan penelitian ini. Mengingat berbagai dinamika dan proses perubahan yang cepat terjadi dalam komunitas petani di lokasi penelitian, maka fakta-fakta sosial yang ditemukan dalam kurun waktu yang berbeda, sangat memungkinkan untuk mengalami perubahan pula.

Penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu wawancara mendalam dengan panduan pertanyaan, pengamatan berperanserta, dan kajian literatur sebagaimana diuraikan dalam Tabel 5. Wawancara mendalam dilakukan dengan responden dan informan yang diketahui melalui teknik bola salju. Pada awalnya pilihan terhadap informan dilakukan dengan cara sengaja (purposive), yaitu dengan mendatangi aparatur pemerintah maupun tokoh masyarakat dimana penelitian dilakukan, yang selanjutnya akan menggiring pada informan lain dan juga subyek penelitian. Subyek penelitian merupakan pihak yang akan memberi keterangan mengenai dirinya terkait dengan status, peran, hak, kewajiban, dan pola-pola hubungan yang dibangunnya dalam sistem pertanian organik di Kampung Ciburuy. Informan merupakan pihak yang akan memberi keterangan tentang pihak lain dan lingkungannya. Informan ini kemudian akan membantu penulis dalam memilih subyek penelitian yang valid atau memberi keterangan tambahan tentang topik kajian.

Dalam proses penelitian penulis juga melakukan pengamatan berperanserta, pengamatan ini dilakukan agar penulis dapat melihat, merasakan, dan memaknai dunia beserta ragam peristiwa dan gejala sosial di dalamnya sebagaimana subyek penelitian melihat, merasakan, dan memaknainya sehingga memungkinkan pembentukan pengetahuan secara bersama. Pengamatan berperanserta yang dilakukan penulis terbatas pada berpartisipasinya penulis dalam beberapa kegiatan yang dilakukan oleh responden agar terbina raport yang optimal. Untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data dilapangan, maka penulis menyusun panduan pertanyaan yang akan ditujukan pada responden dan informan. Hasil dari wawancara mendalam dan pengamatan ini akan penulis tuangkan dalam bentuk catatan harian yang menjadi data primer dalam penelitian ini.

Selain menggunakan triangulasi metode dalam pengumpulan data kualitatif seperti yang telah disebutkan, penelitian ini juga menggunakan metode diskusi kelompok untuk mendapatkan data-data mengenai bagaimana kelompok tersebut mendefinisikan pertanian organik, cara-cara produksi mereka, dan hubungan-hubungan kerja mereka yang merujuk pada keberlanjutan kelembagaan yang terbangun pada masyarakat setempat.

Kajian literatur yang penulis lakukan berasal dari monografi desa untuk mengetahui gambaran umum di daerah penelitian, seperti keadaan lokasi (topografi) dan karakteristik masyarakatnya. Penulis juga melakukan penelaahan pada literatur lain seperti buku teks yang berisi rujukan teori dan hasil penelitian yang berhubungan dengan pertanian organik, pembangunan pertanian yang berkelanjutan, dan kelembagaan, surat kabar, dan juga internet. Kajian literatur ini kemudian menjadi data sekunder dalam penelitian ini.