• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN OUTDOOR LEARNING PROCESS BERBANTU PUZZLE BLOCKS MATERI EKOSISTEM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN OUTDOOR LEARNING PROCESS BERBANTU PUZZLE BLOCKS MATERI EKOSISTEM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN"

Copied!
251
0
0

Teks penuh

(1)

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR

DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan IPA

oleh Anies Rahmayati

4001411033

JURUSAN IPA TERPADU

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)

iv

Success is liking yourself, liking what you do and liking how you do it. (Maya Angelou)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Sri Hayati dan Ashar, Ibu dan Bapak tercinta yang tidak pernah berhenti memberikan kasih sayang, doa dan dukungannya.

2. Astik, Indri dan Eva, Kakak-kakakku yang selalu memberi dukungan secara moril maupun materi

3. Teman-teman istimewa yang selalu menemani hingga saat ini, terimakasih Aruma, Oktavia, Queen, Novian, Sapta, Alfian, Bayu, Wening, Dewi, Nyna, Rizqi, Diana, Arif untuk semangat dan doanya.

4. Teman-teman Kos, Kristian, Yani, Nurul, Dwi, Yuti, Ayu, Ayu Rahma, Rizkia, Bita, Inggrit yang selalu memberikan semangat dan dukungannya.

5. Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPA Angkatan 2011 FMIPA Unnes yang memberikan semangat dan dukungannya.

(5)

v

“Penerapan Outdoor Learning Process Berbantu Puzzle Blocks Materi Ekosistem untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Sikap Peduli Lingkungan” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan IPA di Jurusan IPA Terpadu FMIPA Unnes. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan menyelesaikan studi strata 1 Jurusan IPA Terpadu FMIPA Unnes.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

3. Prof. Dr. Sudarmin, M. Si., selaku Ketua Jurusan IPA Terpadu FMIPA Unnes yang telah memberikan kesempatan dan kewenangan untuk melaksanakan penelitian.

4. Novi Ratna Dewi, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

5. Dra. Saptorini, M.Pi., Dosen Pembimbing II yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

6. Prof. Dr. Hartono, M.Pd., Dosen penguji yang dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. 7. Rahayu Prihatin, S.Pd., Kepala SMP Negeri 10 Magelang yang telah

berkenaan memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian. 8. Supardi, S.Pd., Guru IPA SMP Negeri 10 Magelang yang telah berkenan

(6)

vi

penyusunan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi lembaga, masyarakat serta pembaca pada umumnya.

Semarang, 10 September 2015

(7)

vii

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Novi Ratna Dewi, M.Pd., Pembimbing Pendamping Dra. Saptorini, M.Pi.

Kata kunci: outdoor learning process, puzzle blocks, aktivitas belajar, sikap peduli lingkungan

(8)

viii

Rahmayati, A. 2015. Application of Outdoor Learning Process by Using Puzzle Blocks to Increase Student Learning Activities and Conservation Attitudes. Final Project, Integrated Science Department The Faculty of Mathematics and Natural Science, Semarang State University. Supervisor: Novi Ratma Dewi, M.Pd., Dra. Saptorini, M.Pi.

Keywords: Outdoor Learning Process, Puzzle Blocks, Activities, Conservation

(9)

ix

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

ABSTRAK... .vii

ABSTRACT...viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 RumusanMasalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Penegasan Istilah ... 6

LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1 Outdoor Learning ... 9

2.1.2 Media Pembelajaran ... 11

2.1.3 Materi Ekosistem ... 12

2.1.4 Aktivitas Siswa ... 16

2.1.5 Sikap Peduli Lingkungan ... 17

2.1.6 Hasil Belajar ... 20

2.2 Penelitian yang Relevan ... 21

2.3 Kerangka Berpikir ... 22

(10)

x

3.3 Variabel Penelitian ... 26

3.4 Desain Penelitian ... 26

3.5 Prosedur Penelitian ... 27

3.6 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.6.1 Jenis Data ... 29

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.7 Analisis Data Awal ... 31

3.7.1 Uji Normalitas ... 31

3.7.2 Uji Homogenitas ... 33

3.8 Analisis Instrumen Penilaian Tes ... 34

3.8.1 Analisis Validitas Soal ... 34

3.8.2 Reliabilitas ... 35

3.8.3 Tingkat Kesukaran ... 35

3.8.4 Daya Beda Butir ... 36

3.8.5 Hasil Analisis Instrumen Penilaian Tes ... 37

3.9 Analisis Data Akhir ... 38

3.9.1 Uji Normalitas Data ... 38

3.9.2 Analisis Data Aktivitas Siswa ... 39

3.9.3 Analisis Data Sikap Peduli Lingkungan ... 41

3.9.4 Analisis Data Hasil Belajar ... 42

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Hasil Penelitian ... 45

4.2 Pembahasan ... 54

SIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1 Simpulan ... 67

5.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(11)

xi

3. 1 Hasil Uji Normalitas Populasi ... 3. 2 Hasil Uji Homogenitas Populasi ... 3. 3 Hasil Validitas Soal Pilihan Ganda ... 3. 4 Kategori Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 3. 5 Data Tingkat Kesukaran Soal Pilihan Ganda ... 3. 6 Kriteria Daya Pembeda Soal ... 3. 7 Data Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda ... 3. 8 Hasil Uji Normalitas Data Kelas Eksperimen ... 3. 9 Hasil Uji Normalitas Data Kelas Kontrol ... 3. 10 Kriteria Aktivitas Siswa ... 3. 11 Kriteria Faktor –G Pada Aktivitas Belajar Siswa ... 3. 12 Kriteria Penilaian Sikap Peduli Lingkungan ... 3. 13 Kriteria Faktor –G Pada Sikap Peduli Lingkungan ... 3. 14 Kriteria Faktor –G Pada Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa ... 4. 1 Aktivitas Belajar Siswa Per Aspek ... 4. 2 Hasil Analisis Uji T Aktivitas Belajar Siswa Per Aspek ... 4. 3 Persentase Aktivitas Belajar Siswa Per Pertemuan ... 4. 4 Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Per Pertemuan ... 4. 5 Hasil Uji T Aktivitas Belajar Siswa ... 4. 6 Sikap Peduli Lingkungan Per Aspek ... 4. 7 Hasil Uji T Sikap Peduli Lingkungan Per Aspek ... 4. 8 Persentase Sikap Peduli Lingkungan Siswa Per Pertemuan ... 4. 9 Peningkatan Sikap Peduli Lingkungan Siswa Per Pertemuan ... 4. 10 Hasil Uji T Sikap Peduli Lingkungan ... 4. 11 Rekapitulasi Skala Psikologi Sikap Peduli Lingkungan ... 4. 12 Pemahaman Konsep Siswa ... 4. 13 Hasil Uji Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa ...

(12)

xii

2.1 Skema Kerangka Berpikir dalam Penelitian ... 3.1 Desain Nonequivalent control group design ... 4.1 Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Per Aspek ... 4.3 Peningkatan Sikap Peduli Lingkungan Per Aspek ...

(13)

xiii

Lampiran Halaman

1. Silabus ... 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ... 4. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Kelas Kontrol ... 5. Rubrik Penilaian LKS ... 6. Rubrik dan Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 7. Rubrik dan Lembar Observasi Sikap Peduli Lingkungan ... 8. Kisi-Kisi dan Lembar Skala Psikologi Sikap Peduli Lingkungan ... 9. Kisi-Kisi Soal Pretest ... 10. Soal Pretest ... 11. Kunci Jawaban Soal Pretest ... 12. Analisis Ujicoba Soal ... 13. Data Nilai Harian IPA Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup ... 14. Uji Normalitas Data Awal ... 15. Uji Homogenitas Populasi ... 16. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 17. Perhitungan N-gain Aktivitas Belajar Siswa per Aspek ... 18. Perhitungan N-gain Aktivitas Belajar Siswa per Pertemuan ... 20. Rekapitulasi hasil Observasi Sikap Peduli Lingkungan ... 21. Normalitas Sikap Peduli Lingkungan ... 22. Perhitungan N-gain Sikap Peduli Lingkungan ... 23. Hasil Uji t Sikap Peduli Lingkungan ... 24. Normalitas Nilai Akhir ... 25. Perhitungan N-gain Hasil Belajar ... 26. Uji t Nilai Akhir Hasil Belajar Siswa ...

(14)

xiv

30. Contoh Lembar Skala Psikologi ... 31. Contoh Lembar Jawaban Soal Siswa ... 32. Contoh Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 33. SK Pembimbing Skripsi ... 34. Surat Ijin Penelitian ... 35. Surat Hasil Penelitian ... 36. Dokumentasi Penelitian ...

(15)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah mengajak siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran yang ada. Guru sebagai fasilitator bukan merupakan satu-satunya sumber belajar di sekolah. Guru yang mengajar harusnya membuat perencanaan yang matang dan menarik agar siswa mampu termotivasi dalam belajar di sekolah. Pada kenyataannya guru masih menggunakan metode konvensional seperti ceramah, hal ini didapat dari hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 10 Magelang. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak membuat siswa senang dengan pembelajaran yang berlangsung. Hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa mendapat hasil sebanyak 77,78% siswa mengaku bosan dan tidak begitu menangkap maksud pembelajaran yang dilakukan melalui metode ceramah seperti yang sering dilakukan guru. SMP N 10 Magelang memiliki lingkungan yang mampu dijadikan sumber belajar untuk beberapa materi yang memungkinkan siswa dibawa keluar kelas. Sekolah ini dekat dengan perumahan, terminal, sungai dan persawahan. Kondisi lingkungan tersebut mendukung pembelajaran dengan metode yang bervariasi sehingga siswa tidak bosan. Metode lain yang dapat digunakan salah satunya dengan metode pembelajaran langsung yang memanfaatkan lingkungan sekitar. Pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar bisa diakomodir dengan strategi outdoor learning.

(16)

instruksi dari guru karena keadaan yang begitu leluasa di luar dapat menjadikan siswa bertindak semaunya dan cenderung tidak mendengarkan apa yang guru sampaikan sehingga waktu belajar banyak terbuang percuma. Hasil wawancara dengan guru, pendekatan ini juga jarang digunakan karena sulitnya mengelola siswa di luar kelas, serta membutuhkan alokasi waktu yang sangat baik untuk melakukan aktivitas di luar kelas.

Usia siswa kelas VII merupakan usia peralihan dari bangku Sekolah Dasar menuju Sekolah Menengah Pertama, pada usia ini siswa cenderung masih suka bermain dan belum fokus pada pembelajaran yang berlangsung. Strategi pembelajaran yang digunakan harus mampu menangani masalah tersebut. Pendekatan outdoor learning yang dibantu dengan media pembelajaran diharapkan mampu membuat siswa tertarik dan fokus pada pembelajaran. Media pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dalam usia peralihan dan masih fokus bermain adalah media yang tidak terlepas dari minat mereka. Media pembelajaran yang tepat adalah media permainan. Menurut Iskandar (2014) permainan adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan, sesuatu yang menghibur dan menarik, dengan permainan memungkinkan adanya partisipasi aktif dari siswa untuk belajar. Pemilihan media permainan ini untuk memperlancar pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan. Media permainan juga dapat dijadikan alternatif media pembelajaran yang mampu menarik perhatian siswa dalam belajar.

Salah satu media permainan yang mampu digunakan dalam pembelajaran outdoor yaitu puzzle blocks atau puzzle berbentuk kubus. Puzzle blocks dapat

(17)

Sadiman (2007) pemilihan media yang tepat meliputi tujuan instruksional yang dicapai, jenis rangsangan, karakteristik siswa, lingkungan, dan jangkauan yang ingin dilayani. Media permainan berupa puzzle blocks dapat dijadikan media yang memuat materi pembelajaran untuk mendukung pemahaman siswa dalam belajar. Pemilihan materi pembelajaran tentunya harus dikaitkan dengan media yang digunakan, agar saling mendukung antara media dan materi yang diajarkan. Materi yang dipilih untuk penelitian yaitu ekosistem. Materi ekosistem memungkinkan siswa untuk belajar di luar kelas agar mampu menangkap fenomena-fenomena nyata di sekitar lingkungan belajar. Ekosistem merupakan materi yang tepat diaplikasikan ke dalam permainan berupa puzzle blocks, sehingga mendukung proses penyampaian informasi kepada siswa. Puzzle blocks akan menjadi media yang mendukung pemahaman siswa terhadap fenomena yang terjadi di alam yang berkaitan dengan materi ekosistem.

Pendekatan permainan dalam pembelajaran tidak hanya meningkatkan perkembangan kognitif dan sosial, tetapi juga meningkatkan bahasa, emosi, disiplin, dan kreativitas. Kegiatan bermain mampu meningkatkan perkembangan sosial siswa, seperti belajar berkomunikasi, mengorganisasi peran, menghargai orang lain dan mentaati peraturan (Rahmatina, 2007).

Siswa pasif merupakan masalah yang masih ditemui dalam pembelajaran. Pemilihan strategi belajar merupakan pilihan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Pendekatan belajar di luar kelas yang diiringi dengan penggunaan media permainan puzzle merupakan salah satu pilihan yang dapat diimplementasikan. Penerapan strategi tersebut mampu memfokuskan untuk penilaian aktivitas pembelajaran IPA yang merupakan ranah hasil belajar psikomotorik. Aktivitas adalah seluruh kegiatan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar. Jenis aktivitas yang dilakukan siswa dalam pembelajaran, adalah aktivitas yang mendapatkan pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, sehingga pembelajaran lebih bermakna (Yahya, 2014).

(18)

akan beriringan dengan strategi pembelajaran yang diberikan serta materi ekosistem yang diajarkan kepada siswa. Hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 10 Magelang menghasilkan tingkat kepedulian lingkungan siswa dalam lingkungan kelas masih rendah, terlihat dari sikap siswa yang tidak menjaga kebersihan kelasnya. Siswa sering membuang plastik bekas makanan di laci meja dan sudut kelas, mencoret-coret meja dan dinding kelas dengan alat tulis yang mereka miliki, dan tidak merawat tanaman yang ada di sekitar kelasnya. Tanaman yang ada di sekitar kelas dibiarkan kering bahkan sering dipetik tanpa tujuan yang jelas. Indikator seseorang yang peduli lingkungan menurut Nenggala, sebagaimana yang dikutip dalam Taufiq (2014) yaitu: (1) Selalu menjaga kelestarian lingkungan sekitar, (2) Tidak mengambil, menebang atau mencabut tumbuh-tumbuhan yang terdapat di sepanjang perjalanan, (3) Tidak mencoret-coret, menorehkan tulisan padda pohon, batu-batu, jalan atau dinding, (4) Selalu membuang sampah pada tempatnya, (5) Tidak membakar sampah di sekitar perumahan, (6) Melaksanakan kegiatan membersihkan lingkungan (7) Menimbun barang-barang bekas, dan (8) Membersihkan sampah-sampah yang menyumbat saluran air. Sikap peduli lingkungan akan sangat erat kaitannya dengan materi IPA khususnya ekosistem. Sikap peduli lingkungan tentunya sangat penting diterapkan pada anak usia sekolah menengah, yang nantinya akan sangat berguna dikehidupan mendatang untuk melestarikan lingkungan sekitar.

(19)

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:

(1) Apakah penerapan outdoor learning process berbantu puzzle blocks dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa?

(2) Apakah penerapan outdoor learning process berbantu puzzle blocks dapat meningkatkan sikap peduli lingkungan?

(3) Apakah penerapan outdoor learning process berbantu puzzle blocks dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa?

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

(1) Mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa melalui penerapan outdoor learning process berbantu puzzle blocks

(2) Mengetahui peningkatan sikap peduli lingkungan melalui penerapan outdoor learning process berbantu puzzle blocks

(3) Mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa melalui penerapan outdoor learning process berbantu puzzle blocks

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya dalam pembelajaran IPA Terpadu SMP/MTs.

1.4.2 Manfaat praktis 1.4.2.1 Manfaat bagi siswa

(1) Memberikan suasana baru dalam pembelajaran IPA materi ekosistem sehingga aktivitas dan sikap peduli lingkungan siswa meningkat

(2) Diperoleh pengalaman menganalisis pola interaksi di alam sekitar yang terkait dengan tema ekosistem

(20)

1.4.2.2 Manfaat bagi guru

(1) Memberikan pengetahuan kepada guru-guru jika alam sekitar berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar

(2) Meningkatkan pembelajaran yang inovatif untuk menarik minat dari siswa 1.4.2.3 Manfaat bagi sekolah

(1) Menghasilkan peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi dalam bidang hasil belajar kognitif, aktivitas belajar serta sikap peduli lingkungan.

(2) Menjadi bahan pemikiran untuk memilih pendekatan yang tepat untuk meningkatkan minat belajar IPA siswa selanjutnya.

1.4.2.4 Manfaat bagi peneliti

(1) Memberikan jawaban atas masalah yang diteliti terkait upaya peningkatan aktivitas belajar siswa dan sikap peduli lingkungan

(2) Menambah pengetahuan dibidang penelitian dan penulisan artikel ilmiah

1.5

Penegasan Istilah

1.5.1 Outdoor Learning Process

Pembelajaran Outdoor Learning menurut Marianti (2006) adalah pendekatan pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sekitar kehidupan siswa baik lingkungan fisik, sosial, budaya sebagai objek belajar, dengan mempelajari fenomenanya melalui kerja ilmiah. Pendekatan outdoor learning yang diimplementasikan dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang dilaksanakan di luar kelas mulai dari pembukaan pembelajaran hingga penutup.

1.5.2 Puzzle Blocks

Puzzle berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar

(21)

proses pembelajaran yang dilakukan. Puzzle blocks dibuat dengan menyusun kubus kayu yang membentuk gambar. satu gambar tersusun atas 36 kubus kayu.

1.5.3 Materi Ekosistem

Kegiatan pembelajaran meliputi: (1) menentukan komponen dan satuan ekosistem, (2) memahami hubungan antar komponen biotik dengan biotik dan komponen abiotik dengan biotik, (3) Mengidentifikasi keanekaragaman makhluk hidup, (4) memahami peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.

1.5.4 Aktivitas Belajar

Aktivitas adalah seluruh kegiatan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar. Jenis aktivitas yang dilakukan siswa dalam pembelajaran adalah aktivitas yang mendapatkan pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna (Yahya, 2014).

Aktivitas belajar yang dijadikan bahan penelitian adalah aktivitas ilmiah siswa selama proses pembelajaran yang berlangsung. Aktivitas siswa dinilai melalui lembar observasi yang diisi oleh peneliti selama proses pembelajaran untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Aspek aktivitas yang dinilai meliputi (1) Visual activities yaitu memperhatikan pada saat guru menyampaikan informasi selama proses kegiatan pembelajaran; (2) oral activities yaitu bertanya kepada guru mengenai materi atau informasi yang belum paham, bertanya kepada teman mengenai tugas yang belum dipahami, mengeluarkan pendapat pada saat diskusi kelompok; (3) writing activities yaitu mengerjakan tugas yang diberikan guru; mengerjakan lembar kerja siswa; (4) motor activities yaitu menyusun puzzle blocks; (5) mental activities yaitu menanggapi presentasi teman.

1.5.5 Sikap Peduli Lingkungan

(22)

yang berhubungan dengan lingkungan. Penelitian ini menempatkan peduli lingkungan sebagai suatu sikap yang akan diukur peningkatannya setelah dilakukan perlakuan, baik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Sikap peduli lingkungan dinilai menggunakan dua metode yaitu observasi dan skala sikap. Dimensi sikap peduli lingkungan yang dinilai meliputi (1) Ecological foundation level (pengetahuan dasar mengenai lingkungan); (2) Conceptual

awareness level (menganalisis isu-isu di lingkungan); (3) Investigation and

evaluation (menelusuri dan mengevaluasi masalah lingkungan dan memikirkan

solusinya); (4) Environmental action skills level (aplikasi pengetahuan untuk mengatasi permasalahan lingkungan).

1.5.4 Pemahaman Konsep

(23)

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Outdoor Learning

Sebagai suatu pendekatan, pembelajaran outdoor learning memanfaatkan lingkungan sekitar kehidupan siswa baik lingkungan fisik, sosial, budaya sebagai objek belajar, dengan mempelajari fenomenanya melalui kerja ilmiah (Marianti, 2006). Pendekatan outdoor learning terdiri atas beberapa komponen yang seyogyanya dilaksanakan secara terpadu. Elemen-elemen penting yang perlu diperhatikan dalam pendekatan outdoor learning menurut Ginting (2005) yaitu: (1) Alam terbuka sebagai sarana kelas. Penggunaan setting alam terbuka sebagai sarana kelas memberikan dukungan terhadap proses pembelajaran secara menyeluruh dan sekaligus membebaskan siswa dari himpitan suasana empat dinding dan ritme belajar yang biasa siswa alami, (2) berkunjung ke obyek langsung. Siswa diharapkan berada langsung pada dunia nyata, bukan sekedar cerita dari guru. Ini mendorong intensitas keterlibatan siswa baik secara fisik, mental dan emosional, (3) Unsur bermain sebagai dasar pendekatan. Kelas alam terbuka dan mengunjungi obyek langsung, merupakan tempat yang ideal, khususnya dalam melakukan proses pembelajaran berdasarkan pengalaman (experiential learning), (4) Guru harus mempunyai komitmen. Berani berkomitmen untuk mengubah paradigma selama ini ke paradigma baru yang dibutuhkan masyarakat. Dimana guru tidak saja mengembangkan dan mengasah kecerdasan intelektual siswa, tetapi memadukan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan lainnya dalam proses pembelajaran.

(24)

siswa baik lingkungan fisik, sosial, teknologi maupun budaya sebagai objek belajar biologi yang fenomenanya dipelajari melalui kerja ilmiah (Marianti & Kartijono, 2005). Menurut Santosa, sebagaimana yang dikutip dalam Marianti (2006) menyatakan yang menjadi penciri dalam kegiatan pembelajaran berpendekatan outdoor learning adalah selalu dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung maupun tidak langsung yaitu dengan menggunakan media. Ciri kedua adalah selalu ada kegiatan berupa peramalan (prediksi), pengamatan, dan penjelasan. Ciri ketiga adalah ada laporan untuk dikomunikasikan baik secara lisan, tulisan, gambar, foto atau audiovisual. Ciri keempat kegiatan pembelajarannya dirancang menyenangkan sehingga menimbulkan minat untuk belajar lebih lanjut.

Pendekatan outdoor learning merupakan pendekatan kodrat manusia dalam upayanya mengenali alam lingkungannya. Pembelajaran melalui pendekatan outdoor learning memungkinkan peserta didik meningkatkan potensinya sebagai

manusia yang memiliki akal budi. Pendekatan outdoor learning menekankan pada kegiatan belajar yang dikaitkan dengan lingkungan alam sekitar kehidupan peserta didik dan dunia nyata, sehingga selain dapat membuka wawasan berpikir yang beragam, siswa juga dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya dengan masalah-masalah kehidupan nyata. Dengan demikian, hasil belajar siswa lebih bermakna bagi kehidupannya, sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial, dan integritas dirinya (Ridlo, 2005).

(25)

pembelajaran di kelas. Visualisasi terhadap fenomena alam akan sangat membantu peserta didik untuk mengamati sekaligus memahami gejala atau konsep yang terjadi.

2.1.2 Media Pembelajaran

Kata media menurut Arsyad (2004) berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Salah satu ciri media pembelajaran adalah bahwa media mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada penerima yaitu siswa. Pesan dan informasi yang dibawa oleh media bisa berupa pesan yang sederhana dan bisa pula berupa pesan yang kompleks. Tetapi yang terpenting adalah media itu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan siswa, serta siswa dapat aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, perlu dirancang dan dikembangkan lingkungan pengajaran yang interaktif mampu menjawab kebutuhan belajar seseorang dengan menyiapkan kegiatan pengajaran beserta media yang efektif guna menjamin keaktifan pembelajaran.

Pembelajaran media menurut Kemp dan Dayton dalam Arsyad (2004) dilihat dari jenisnya yaitu sebagai berikut:

(1) Media auditif

Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja seperti radio, casette recorder atau piringan hitam.

(2) Media visual

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan seperti film strip, flashcard, slides, foto, gambar atau lukisan, kartu soal. (3) Media audiovisual

Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.

2.1.2.1 Puzzle Blocks

Puzzle adalah permainan menyelesaikan masalah yang mengandung

(26)

masalah IPA. Menurut Hadisutopo, sebagaimana yang dikutip dalam Laksono (2012), Penyelesaian masalah puzzle dapat membutuhkan pengenalan pola dan susunan tertentu. Terdapat bermacam-macam puzzle diantaranya adalah jigsaw, crossword, tower of hanoi dan lain lain.

Puzzle blocks dalam penelitian ini adalah puzzle yang berbentuk potongan

kubus-kubus kayu yang memiliki enam sisi dan mengandung gambar di masing-masing sisinya, sehingga siswa akan bekerja lebih keras untuk mencari gambar yang cocok pada sisi yang diinginkan. Puzzle blocks ini merupakan media baru dan belum pernah digunakan sebelumnya serta memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.

2.1.2.2 Lembar Kerja Siswa

Penelitian ini selain menggunakan puzzle blocks juga menggunakan LKS. LKS merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran, bahkan ada yang menggolongkan dalam jenis alat peraga pembelajaran IPA. Secara umum LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap/sarana pendukung pelaksanaan rencana pembelajaran. LKS berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal. LKS ini sangat baik digunakan untuk menggalakan keterlibatan siswa dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan pendekatan terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan. Menurut Sugiarto sebagaimana yang dikutip dalam Safitri (2009), proses pembelajaran IPA, LKS dapat difungsikan dengan tujuan untuk menemukan konsep/prinsip, juga dapat ditujukan untuk aplikasi konsep/prinsip (Sugiarto, 2007). LKS yang digunakan dalam penelitian ini adalah LKS yang mendukung kegiatan pengamatan dan penggunaan Puzzle block saat pembelajaran.

2.1.3 Tinjauan Materi Ekosistem

(27)

dalamnya meliputi komponen ekosistem, satuan ekosistem, hubungan antar ekosistem, pentingnya ekosistem, pengaruh kepadatan, serta peran manusia dalam ekositem.

Materi ekosistem merupakan materi yang berkaitan dengan lingkungan sekitar yang mampu dijadikan sebagai sumber belajar agar pembelajaran ekosistem lebih bermakna dan mudah dipahami oleh siswa. Materi ekosistem memungkinkan siswa dapat belajar sendiri dengan lingkungan sekitar yang tersedia. Salah satu pembelajaran yang menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar adalah Outdoor learning. Outdoor learning menekankan pada proses belajar induktif, materi pembelajaran secara langsung dialami oleh siswa sehinggga membuat siswa lebih mampu menerima makna dari proses pembelajaran.

Materi ekosistem yang digunakan dalam penelitian memuat beberapa submateri antara lain komponen ekosistem, satuan-satuan ekosistem, hubungan antar komponen ekosistem, upaya pelestarian makhluk hidup, pengaruh kepadatan populasi terhadap lingkungan dan pengelolaan lingkungan.

2.1.3.1 Komponen Ekosistem

Komponen ekosistem terdiri dari dua komponen yaitu komponen biotik dan komponen abiotik. Berdasar fungsi, komponen biotik dibedakan menjadi: produsen, konsumen dan pengurai.

2.1.3.1.1 Produsen

Produsen merupakan kelompok makhluk hidup yang mampu membuat makanan sendiri. Semua tumbuhan hijau termasuk kelompok produsen.

2.1.3.1.2 Konsumen

Kelompok makhluk hidup konsumen yaitu hewan dan manusia. Kelompok ini tidak mampu membuat makanan sendiri, karena itu bergantung dengan

makhluk hidup lain. 2.1.3.1.3 Pengurai

(28)

2.1.3.2 Satuan-satuan Ekosistem

Organisme yang menempati suatu tempat dibedakan atas dua jenis yang biasa disebut dengan individu dan populasi. Individu adalah makhluk hidup tunggal, dan populasi adalah sekelompok makhluk hidup satu jenis yang mendiami suatu tempat. Ekosistem terdiri atas dua macam yaitu ekosistem buatan dan ekosistem alami.

2.1.3.3 Hubungan antar Komponen Ekosistem

Hubungan saling ketergantungan antar individu dalam ekosistem merupakan hubungan mempengaruhi komponen di dalamnya.

2.1.3.3.1 Hubungan antara komponen biotik dengan komponen abiotik

Keberadaan komponen abiotik dalam ekosistem sangat mempengaruhi komponen biotik. Misal: tumbuhan dapat hidup baik apabila lingkungan memberikan unsur-unsur yang dibutuhkan tumbuhan tersebut, contohnya air, udara, cahaya, dan garam–garam mineral. Begitu juga sebaliknya komponen biotik sangat mempengaruhi komponen abiotik yaitu tumbuhan yang ada di hutan sangat mempengaruhi keberadaan air, sehingga mata air dapat bertahan, tanah menjadi subur.

2.1.3.3.2 Hubungan antara komponen biotik dengan komponen biotik

Tidak ada makhluk hidup yang hidup tanpa makhluk lainnya. Setiap makhluk hidup memerlukan makhluk hidup lainnya untuk saling mendukung kehidupan baik secara langsung maupun tak langsung. Hubungan saling ketergantungan antar produsen, konsumen dan pengurai. Terjadi melalui peristiwa makan dan memakan.

2.1.3.4 Upaya Pelestarian Makhluk Hidup

Keanekargaman makhluk hidup sangat penting bagi kelangsungan dan kelestarian makhluk hidup. Suatu kelompok makhluk hidup yang memiliki kelestarian tinggi, terdapat keanekaragaman yang tinggi. Sebaliknya makhluk hidup yang memiliki tingkat kelestarian rendah, terdapat keanekaragaman rendah dan terancam punah.

(29)

bertindak untuk memelihara, mengembangkan dan menjaga keanekaragaman makhluk hidup sebagai sumber daya alam hayati, agar senantiasa dapat memperoleh manfaatnya.

2.1.3.5 Pengaruh Kepadatan Populasi terhadap Lingkungan

Beberapa hal yang mempengaruhi populasi manusia, yaitu: (1) Kelahiran atau natalitas, kepadatan populasi akan bertambah. Angka kelahiran diperoleh menghitung jumlah kelahiran hidup tiap 1000 penduduk per tahun, (2) Kematian atau mortalitas, kepadatan populasi akan berkurang. Angka kematian diperoleh menghitung jumlah kematian tiap 1000 penduduk per tahun, (3) Imigrasi, adanya penduduk yang datang akan menambah kepadatan populasi, (4) Emigrasi, adanya penduduk yang pindah atau pergi akan mengurangi kepadata populasi.

2.1.3.6 Pengelolaan Lingkungan

Manusia memiliki peran penting dalam lingkungan. Beberapa manusia senantiasa merusak dan mencemari lingkungan dengan berbagai aktivitas sehari-hari yang dilakukan, namun ada pula yang berjuang keras untuk melakukan perbaikan dan pelestarian untuk menjaga lingkungan tempat tinggal. Pencemaran lingkungan yang timbul akibat ulah manusia yaitu pencemaran air, pencemaran udara dan pencemaran tanah. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah pencemaran tersebut adalah sebagai berikut:

2.1.3.6.1 Upaya mengatasi pencemaran air dilakukan sebagai berikut: (1) Pengelola industri wajib membuat unit pengelolaan limbah (UPL).

(2) Menggunakan pupuk buatan dan pestida sesuai dengan dosis yang dianjurkan. (3) Di rumah tangga wajib membuat unit pengelolaan sederhana.

2.1.3.6.2 Upaya mengatasi pencemaran udara dilakukan sebagai berikut:

(1) Pabrik yang mengeluaran asap membuat cerobong asap yang tinggi agar gas pencemarnya keluar ke lingkungan berbaur dengan angin.

(2) Lokasi pabrik sebaiknya jauh dari pemukiman.

(3) Melakukan reboisasi untuk mengurangi kadar karbondioksida di udara. 2.1.3.6.3 Upaya mengatasi kerusakan hutan (pencemaran tanah):

(30)

(2) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memelihara hutan dan tidak melakukan penebangan liar.

(3) Melakukan tindakan yang memotivasi warga untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup.

2.1.4 Aktivitas Siswa

Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi belajar-mengajar. Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yakni menurut pandangan ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama aktivitas didominasi oleh guru sedang menurut padangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa.

Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan obyek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian proses konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Aktivitas belajar diperlukan, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.

Penjabaran di atas dapat diambil pengertian bahwa aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Adapun jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang digolongkan oleh Paul B. Diedric (Sardiman, 2011: 101) adalah sebagai berikut:

(1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

(2) Oral Activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, memberi saran, berpendapat, diskusi, interupsi.

(31)

(4) Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, menyalin.

(5) Drawing Activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

(6) Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun, beternak. (7) Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan.

(8) Emotional Activities, seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun, berani, tenang.

Aktivitas belajar yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari lima jenis aktivitas yang diadaptasi dari penggolongan Paul B. Diedric seperti di penjelasan di atas. Kelima jenis aktivitas yang digunakan yaitu visual activities, oral activities, writing activities, motor activities, mental activities.

2.1.5 Sikap Peduli Lingkungan

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, dan nilai (Sobur, 2003). Sikap bukanlah perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang, benda, tempat, gagasan, situasi, atau kelompok. Secord & Backman dalam Azwar (2005) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di sekitar lingkungannya. Sikap dapat dilihat dari cara seseorang itu bertingkah laku dan bertindak, maka sikap dapat pula diketahui ciri-cirinya.

(32)

(1) Pengalaman Pribadi

Sikap akan mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi meninggalkan pesan yang kuat dan terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional sehingga penghayatan pengalaman akan lebih mendalam dann lama berbekas.

(2) Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan menanamkan garis pengaruh sikap, mewarnai sikap masyarakatnya, dan memberi corak pengalaman bagi individu. Apabila kita hidup dalam budaya yang patuh terhadap aturan yang adadi lingkungan maka sikap patuh itu juga tertanam dalam diri kita, sehingga apabila siswa berada pada budaya sekolah yang patuh pada peraturan yang ada maka siswa dapat pula memiliki sikap siswa terhadap peraturan sekolah.

(3) Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting

Orang lain di sekitar kita memberikan pengaruh yang banyak pada pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Apabila orang yang dianggap penting seperti orang tua, guru, teman dekat dan teman sebaya memiliki sikap positif terhadap peraturan yang ada di lingkungannya, maka seseorang dapat pula terdorong untuk memiliki sikap positif sesuai peraturan yang ada.

(4) Media Massa

Media massa bertugas menyampaikan informasi dan membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Berbagai bentuk media massa seperti surat kabar, televisi, radio dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan individu.

(5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan dan agama berpengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral individu. Pemahaman akan baik dan buruk, boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

(6) Pengaruh Faktor Emosi

(33)

yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih bertahan lama.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu sebagai bentuk reaksi terhadap suatu objek sikap yang mengandung komponen kognitif yang berisi kepercayaan atau pemikiran seseorang terhadap objek sikap, komponen afektif yang menyangkut perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu, dan komponen konaktif yang menunjukkan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya, serta mampu mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pengalaman pribadi, pengaruh kebudayaan, pengaruh orang lain, media massa, lembaga pendidikan dan pengaruh emosi.

Peduli lingkungan merupakan salah satu sikap atau karakter yang wajib ditanamkan kepada setiap insan khususnya generasi muda, mengingat semakin banyaknya bencana alam yang diakibatkan dari kurang terjaganya lingkungan sekitar tempat tinggal. Karakter peduli lingkungan ini diharapkan mampu untuk menciptakan generasi muda yang cinta akan lingkungannya, menjaga kebersihan tempat tinggalnya, merawat makhluk hidup lain dan tidak menambah kerusakan lingkungan yang sudah ada. Kerusakan lingkungan terjadi sebagai dampak dari sikap peduli lingkungan yang rendah. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya aktivitas manusia yang belum mengarah pada sikap peduli dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Hal-hal seperti ilegal-logging, membuang sampah di sungai, pembangunan pabrik dan meningkatnya pengguna kendaraan pribadi merupakan sedikit contoh cerminan perilaku manusia sehari-hari yang masih belum mampu ditekan atau dihentikan.

Pembentukan kesadaran terhadap kondisi yang ada di lingkungannya dapat ditempuh melalui pendidikan yang ada di sekolah. Mustakin (2011) menjelaskan bahwa,

(34)

pembentukan karakter ini diharapkan lahir generasi yang memiliki kepedulian lingkungan.”

Hal itu berarti, sekolah sebagai institusi pendidikan, memiliki tugas untuk membentuk karakter peduli lingkungan pada diri siswa. Karakter terbentuk dari sikap yang dilakukan terus menerus sehingga sekolah mempunyai kewajiban untuk menanamkan sikap peduli lingkungan secara berkesinambungan. Ini sesuai dengan fungsi pendidikan nasional.

Pendidikan karakter telah diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan Indonesia yang berlaku, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Pusat kurikulum pengembangan dan pendidikan budaya dan karakter bangsa pedoman sekolah (2009) menyatakan bahwa ada 18 nilai pendidikan karakter, sikap peduli lingkungan menjadi salah satu pendidikan karakter yang ditanamkan di sekolah (Narwanti, 2011).

Menurut Dimopoulos (2009) ada empat tingkatan pencapaian pada pendidikan lingkungan. Tingkatan tersebut adalah Ecological Foundation Level (pengetahuan dasar mengenai lingkungan), Conceptual AwarenessLevel (menganalisis isu-isu di lingkungan), Investigation and Evaluation (menelusuri dan mengevaluasi masalah lingkungan dan memikirkan solusinya), dan Environmental Action Skills Level (aplikasi pengetahuan untuk mengatasi

permasalahan lingkungan).

2.1.6 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Purwanto, 2010). Definisi lain menurut Sudjana (2005) bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Oleh karena itu hasil belajar memiliki hubungan erat dengan belajar.

(35)

(1) Ranah kognitif adalah ranah yang membahas tentang intelektual siswa sehingga ranah ini mencakup pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

(2) Ranah afektif adalah ranah yang membahas tentang sikap, nilai-nilai dan apresiasi siswa.

(3) Ranah psikomotorik adalah suatu ranah yang mencakup keterampilan siswa. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penilaian hasil belajar pada ranah kognitif atau yang akan disebut dengan pemahaman konsep siswa. Ranah kognitif merupakan ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk ranah kognitif. Menurut Sudjana (2010) ranah kognitif meliputi enam tipe hasil belajar yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

2.2 Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Santiningtyas (2012) pembelajaran yang menggunakan pendekatan outdoor learning berbasis inkuiri berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Hasil ini dapat dilihat dari rataan nilai posttest kelas eksperimen lebih baik daripada nilai posttest kelas kontrol. Hasil penelitian Rachmawati (2013) terkait pengembangan perangkat berbasis outdoor learning juga mampu memperbaiki aktivitas siswa selama pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.

Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian terkait media pembelajaran berupa puzzle. Pramudiani (2014) telah membuktikan bahwa media puzzle yang disertakan dalam pendekatan accelerated learning berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan ketuntasan belajar semua siswa dan sebagian besar siswa aktif dalam pembelajaran. Jigsaw puzzle yang dikembangkan dan dieksperimenkan oleh Marfuah (2014) mampu meningkatkan hasil belajar kognitif serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

(36)

jaringan mampu meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini dibuktikan pada peningkatan prosentase aktivitas siswa di tiap siklus (prasiklus, siklus I, siklus II) pada penelitian.

Sikap peduli lingkungan juga telah dijadikan variabel penelitian Titin (2012) yang menyimpulkan bahwa pembelajaran biologi menggunakan model sains teknologi masyarakat (STM) berbasis proyek mampu meningkatkan sikap peduli lingkungan. Peningkatan ini dapat dilihat pada setiap siklus penelitian (siklus I, siklus II, siklus III). Penelitian Primarinda (2014) terkait pengembangan modul berorientasi problem based learning efektif memperdayakan sikap peduli lingkungan siswa. Hal ini mampu ditunjukkan dengan perbedaan sikap peduli lingkungan siswa sebelum dan setelah diterapkan modul.

2.3 Kerangka Berpikir

(37)
[image:37.595.115.511.123.696.2]

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir dalam Penelitian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006) IPA SMP

Student Centre Learning, peserta didik aktif dan menumbuhkan sikap-sikap ilmiah siswa

Penekanan

1. UU No. 20 Tahun 2003 2. PP RI No. 19 tahun 2005

1. 77,78% siswa tidak tertarik dengan pembelajaran yang diajarkan 2. Siswa memiliki kepedulian

terhadap lingkungan yang rendah

Penerapan Outdoor learning berbantu

puzzle blocks materi ekosistem untuk meningkatkan aktivitas belajar dan sikap peduli lingkungan

Materi ekosistem

Penerapan strategi pembelajaran yang tepat dan mampu membuat siswa senang

Meningkatkan aktivitas belajar dan sikap peduli lingkungan

Fakta Teori/Harapan

Potensi 1. Peserta didik termotivasi

dalam belajar IPA dan tercipta aktivitas ilmiah selama pembelajaran

2. Peserta didik dapat menyadari akan pentingnya merawat lingkungan sekitar.

Ide pokok

Kegunaan

Materi yang diteliti

Solusi Potensi

Lingkungan sekolah yang mampu dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang tepat pada materi ekosistem

Penelitian Santiningtyas (2012) Pengaruh Outdoor learning

dalam pembelajaran yaitu pengaruh positif terhadap hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik. Dasar Empiris Eksperimen Langkah penelitian Kontrol Hasil

(38)

2.4 Hipotesis

(39)

25

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP N 10 Magelang yang beralamat di Jalan Soekarno Hatta No. 2 Magelang.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April semester genap tahun ajaran 2014/2015.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2004).

Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas VII SMP Negeri 10 Magelang semester genap tahun ajaran 2014/2015 yang memiliki karakteristik sama. SMP Negeri 10 Magelang memiliki total kelas VII sebanyak 7 kelas, sedangkan yang memiliki karakteristik khusus adalah 5 kelas yaitu VIIA, VIIB, VIIC, VIID, VIIE. Karakteristikyang dimaksud yaitu:

(1) Alokasi waktu pembelajaran IPA sama

(2) Siswa mendapatkan materi berdasarkan kurikulum yang sama (3) Kelas diampu oleh guru yang sama

(4) Penempatan siswa di seluruh kelas secara heterogen (tidak berdasarkan ranking)

(5) Sarana dan prasarana yang digunakan saat pembelajaran sama

3.2.2 Sampel

(40)

Sampling-Cluster Random Sampling yaitu pengambilan tiga kelas yang dijadikan

sebagai dua kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Pengambilan sampel secara random dapat dilakukan ketika siswa bersifat homogen. Homogenitas siswa dibuktikan dengan uji homogenitas setelah melakukan uji normalitas. Sampel yang terpilih dalam penelitian ini adalah kelas VIIC sebagai kelas kontrol, kelas VIID dan VIIE sebagai kelas eksperimen.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006). Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah penerapan outdoor learning process berbantu puzzle blocks untuk kelas eksperimen dan penerapan indoor learning berbantu powerpoint untuk kelas kontrol.

(2) Variabel Terikat

Variabel terikat dari penelitian ini adalah aktivitas belajar, sikap peduli lingkungan dan hasil belajar kognitif siswa.

(3) Variabel Kontrol

Variabel kontrol dari penelitian ini adalah guru yang mengajar dan jumlah jam pengajaran kedua kelas

3.4 Desain Penelitian

(41)

Kelas Eksperimen O1 X O2

[image:41.595.154.491.117.157.2]

Kelas Kontrol O3 Y O4

Gambar 3.1 Desain Nonequivalent control group design (Sugiyono, 2012) Keterangan:

O1 dan O3 : Kelompok siswa sebelum diberi perlakuan oleh peneliti

X : Perlakuan melalui pembelajaran berpendekatan outdoor learning berbantu puzzle blocks

Y : Perlakuan melalui pembelajaran indoor (di kelas) berbantu powerpoint

O2 : Kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan X

O4 : Kelompok kontrol setelah diberi perlakuan Y

3.5 Prosedur Penelitian

Penelitian yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap pendahuluan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis.

3.5.1 Tahap Pendahuluan

Tahap pendahuluan pada penelitian ini meliputi:

3.5.1.1 Mengobservasi materi pelajaran yang mendukung penelitian

Materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi ekosistem meliputi komponen ekosistem, satuan-satuan ekosistem, hubungan antar komponen ekosistem.

3.5.1.2 Mengobservasi kondisi pembelajaran IPA, tingkat aktivitas dan sikap

peduli lingkungan

Kegiatan observasi awal yang dilakukan peneliti meliputi dua cara, yaitu melalui wawancara dengan guru IPA untuk mengetahui kegiatan pembelajaran IPA yang selama ini dilaksanakan dan melalui pengamatan secara langsung di kelas untuk mengetahui tingkat aktivitas dan sikap peduli lingkungan siswa. 3.5.1.3 Menyusun soal untuk pretest dan posttest penelitian

(42)

ranah kognitif yang digunakan yaitu C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (aplikasi), C4 (analisis).

3.5.1.4 Menyusun instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 3.5.1.4.1 Silabus

Silabus yang digunakan disesuaikan dengan materi ekosistem. Materi ekosistem berada pada bab 12 untuk pelajaran IPA kelas VII semester genap. 3.5.1.4.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP yang dibuat untuk penelitian adalah dua macam yang masing-masing untuk pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol. RPP memuat strategi pembelajaran yang akan digunakan selama pembelajaran. Pembuatan RPP disesuaikan dengan silabus yang dibuat dengan alokasi waktu enam kali pertemuan.

3.5.1.4.3 Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini masing-masing berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas ekperimen menggunakan media puzzle blocks yang dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa (LKS), sedangkan kelas kontrol menggunakan media berupa slide powerpoint dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

3.5.1.4.4 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Lembar observasi aktivitas belajar siswa dibuat untuk mengukur tingkat aktivitas ilmiah siswa selama pembelajaran berlangsung. Kriteria tingkat aktivitas belajar siswa adalah sangat baik, baik, cukup dan kurang baik.

3.5.1.4.5 Lembar Observasi Sikap Peduli Lingkungan

Lembar observasi terhadap sikap peduli lingkungan dibuat untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesadaran siswa untuk menjaga lingkungan sekitar kelas. Lembar observasi ini melengkapi skala sikap siswa yang diisi secara mandiri dan bersifat subjektif.

3.5.1.4.6 Lembar Penilaian Sikap Peduli Lingkungan

(43)

Kriteria tingkat sikap peduli lingkungan yang dibuat yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.

3.5.2 Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dimulai dengan langkah menguji cobakan instrumen tes terhadap siswa kelas VIIIE SMP Negeri 10 Magelang untuk mengetahui kelayakan instrumen berdasarkan validitas soal, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran butir soal. Soal yang memiliki nilai minimal cukup dan valid akan digunakan sebagai soal pretest dan posttest pada saat penelitian.

Pertemuan yang diatur dalam penelitian sebanyak enam kali tatap muka dengan jumlah alokasi waktu sebanyak 10 jam pelajaran. Pada awal pertemuan akan diadakan pretest untuk kelas kontrol dan eksperimen. Kelas eksperimen diimplementasikan pendekatan outdoor learning berbantu puzzle block serta LKS sebagai penunjang dan untuk kelas kontrol diimplementasikan pembelajaran indoor learning berbantu slide presentasi (powerpoint) serta LKS sebagai penunjang.

Pada akhir pertemuan dilakukan evaluasi untuk kedua kelas dengan diberikan posttest. Tes evaluasi ini akan memberikan hasil berupa nilai hasil belajar kognitif siswa setelah dilaksanakannya penelitian. Sehingga hasilnya akan terlihat peningkatan dari hasil belajar setelah dilakukan perlakuan berbeda untuk masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3.5.3 Tahap Analisis

Tahap ini merupakan tahapan dalam menganalisis data yang telah diperoleh, dan diharapkan hasil analisi mampu menjawab hipotesis penelitian.

3.6 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Jenis Data

Data yang dicari dalam penelitian ini adalah: (1) Data hasil belajar (kognitif) siswa awal (2) Data kualitas instrumen tes

(3) Data aktivitas siswa

(44)

(5) Data hasil belajar (kognitif) siswa

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dicari dalam penelitian ini dapat dikumpulkan dengan metode: 3.6.2.1 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2006). Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai nama-nama siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol serta untuk memperoleh data nilai awal siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang dijadikan sebagai data awal adalah nilai ulangan harian IPA bab sebelumnya. Data yang diperoleh akan dianalisis untuk menentukan normalitas, homogenitas, dan kesamaan rata-rata data awal.

3.6.2.2 Metode Observasi

Menurut penelitian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap (Arikunto, 2006). Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapat data awal tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan di SMP N 10 Magelang dan data terkait aktivitas siswa, dan data sikap peduli lingkungan selama proses pembelajaran baik sebelum maupun sesudah diberikan perlakuan.

3.6.2.3 Metode Skala Sikap

(45)

(c) jawabannya lebih bersifat proyektif, (d) selalu berisi banyak aitem berkenaan dengan atribut yang diukur, (e) respon subyek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Metode skala sikap digunakan untuk mendapat data terkait sikap peduli lingkungan siswa.

3.6.2.4 Metode Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk menentukan keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar IPA materi ekosistem dari kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Tes dilakukan setelah kelas eksperimen dan kelas kontrol dikenai perlakuan. Soal tes yang akan digunakan untuk tes, dilakukan proses ujicobakan guna mengetahui validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran. Bentuk instrumen yang digunakan dalam metode tes ini adalah tes pilihan ganda, yaitu sejenis tes untuk mengukur hasil belajar siswa yang hanya memiliki satu jawaban benar.

3.7 Analisis Data Awal

Analisis data tahap awal dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel tidak berbeda secara signifikan. Data yang dianalisis adalah nilai ulangan harian materi sebelumnya.

3.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Data nilai siswa kelas VIIA, VIIB, VIIC, VIID dan VIIE diuji normalitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji Chi square. Langkah-langkah uji normalitas data sebagai berikut:

1) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah 2) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas 3) Menghitung rata-rata dan simpangan baku

(46)

5) Menghitung nilai Z dari setiap batas kelas

6) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan tabel

7) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva dengan rumus sebagai berikut:

   k i i i i E E O x 1 2 2 Keterangan: χ2

= chi kuadrat

Oi = Frekuensi pengamatan

Ei = Frekuensi yang diharapkan

8) Membandingkan harga Chi kuadrat hitung dengan Chi kuadrat tabel dengan taraf signifikasi 5%

9) Menarik kesimpulan yaitu jika x2hitung ≤ x2tabel maka data berdistribusi normal

(Sudjana, 2005)

Berdasarkan perhitungan uji normalitas masing-masing kelas, maka diperoleh hasil pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Hasil Uji Normalitas Populasi

Variansi Kelas

VIIA VIIB VIIC VIID VIIE

Rata-rata (x) 54,82 56,29 59 59,13 56,52

Standar deviasi (s) 20,03 14,36 13,48 15,35 16,05

Jumlah sampel (n) 34 31 32 30 31

χ2

hitung 3,3 1,71 9,47 9,61 8,44

χ2

tabel 11,07 11,07 11,07 11,07 11,07

Keterangan Distribusi normal Distribusi normal Distribusi normal Distribusi normal Distribusi normal Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 178

Data dapat dikatakan berdistribusi normal jika nilai χ2hitung< χ2tabel dengan

dk=k-1 untuk nilai χ2tabel pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil uji

[image:46.595.118.511.471.621.2]
(47)

3.7.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas (uji Barlett) dilakukan untuk mengetahui seragam atau tidaknya varians sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Sebelum diuji homogenitasnya, data nilai peserta didik pada materi yang telah diajarkan oleh guru yang sama dan tidak adanya kelas unggulan harus diuji kenormalannya untuk diperoleh data yang berdistribusi normal. Data awal siswa yang berdistribusi normal akan dilanjut untuk uji homogenitas. Menurut Sudjana (2005), langkah pengujiannya sebagai berikut:

1) Menghitung varians gabungan dari semua kelas

   1 1 2 2 i i i n S n S

2) Menghitung harga satuan B

 logS2 ni 1

B

3) Menghitung nilai homogenitas (uji Barlett) menggunakan uji Chi Kuadrat.

 2 1 2 log 1 10

ln B n S

x i

Keterangan: X 2

= besarnya homogenitas S = kuadrat simpangan total

Si2 = kuadrat simpangan masing-masing kelompok

ni = jumlah responden masing-masing kelompok

B = koefisien Barlett

[image:47.595.107.515.594.701.2]

Berdasarkan perhitungan uji homogenitas, maka dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Hasil Uji Homogenitas Populasi

Kelas n S2 B

x

hitung2

x

tabel2 Keterangan

VIIA 34

246,85 366,04 3,92 9,49 Populasi homogen

VIIB 31

VIIC 32

VIID 30

VIIE 31

Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 182

Data dapat dikatakan homogen jika χ2hitung ≤ χ2 tabel dengan dk = k-1 pada taraf

(48)

mendapatkan nilai χ2hitung = 3,92 ≤ χ2tabel = 9,49. Hasil ini menunjukkan bahwa

populasi mempunyai varians yang sama atau homogen.

3.8 Analisis Instrumen Penilaian Tes

3.8.1 Analisis Validitas Soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006). Cara mengetahui validitas soal digunakan rumus korelasi biserial dengan rumus yaitu:

q p St

Mt Mp pbis

 

Keterangan:

γpbis = koefisien korelasi biserial

Mp = rata-rata skor siswa yang menjawab benar Mt = rata-rata skor seluruh siswa

p = proporsi skor siswa yang menjawab benar q = 1-p

St = standar deviasi total

[image:48.595.116.509.584.669.2]

Menurut Arikunto (2012), item-item yang mempunyai koefisien korelasi lebih besar dari r tabel termasuk item yang tidak valid, perlu direvisi atau tidak digunakan. Berdasarkan hasil uji coba telah didapatkan butir soal yang valid dan tidak valid dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Hasil Validitas Soal Pilihan Ganda

Keterangan Nomor soal

Valid 3, 4. 5, 6, 7, 9, 13. 15, 16, 17, 18, 20, 25, 26, 28, 29, 31, 33, 36, 37, 38, 42, 44, 47, 48, 50

(49)

3.8.2 Reliabilitas

Menurut Arikunto (2012), reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama. Suatu reliabilitas tes dapat diketahui setelah diujicobakan. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. Dalam penelitian ini untuk mengetahui reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus KR-20, sebagai berikut:

                

2

2 11 1 1 t t S pq S k k r Keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

k = banyaknya item

p = proporsi siswa yang menjawab benar

q = proporsi siswa yang menjawab salah (q= 1-p) St = standar deviasi dari tes

Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

Menurut Arikunto (2012) harga r yang sudah didapat dikonsultasikan dengan harga r tabel dengan taraf signifikasi 5% jika rhitung > rtabel maka soal

tersebut reliabel. Berdasarkan perhitungan, soal ekosistem bersifat reliabel dengan nilai reliabilitas 0,73. Perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran.

3.8.3 Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang memiliki tingkat kesukaran seimbang, artinya soal tersebut tidak terlalu mudah maupun terlalu sulit. Bilangan yang menunjukkan sukar tidaknya suatu soal disebut indeks kesukaran ataupun tingkat kesukaran. Menurut Arikunto (2012), besarnya indeks kesukaran dihitung menggunakan rumus:

JS B P

Keterangan:

P = indeks kesukaran

(50)
[image:50.595.161.461.135.211.2]

Tabel 3.4 Kategori Tingkat Kesukaran Butir Soal

Interval Kategori Butir Soal

0,00 ≤ P ≤ 0,30 Sukar 0,30 < P ≤ 0,70 Sedang 0,70 < P ≤ 1,00 Mudah

(Arikunto, 2012)

Butir soal yang baik adalah butir yang memiliki tingkat kesukaran yang sedang, yaitu yang dijawab dengan benar oleh sekitar 40-80% peserta tes. Berdasarkan hasil perhitungan untuk soal ekosistem, nomor-nomor soal yang masuk ke dalam kategori tingkat kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Data Tingkat Kesukaran Soal Pilihan Ganda Tingkat kesukaran Nomor soal

Sukar 21, 22, 24, 35, 39, 46,

Sedang 3, 4, 6, 7, 9, 14, 15, 16, 18,20, 23, 25, 26, 28, 30, 31, 33, 36, 43, 48, 50

Mudah 1, 2, 5, 8, 10, 11, 12, 13, 17, 19, 27, 29, 32, 34, 37, 38, 40, 41, 42, 44, 45, 47, 49,

Nomor soal yang masuk kedalam kategori sedang yaitu 3, 4, 6, 7, 9, 14, 15, 16, 18,20, 23, 25, 26, 28, 30, 31, 33, 36, 43, 48, 50.

3.8.4 Daya Beda Butir

Perhitungan daya pembeda soal adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan antara siswa pandai dan kurang pandai. Daya beda butir dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

PB PA JB BB JA BA

DB   

Keterangan: DP = daya beda

BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

[image:50.595.114.512.332.435.2]
(51)
[image:51.595.137.485.133.216.2]

Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda Butir Soal

Interval Kriteria Daya Pembeda Butir Soal

0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup 0,40 < D ≤ 0,70 Baik 0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali

(Arikunto, 2012) Butir soal yang digunakan harus memiliki nilai daya pembeda lebih dari 0,2 atau memiliki kriteria daya pembeda minimal cukup. Butir soal yang memiliki kriteria jelek tidak boleh digunakan. Berdasarkan hasil perhitungan untuk soal ekosistem, nomor-nomor soal yang masuk ke dalam kriteria daya pembeda seperti pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Data Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda Kriteria daya

pembeda Nomor soal

Jelek 1, 2, 8, 11, 12, 14, 19, 22, 23, 24, 27, 32, 34, 35, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 49

Cukup 5, 6, 7, 10, 13, 17, 25, 29, 30, 31, 37, 38, 44, 47, 50 Baik 4, 9, 15, 16, 18, 20, 21, 26, 28, 33, 36, 48

Baik sekali 3

Nomor soal yang memenuhi kriteria minimal cukup dan digunakan sebagai penilaian tes yaitu 2, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 13, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 33, 36, 37, 38, 44, 47, 48, 50.

3.8.5 Hasil Analisis Instrumen Penilaian Tes

Berdasarkan hasil analisis instrumen penilaian tes, maka soal yang dapat dipakai untuk mengukur kemampuan kognitif siswa melalui pretest dan posttest pada saat penelitian, harus valid dan memiliki nilai pembeda lebih dari 0,2. Jumlah soal yang dipakai pada saat penelitian berjumlah 25 butir soal pilihan ganda. Nomor soal yang dipakai yaitu 3, 4, 5, 6, 7, 9, 13, 15, 16, 17, 18, 20, 25, 26, 28, 29, 31, 33, 36, 37, 38, 44, 47, 48 dan 50.

(52)

3.9 Analisis Data Akhir

3.9.1 Uji Normalitas Data

Data nilai LKS, hasil belajar, skor aktivitas belajar dan skor sikap peduli lingkungan diuji normalitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Menurut Sudjana (2005), uji normalitas data nilai siswa menggunakan uji Chi Square dengan rumus:

         k i Ei Ei Oi X 1 2 Keterangan : χ2

= nilai chi-kuadrat

Oi = frekuensi yang diperoleh dari data penelitian K = banyak kelas interval

Ei = frekuensi yang diharapkan

Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: (1) Ho diterima jika χ2

hitung < χ2tabel dengan derajat kebebasan dk = k-1, dan taraf

signifikansi 5% maka data berdistribusi normal sehingga uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik.

(2) Ha diterima jika χ2hitung ≥ χ2tabel dengan derajat kebebasan dk = k-1, dan taraf

signifikansi 5% maka data tidak berdistribusi normal sehingga uji selanjutnya menggunakan statistik non parametrik.

Hasil pengujian normalitas data aktivitas siswa, sikap peduli lingkungan, dan data nilai akhir dari hasil belajar siswa (pemahaman konsep) kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Data Kelas Eksperimen Variansi Skor aktivitas

Skor sikap peduli lingkungan

Nilai akhir

Rata-rata 42 54 65

Standar deviasi (s) 4,46 5,65 5,16

Jumlah sampel (n) 64 64 64

χ2

hitung 5,94 4,26 4,79

χ2

tabel 12,6 12,6 12,6

Keterangan Distribusi

normal

Distribusi normal

[image:52.595.116.516.587.739.2]
(53)

Hasil uji normalitas dari data aktivitas, data sikap peduli lingkungan dan data nilai akhir menunjukkan bahwa semua data tersebut berdistribusi normal karena memiliki χ2hitung < χ2tabel. Data yang berdistribusi normal dapat digunakan

untuk uji parametrik selanjutnya. Hasil yang sama juga diperoleh pada uji normalitas data aktivitas, data sikap peduli lingkungan dan data nilai akhir (pemahaman konsep) siswa kelas kontrol yang dapat dilihat pada Tabel

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir dalam Penelitian
Gambar 3.1 Desain Nonequivalent control group design (Sugiyono, 2012)
tabel 11,07 Keterangan  Distribusi
Tabel 3.2 Hasil Uji Homogenitas Populasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Semua permukaan sirip bersentuhan dengan fluida di sekitar sirip yang bersuhu T ∞ dengan nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h, kecuali pada dasar sirip mempunyai

Seperti apa yang telah dituturkan oleh Abdurrasyid bahwa para penguasa Islam senantiasa terlibat langsung dalam persoalan pendidikan, menurutnya ada dua alasan

Penelitian ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan marker dua dimensi (2D) terhadap kemunculan objek 3D dalam aplikasi Augmented Reality (AR) yang

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul “ Pengaruh

Pada hari ini Kamis tanggal Dua Puluh Tiga bulan Mei tahun Dua Ribu Tiga Belas kami Panitia Pengadaan Barang/Jasa Kegiatan Rehabilitasi Perumahan Masyarakat Kurang Mampu

Diharapkan peserta tidak setuju dengan kasus 1 dan kasus 2, dengan pembelajaran yang satu arah, guru mendominasi pembelajaran, guru sebagai pusat pembelajaran, guru sebagai

Apabila Lulus/Memenuhi Syarat dalam Klarifikasi dan Pembuktian Kualifikasi, maka akan dilanjutkan Negosiasi Teknis dan Harga oleh Pokja Pembangunan Sarana Dan

[r]