• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKUNTANSI KEWAJIBAN

Dalam dokumen Materi Ajar Akuntansi Syariah (Halaman 105-108)

AKUNTANSI KEWAJIBAN

A. KEWAJIBAN SEGERA 1) DEFINISIDAN DASAR PENGATURAN

Kewajiban segera adalah kewajiban yang timbul kepada pihak lain akibat adanya transaksi dan bersifat wajib segera dibayarkan sesuai dengan perjanjian dari pemberi amanat (pemilik dana). Rekening ini terutama berkaitan dengan transaksi amanah, misalnya; kiriman uang, transfer antar bank, dll.

Diatur dalam PSAK 31 tentang Akuntansi Perbankan, paragraf 11). Akun ini meliputi penerimaan pajak termasuk potongan pajak yang masih harus disetor, kewajiban yang sudah jatuh tempo namun belum ditarik seperti deposito mudharabah jatuh tempo, setoran jaminan, bagi hasil yang belum diambil oleh pemilik dana, atau kiriman uang, maupun saldo rekening tabungan dan giro yang sudah ditutup namun belum diambil oleh pemiliknya. Semua akun tersebut apabila jumlahnya cukup besar (material) maka dapat diklasifikasikan dalam kelompok tersendiri.

2) PERLAKUAN AKUNTANSI

Untuk transaksi yang berkaitan dengan akun ini harus diakui segera dan diakui pada saat timbulnya kewajiban tersebut, dan telah diterima perintah dari pemberi amanat, baik dari masyarakat maupun dari bank lain. Sedangkan penyajiannya dalam neraca yakni sebesar jumlah kewajiban bank yang wajib segera dibayarkan kepada pemilik dana. Untuk kasus tertentu bank perlu mengungkapkan hal-hal yang material seperti: kiriman uang yang belum diambil oleh nasabah pada saat penutupan rekening.

Ilustrasi Jurnal:

TRANSAKSI DEBIT KREDIT

Terima kiriman uang ke bank lain: Kas/Rekening Nasabah/Kliring Kewajiban Segera/Kiriman Uang

Saat pembayaran kiriman uang: Kewajiban Segera/Kiriman Uang Kas/rekening Nasabah/Kliring Bagi hasil deposito yang belum diambil

oleh pemilik dana: Saat jatuh tempo Saat diambil nasabah:

Beban bagi hasil deposito mudharabah Kewajiban segera-bagi hasil- deposito jatuh tempo

Kewajiban segera-bagi hasil mudharabah jatuh tempo Kas/rekeningNasabah/Kliring Kewjiban segera=pajak nasabah

Penutupan rekening giro wadiah/tabungan mudharabah: Penutupan rekening giro/tabungan Saat penyelesaiaan rekening yang ditutup:

Giro Wadiah/Tabungan Mudharabah Kewajiban Segera- Penutupan Rekening

Kewajiban Segera- Penutupan Rekening

Kas/rekening nasabah/kliring

Sebagai catatan bahwa kewajiban segera dapat dimasukkan pula komponen dana pihak ketiga yang digunakan untuk memperhitungkan Giro Wajib Minimum (GWM) di Bank

Indonesia, dan juga dana yang dijaminkan sehingga diperhitungkan untuk premi penjaminan yang harus dibayar oleh bank syariah.

B. BAGI HASIL YANG BELUM DIBAGIKAN 1) DEFINISIDAN DASAR PENGATURAN

Bagi hasil yang belum dibagikan adalah kewajiban mudharib (bank) kepada shahibul maal atas bagian keuntungan/laba dari hasil usaha bank yang telah disisihkan berdasarkan nisbah bagi hasil yang telah disepakati dari pengelolaan dana mudharabah.

Hal tersebut diatur dalam PSAK/1/2002 tentang Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, paragraf 91, bahwa karakterisktik esensial kewajiban adalah bila perusahaan mempunyai kewajiban masa kini. Kewajiban juga merupakan suatu tugas dan tanggungjawab untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dan kontrak mengikat menurut undang-undang (peraturan).

2) PERLAKUAN AKUNTANSI

Bagi hasil ini diakui pada saat dana diterima atau dipindahkan dari rekening asal. Artinya distribusinya diakui berdasarkan metode cash basis dan pengakuan dapat digunakan metode accrual basis. Dalam neraca akan disajikan sebesar jumlah kewajiban bank yang segera akan dibayarkan kepada nasabah (pemilik dana).

Ilustrasi Jurnal:

Saat perhitungan bagi hasil yang harus dibagikan kepada nasabah: Debit: Beban Bagi hasil

Kredit: Bagi hasil yang masih harus dibagikan Saat bagi hasil dibagikan kepada pemilik dana:

Debit: Bagi hasil yang masih harus dibagikan Kredit: Kas/rekening nasabah/kliring

C. SIMPANAN

1) DEFINISI DAN DASAR PENGATURAN

Simpanan adalah kewajiban bank syariah kepada pihak lain (ketiga) baik bank maupun bukan bank, berupa simpanan giro dan tabungan yang menggunakan prinsip wadiah. Wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat bila nasabah yang bersangkutan menghendaki atau mencairkan dananya. Dalam konteks ini banks syariah hanya berfungsi sebagai mudharib. Secara profesioanl bank syariah bertanggungjawab atas pengelolaan dan pengembalian titipan dan tersebut termasuk bagi hasil yang menjadi bagian atau hak pemilik dana sesuai dengan nisbah bagai hasilk yang telah disepakati.

Dasar pengaturan diatur dalam PSAK 59/2003, paragraf 137-138, bahwa dana wadiah diakui sebesar jumlah dana yang dititipkan pada saat terjadinya transkasi. Penerimaan yang diperoleh atas pengelolaan dana titipan diakui sebagai pendapatan bank dan bukan merupakan unsure yang harus dibagikan. Bila ada pemberian bonus dalam transaski wadiah ini maka harus diakui sebagi beban pada saat terjadinya, atau pengeluaran bonus tersebut kepada pemilik dana.

Giro wadiah ini dapat dilakukan oleh pihak ketiga dalam bentuk penggunaan cek, bilyet giro, kartu ATM, sranan perintah pembayaran lainnya dengan cara pemindahbukuan. Termasuk di dalamnya giro wadiah yang diblokir untuk tujuan tertentu, misalnya dalam rangka escrow account, giro yang diblokir oleh pihak ynga berwajib, dll. (PAPSI, IV.148, 2003).

Sedangakan tabungan wadiah adalah titipan pihak ketiga kepada bank syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati dengan kuitansi, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya dengan cara pemindahbukuan juga. Jika terhadap simpanan wadiah ini terdapat bonus maka terhadap bonus tersebut harus dikenakan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Misanlya; atas aaldo simpanan wadiah Tuan Agus Dermawan pada akhir periode akuntansi sebesar Rp. 25.000.000,00. Bank syariah memberikan bonus kepada pemilik dana sebesar Rp. 1.000.000,00. Maka sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, terhadap bonus tersebut akan dipotong beban pajaknya sebesar Rp 100.000,00 (10%) untuk disetorkan ke Kas Negara. Untuk sementara dipotong oleh pengelola (bank syariah).

2) PERLAKUAN AKUNTANSI

Pengakuan dan pengukuran untuk kewajiban ini diakui sebesar nilai nominal penyetoran dan penarikan dilakukan oleh pemilik rekening. Untuk setoran giro wadiah yang diterima secara tunai diaki pada saat uang diterima. Setoran giro wadiah melalui kliring diakui setelah efektif diterima. Sedangkan tabungan wadiah daiku isebesart nilai nominal yaitu pada saat uang secara tunai diterima, demikian pula tabungan wadiah melali kliring diakui setelah efektif diterima.

Bila pemberian bonus atas simpanan kepada nasabah diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Dan terhadap pajak yang dikenakan untuk sementara di[potong oleh bank syariah dan selanjutnya kan disetorkan pada akhir bulan atau tahun ke kas negara. Untuik sadlo simpanan wadiah yang menjadi kewajiban bak syariah harus disajikan dalam neraca sebesar jumlah nominalnya untuk masing-masing simpanan.

Dalam laporan keuangan (neraca) simpanan ini harus diungkapkan secara komprehensif meliputi: jumlah, jenis simpanan, pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan kemungkinan jumlah simpanan yang diblokir. Untuk beban bonus yang timbul dan menjadi konsekuensi bank syariah dalam penyelesaian pembayarannya maka harus dibebankan dalam periode berjalan, sebagai beban operasional. Khusus untuk giro wadiah maka ketentuan ini berlaku hanya pada bank syariah, bank perkreditan syariah (BPRS) tidak boleh melalukan transaksi ini, terutama berkaitan dengan lalu lintas pembayarannya.

1) Saat penerimaan titipan:

Debit: Kas/Kliring/pemindahbukuan Rp.xxxxxxx

Kredit: Giro/Tabungan Wadiah Rp.xxxxxxx

2) Saat penarikan titipan:

Debit: Giro/Tabungan Wadiah Rp.xxxxxxx

Kredit: Kas/Kliring/pemindahbukuan Rp.xxxxxxx

3) Pembayaran bonus giro/tabungan dan pajak:

Debit: Beban Bonus Giro/Tabungan Wadiah Rp.xxxxxxx

Kredit: Giro/Tabungan Wadiah Rp.xxxxxxx

Kredit: Utang Pajak Penghasilan (PPH Pasal 23). Rp.xxxxxxx 4) Saat penyetoran pajak ke Kas Negara:

Debit: Utang Pajak Penghasilan Rp.xxxxxxx

Kredit: Kas Rp.xxxxxxx

D. SIMPANAN DARI BANK LAIN E. UTANG SALAM

F. UTANG ISTISHNA

G. KEWAJIBAN LAIN-LAIN

H. KEWAJIBAN DAN INVESTASI TERIKAT (EXECUTING) I. UTANG PAJAK

J. ESTIMASI KERUGIAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI K. PINJAMAN YANG DITERIMA

L. PINJAMAN SUBORDINASI

Dalam dokumen Materi Ajar Akuntansi Syariah (Halaman 105-108)