• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.4 Aktivitas Siswa

Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi belajar-mengajar. Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yakni menurut pandangan ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama aktivitas didominasi oleh guru sedang menurut padangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa.

Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan obyek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian proses konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Aktivitas belajar diperlukan, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.

Penjabaran di atas dapat diambil pengertian bahwa aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Adapun jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang digolongkan oleh Paul B. Diedric (Sardiman, 2011: 101) adalah sebagai berikut:

(1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

(2) Oral Activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, memberi saran, berpendapat, diskusi, interupsi.

(3) Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

(4) Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, menyalin.

(5) Drawing Activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

(6) Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun, beternak. (7) Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan.

(8) Emotional Activities, seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun, berani, tenang.

Aktivitas belajar yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari lima jenis aktivitas yang diadaptasi dari penggolongan Paul B. Diedric seperti di penjelasan di atas. Kelima jenis aktivitas yang digunakan yaitu visual activities, oral activities, writing activities, motor activities, mental activities.

2.1.5 Sikap Peduli Lingkungan

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, dan nilai (Sobur, 2003). Sikap bukanlah perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang, benda, tempat, gagasan, situasi, atau kelompok. Secord & Backman dalam Azwar (2005) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di sekitar lingkungannya. Sikap dapat dilihat dari cara seseorang itu bertingkah laku dan bertindak, maka sikap dapat pula diketahui ciri-cirinya.

Sikap terbentuk atas dasar kebutuhan-kebutuhan yang kita miliki dan informasi yang kita terima mengenai hal-hal tertentu. Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar (2005) dapat diuraikan sebagai berikut:

(1) Pengalaman Pribadi

Sikap akan mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi meninggalkan pesan yang kuat dan terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional sehingga penghayatan pengalaman akan lebih mendalam dann lama berbekas.

(2) Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan menanamkan garis pengaruh sikap, mewarnai sikap masyarakatnya, dan memberi corak pengalaman bagi individu. Apabila kita hidup dalam budaya yang patuh terhadap aturan yang adadi lingkungan maka sikap patuh itu juga tertanam dalam diri kita, sehingga apabila siswa berada pada budaya sekolah yang patuh pada peraturan yang ada maka siswa dapat pula memiliki sikap siswa terhadap peraturan sekolah.

(3) Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting

Orang lain di sekitar kita memberikan pengaruh yang banyak pada pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Apabila orang yang dianggap penting seperti orang tua, guru, teman dekat dan teman sebaya memiliki sikap positif terhadap peraturan yang ada di lingkungannya, maka seseorang dapat pula terdorong untuk memiliki sikap positif sesuai peraturan yang ada.

(4) Media Massa

Media massa bertugas menyampaikan informasi dan membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Berbagai bentuk media massa seperti surat kabar, televisi, radio dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan individu.

(5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan dan agama berpengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral individu. Pemahaman akan baik dan buruk, boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

(6) Pengaruh Faktor Emosi

Sikap kadang merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam bentuk mekanisme ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap

yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih bertahan lama.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu sebagai bentuk reaksi terhadap suatu objek sikap yang mengandung komponen kognitif yang berisi kepercayaan atau pemikiran seseorang terhadap objek sikap, komponen afektif yang menyangkut perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu, dan komponen konaktif yang menunjukkan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya, serta mampu mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pengalaman pribadi, pengaruh kebudayaan, pengaruh orang lain, media massa, lembaga pendidikan dan pengaruh emosi.

Peduli lingkungan merupakan salah satu sikap atau karakter yang wajib ditanamkan kepada setiap insan khususnya generasi muda, mengingat semakin banyaknya bencana alam yang diakibatkan dari kurang terjaganya lingkungan sekitar tempat tinggal. Karakter peduli lingkungan ini diharapkan mampu untuk menciptakan generasi muda yang cinta akan lingkungannya, menjaga kebersihan tempat tinggalnya, merawat makhluk hidup lain dan tidak menambah kerusakan lingkungan yang sudah ada. Kerusakan lingkungan terjadi sebagai dampak dari sikap peduli lingkungan yang rendah. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya aktivitas manusia yang belum mengarah pada sikap peduli dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Hal-hal seperti ilegal-logging, membuang sampah di sungai, pembangunan pabrik dan meningkatnya pengguna kendaraan pribadi merupakan sedikit contoh cerminan perilaku manusia sehari-hari yang masih belum mampu ditekan atau dihentikan.

Pembentukan kesadaran terhadap kondisi yang ada di lingkungannya dapat ditempuh melalui pendidikan yang ada di sekolah. Mustakin (2011) menjelaskan bahwa,

“Sekolah seharusnya memainkan perannya dalam membentuk kesadaran terhadap lingkungan. Perlu ada pembentukan karakter terhadap lingkungan pada diri siswa. Karakter ini bisa dimulai dari persoalan sepele, seperti penyediaan tempat sampah yang memadai, sampai pada perumusan action plan tentang program-program kepedulian lingkungan. Melalui

pembentukan karakter ini diharapkan lahir generasi yang memiliki kepedulian lingkungan.”

Hal itu berarti, sekolah sebagai institusi pendidikan, memiliki tugas untuk membentuk karakter peduli lingkungan pada diri siswa. Karakter terbentuk dari sikap yang dilakukan terus menerus sehingga sekolah mempunyai kewajiban untuk menanamkan sikap peduli lingkungan secara berkesinambungan. Ini sesuai dengan fungsi pendidikan nasional.

Pendidikan karakter telah diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan Indonesia yang berlaku, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Pusat kurikulum pengembangan dan pendidikan budaya dan karakter bangsa pedoman sekolah (2009) menyatakan bahwa ada 18 nilai pendidikan karakter, sikap peduli lingkungan menjadi salah satu pendidikan karakter yang ditanamkan di sekolah (Narwanti, 2011).

Menurut Dimopoulos (2009) ada empat tingkatan pencapaian pada pendidikan lingkungan. Tingkatan tersebut adalah Ecological Foundation Level (pengetahuan dasar mengenai lingkungan), Conceptual AwarenessLevel (menganalisis isu-isu di lingkungan), Investigation and Evaluation (menelusuri dan mengevaluasi masalah lingkungan dan memikirkan solusinya), dan Environmental Action Skills Level (aplikasi pengetahuan untuk mengatasi permasalahan lingkungan).

Dokumen terkait