• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.2. Perkembangan Sistem Pertanian Organik di Kampung Ciburuy

terlepas dari peran Pak Haz sebagai tokoh masyarakat setempat yang bersikap responsif terhadap isu pertanian organik. Beliau mengemukakan beberapa alasan mengapa beliau dan anggota kelompok tani di Kampung Ciburuy beralih ke pertanian organik.

Ada beberapa hal kenapa saya dan anggota kelompok tani sini beralih ke organik. Memang kita mengenal organik dari dinas dan ada isu Go Organic 2010. Nah setelah saya coba dari tahun 2001, ternyata memang dirasakan keuntungannya terutama barangkali harga. Komoditi pertanian organik itu tidak dipengaruhi oleh harga pasar, berarti kita bisa menentukan harga sendiri. Kedua, dengan pertanian organik berarti bisa memulihkan kesuburan dan keseimbangan mikroba dalam tanah. Ketiga, berangkali komoditinya sehat, tidak mengandung residu pestisida. Terus, yang lainnya kita juga ada proses pembelajaran dan membuka lapangan kerja baru terhadap para pemuda-pemuda tani. Dan juga kita dapat melibatkan pemuda dalam schedule penanaman dan sebagainya. Terakhir, ya kita memanfaatkan mencuri start Go Organic 2010, kita lebih dulu. Kita meningkatkan kepercayaan publik sehingga misal nanti semua atau negara kita konsisten untuk kembali ke pertanian organik, kita udah menang karena udah duluan menanamkan kepercayaan publik. Oya, kelupaan, kita juga udah mengurangi ketergantungan terhadap pupuk dari pabrik. (Pak Haz, 76 tahun).

Demikian penjelasan dari Pak Haz terkait dengan alasan memilih pertanian organic. Senada dengan pernyataan Pa Hnd dan Pak Myd yang mengemukakan bahwa pertanian organic mengurangi biaya produksi. Baik Pak Hnd dan Pak Myd sejak tahun 2002 menggunakan pestisida alami yang dibuat sendiri dari dedaunan yang tersedia di Kampung Ciburuy. Sebelumnya, mereka menggunakan pupuk dan pestisida kimia yang harus selalu dibeli ketika dibutuhkan di lahan.

Menurut penuturan Pak Hnd dan Pak Myd, pengetahuan dan informasi tentang teknologi pestisida alami dan pembuatan pupuk organik diperoleh dari Pak Haz. Hal ini bersesuaian terkait dengan penuturan Pak Haz sendiri yang mulai mencoba menerapkan teknologi dan inovasi pertanian organik sejak tahun 2001 dimana isu pertanian organik pertama kali disosialisasikan oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia. Menurut Pak Haz, isu pertanian organik ini

diperkenalkan oleh “dinas” (dinas pertanian Kabupaten Bogor), namun pertanian organik di Kampung Ciburuy ini semakin berkembang sejak adanya kerjasama antara Pak Haz selaku tokoh masyarakat di Kampung Ciburuy dengan Lembaga Pertanian Sehat di tahun 2004 yang berlangsung hingga saat ini. Dari hubungan kemitraan tersebut telah dihasilkan suatu produk padi sehat dengan merk “Beras SAE” yaitu beras sehat, enak, dan aman yang bebas residu pestisida. Seiring dengan proses perkembangan penerapan sistem pertanian organik di wilayah ini, Dinas Pertanian Kabupaten Bogor melalui program perdana pada tahun 2006, menunjuk Kampung Ciburuy sebagai lokasi pengembangan pertanian organik dengan komoditi padi. Program perdana itu diimplementasikan dalam bentuk demonstrasi plot penanaman padi dengan menggunakan pupuk organik sumbangan dinas pertanian setempat. Bersama dengan penyuluh pertanian setempat, pada tahun 2008, Pak Haz menyelenggarakan sekolah lapang bagi para taruna tani di Gapoktan Silih Asih. Sekolah lapang ini ditujukan untuk menjadi langkah dalam merealisasikan regenerasi ide dan teknologi dalam teknik budidaya padi sehat pada pemuda setempat. Diharapkan ke depan sistem pertanian padi sehat dapat bertahan untuk diterapkan dari generasi ke generasi. Secara konsisten dan bertahap, Pak Haz bersama para petani setempat terus menerapkan pertanian organik melalui sistem produksi padi sehat ini. Pada tahun 2009, Pak Haz bersama Pak Edd (PPL) mulai mengembangkan dan menerapkan ide pembentukan Manajer Pengendali Mutu (MPM) kepada para ketua kelompok tani pangan yang menjadi anggota Gapoktan Silih Asih. Para ketua kelompok merespon positif ide tersebut yang ditunjukkan dengan adanya peran serta dan antusias mereka pada pertemuan kelompok setiap minggunya. Para MPM ini bertanggung jawab terkait dengan kualitas padi sehat yang dihasilkan dari para anggotanya, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan public terhadap kualitas beras SAE yang selama ini telah diproduksi oleh komunitas petani padi di Kampung Ciburuy.

Merujuk pada profil Kampung Ciburuy yang telah diuraikan, wilayah ini menjadi salah satu pusat pengembangan sistem pertanian organik di Kabupaten Bogor sejak tahun 2006. Sebagaimana yang telah dikemukakan, komunitas petani di Kampung Ciburuy, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat menjadi unit analisis dalam penelitian ini. Sistem pertanian

organik menurut komunitas setempat adalah sistem produksi beras yang bebas residu pestisida. Pada dasarnya, komunitas setempat tidak menyatakan bahwa produk beras mereka adalah murni organik. Padi organik menurut definisi komunitas petani setempat adalah budidaya padi yang tidak menggunakan atau meminimalisasi pestisida kimia dalam proses pengendalian hama dan penyakit tanaman padi mereka.

Padi bukanlah komoditas unggulan di kampung ini, walaupun sumber daya alam wilayah setempat adalah areal penanaman padi sawah. Akan tetapi, kampung ini memiliki produk unggulan yang mampu memenuhi selera pasar saat ini. Produk beras yang dihasilkan komunitas petani di Kampung Ciburuy adalah beras SAE yaitu beras Sehat, Aman, dan Enak. Beras ini secara berkala (setiap 6 bulan) di uji di laboratorium residu bahan agrokimia pada Balai Penelitian Lingkungan Pertanian di Jalan Laladon-Ciomas, Bogor (Lampiran 4). Di samping aspek produksi yang sehat, Pak Haz juga mengemukakan bahwa proses yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tani pun ditujukan untuk meningkatkan kadar organik dalam tanah sekaligus meningkatkan produksi beras dengan tidak bergantung pada penggunaan pestisida kimia. Beliau juga menegaskan bahwa petani di Kampung Ciburuy ini mencoba mencuri start guna mewujudkan Go Organic 2010.

Terkait dengan proses pengembangan teknologi dan informasi ke tingkat petani, menurut Pak Haz, diawali dengan mengajak dan melibatkan petani yang mau mengerti dan menerapkan demplot-demplot. Setelah mencoba, merasakan keuntungan, para petani tersebut dapat menyampaikan pengalaman mereka kepada petani lain sehingga petani lain mau mengikuti. Selain itu, para petani lain dapat melihat sendiri hasil lahan para petani yang sudah menerapkan budidaya padi sehat. Pak Haz dan Pak Edd menekankan bahwa tidak mudah mengenalkan pertanian organik kepada para petani setempat setelah sekian lama sangat tergantung pada pupuk dan pestisida kimia. Namun, oleh karena pertanian organik dirasakan lebih banyak memberikan keuntungan maka secara bertahap semakin banyak petani padi di Kampung Ciburuy yang menerapkan teknik budidaya padi sehat.

Keuntungan yang dirasakan oleh petani secara ekonomis adalah lebih rendahnya biaya produksi budidaya padi sehat dibandingkan dengan budidaya padi non-organik. Biaya produksi berkurang dengan tidak membeli pestisida dan membeli pupuk kimia dengan harga yang lebih rendah karena lebih mengutamakan penggunaan pupuk organik dari kotoran kambing. Dari hasil analisis usahatani padi sehat, maka diketahui bahwa keuntungan yang diperoleh dari budidaya padi sehat mencapai 100 persen dari modal yang dikeluarkan (Lampiran 5). Selain itu, para petani setempat memiliki jaminan pasar dimana hasil panen pasti akan dibeli oleh koperasi kelompok tani Lisung Kiwari dan dibayar langsung oleh koperasi. Harga jualpun lebih tinggi Rp 100,- sampai Rp 200,- dari harga pasar. Dengan hasil penjualan panen padi yang dibayarkan secara tunai tersebut, maka para petani lebih mudah untuk memutarkan kembali uang hasil panen menjadi modal budidaya padi sehat di musim tanam berikutnya sekaligus dengan segera menikmati keuntungan.

Dari sisi sosial, dengan berkembangnya sistem pertanian padi sehat ini memperkuat hubungan-hubungan sosial yang terbentuk antara petani dalam satu kelompok tani dan antar kelompok tani, antara petani dengan Koperasi Kelompok Tani “Lisung Kiwari”, antara petani dengan penyuluh setempat dan tokoh masyarakat, antara koperasi dengan pemerintah dan Lembaga Pertanian Sehat.

Dengan diterapkannya sistem pertanian padi sehat, menurut penuturan petani, secara ekologi ditunjukkan dengan semakin meningkatnya kadar bahan organik dalam tanah. Indikatornya dapat dilihat dari Bagan Warna Daun yang diuji bersama para petani setempat pada suatu pertemuan bulan Februari tahun 2009. Dari bagan warna daun dapat dilihat kandungan zat N, P. K yang tersedia secara alami dalam tanah. Selain itu, populasi hewan tanah seperti cacing juga semakin meningkat sehingga semakin meningkatkan kegemburan tanah. Bahan- bahan organik yang tersedia secara alami tersebut diupayakan oleh para petani melalui proses pengembalian jerami ke dalam tanah (dengan dibenamkan ke dalam tanah dan difermentasikan) atau menjadikan lahan sawah sebagai lahan kolam sebelum ditanami untuk musim tanam berikutnya. Faktor lain adalah dengan semakin intensifnya penggunaan pupuk alami berupa pupuk kandang yang difermentasikan sendiri oleh para petani serta penggunaan pestisida nabati.

Indikator lain yang utama adalah dihasilkannya produk beras SAE (sehat, aman, dan enak) yang bebas residu pestisida.

Dalam konteks manfaat politis yang diperoleh oleh petani setempat adalah bahwa sejak berkembangnya pertanian organik, maka membuka peluang petani untuk menyadari, menentukan pilihan dan pengambilan keputusan dalam mengelola lahan pertaniannya. Para petani secara bertahap memilih dan menetapkan untuk meninggalkan penggunaan pestisida kimia, mengurangi penggunaan pupuk kimia dan mengembalikan pengetahuan lokal mereka untuk membuat bahan-bahan alami.

Akan tetapi, dari hasil penelitian diketahui bahwa sistem pertanian padi sehat di Kampung Ciburuy belum berperspektif gender sebagaimana yang diuraikan merujuk pembagian kerja dalam kelembagaan hubungan kerja. Hal ini tampak dimana untuk akses dan kontrol dalam mengelola lahan pertaniannya secara dominan dilakukan oleh laki-laki atau suaminya, terkecuali bagi wanita tani yang menjadi kepada rumah tangga. Sebagaimana kasus Ibu Mpr, menurut penuturan anak beliau, semenjak bapak mereka meninggal dunia, ibu merekalah yang mengurus lahan pertanian mereka. Pengambilan keputusan terkait dengan pengelolaan lahan dilakukan oleh ibu mereka, sedangkan tentang keuangan atau hasil panen dimusyawarahkan bersama dengan anak-anak sebagai anggota keluarga.

Bapa mah tos lami ngantunkeun, janten ibu weh anu nangtoskeun iraha melak, nganggo pupuk naon oge sagala rupina. paling musyawarah sareng

barudak pami aya hasil panen. (penuturan anaknya Ibu Mpr) Selain itu, pada umumnya para istri petani ikut serta terlibat dalam

budidaya padi sehat untuk aktivitas seperti menanam padi (tandur), dan menyiangi rumput (ngarambet). Sebagian besar istri petani berperan penting untuk mengingatkan para suami mereka mengenai waktu-waktu seperti saat menyiangi, memupuk, panen, dan sebagainya. Hal ini dikarenakan sebagian besar para petani laki-laki atau suami memiliki mata pencaharian ganda sehingga terkadang lupa bila aktivitas-aktivitas tersebut harus segera dilaksanakan pada waktunya.

Adapun untuk uang hasil penjualan panen padi diserahkan kepada istrinya untuk dikelola, sehingga istri sangat berperan dalam mengelola keuangan bersama

suaminya. Akan tetapi, kontrol penggunaan uang untuk budidaya padi tetap berada di tangan suami, sedangkan penggunaan untuk kebutuhan keluarga tetap di tangan istri. Aktivitas meminjam uang untuk modal bertani dan menabungkan uang ke Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari pun pada umumnya dilakukan oleh laki-laki atau suami.