• Tidak ada hasil yang ditemukan

S TANDAR A KUNTANSI Z AKAT (SAZ)

Dalam dokumen Materi Ajar Akuntansi Syariah (Halaman 41-44)

Standar akuntansi zakat ini layak untuk diterbitkan untuk kepentingan umat, terutama dalam pengelolaan negara berkaitan dengan pengumpulan dana masyarakat (public money) untuk pembangunan dan atau khusus program pengentasan kemiskinan. Dibandingkan pajak yang cenderung memaksa dan mungkin sumbernya non halal, maka zakat dipungut atau dikeluarkan atas dasar kesadaran individu bahwa dibalik harta yang kita miliki terdapat hak orang lain yang harus dikeluarkan yakni dalam bentuk zakat. Bila pajak, terindikasi adanya kezaliman dalam proses pengumpulan dan distribusinya cenderung tidak merata dan tidak sesuai dengan konsep keadilan, kebenaran, dan pertanggungjawaban sebagaimana dalam prinsip muamallah dalam akuntansi syari’ah, sehingga sulit untuk dipertanggungjawabkan secara akuntabel dan transparan. Maka Zakat tidak, dalam pemungutan dan pengelolaanya pun hanya memerlukan proses dan system yang sederhana. Oleh karena itu, kalau pajak sudah ada peraturan maupun ketentuan yang mengaturnya maka seyogyanya zakat juga demikian (terutama aturan dari pemerintah dan organisasi profesi) misalnya: kewajiban untuk melaporkan pungutan zakatnya dan standar akuntansi zakat. Menurut Harahap (1997: 285), bahwa dalam penyusunan standar zakat hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:

1. Dasar penilaian adalah nilai tukar sekarang (current exchange value), berdasarkan harga pasar yang berlaku.

2. Aturan periode satu tahun, kecuali untuk zakat pertanian disesuaikan dengan musim panen (masa produksinya)

3. Independensi aturan, zakat dihitung berdasarkan kekayaan akhir tahun, setelah sampai nisabnya.

4. Menggunakan standar realisasi.

5. Menggunakan net total dan memerlukan net income. 6. Dasar pengenaan adalah kekayaan aset (maal).

Zakat adalah proses penyucian harta dan merupakan kewajiban setiap individu muslim sebagai sarana untuk mencapai taqwallah sedangkan Pajak adalah Iuran wajib (pungutan) setiap warga negara (badan) yang pemungutannya dapat dipaksakan dan disertai adanya sangsi (denda) atau kurungan badan. Selanjutnya dalam konteks kewajiban pada negara maka pajak merupakan iuran wajib yang dapat diapaksakan dan dapat dikenakan sanksi denda atau kurungan apabila warga negara tidak menunaikan kewajibannya.

Pajak diatur dan ditetapkan dengan peraturan pemerintah dan undang-undang (ketentuan lainnya) yang berfungsi sebagai pemasukan pada kas negara untuk membiayai pembangunan dan pembiayaan negara lainnya. Sedangkan zakat adalah kewajiban individu yang bersifat amaliah. Penunaian kewajiban diserahkan kepada kesadaran insan yang bersangkutan. Oleh karena itu, tidak ada sanski denda atau kurungan tetapi semata-mata didasari atas kesadaran karena Allah SWT. Zakat ini ditarik dan dikumpulkan oleh Amilin untuk disalurkan kepada pihak yang berhak menerimanya (8 pihak).

Secara lebih jelas perbedaan antara Zakat dan Pajak sebagai berikut: Tabel 3

Perbedaan antara Zakat dan Pajak

No. Persamaan Perbedaan PERBEDAANZakat Pajak

1 Adanya unsur kewajiban

Pengentian/definisi Penyucian harta dan merupakan kewajiban setiap individu muslim sebagai sarana untuk mencapai taqwallah

Iuran wajib (pungutan) setiap warga negara (badan) yang pemungutannya dapat dipaksakan dan disertai adanya sangsi (denda) atau kuruangan badan. 2 Harus disetorkan ke pihak yang berwenang menerimannya Sasaran orang/lembaga yang menerimanya Ditentukan ada delapan ((ashnaf) kelompok masyarakat (amilin, muallaf, fakir dan miskin, gharim,

jihad fi sabilillah, dll.

Badan/lembaga yang telah ditunjuk dan atau dibentuk menurut ketentuan peraturan atau perundangan negara. 3 Memperoleh imbalan/pahala baik secara langsung ataupun tidak

Pengelolaan/manajemen Dikelola secara sederhana oleh individu dan atau badan yang dibentuk oleh masyarakat atau negara (BAZ)

Dikelola secara terstruktur dan sistematis oleh lembaga yang ditunjuk. (misalnya: Departemen Keuangan, Dirjen Anggaran Pajak, KPP,) 4 Berfungsi untuk kepentingan sosial (kemasyarakatan), ekonomi, dan keuangan. Sisi

fungsi/manfaat/kegunaan Semata-mata untuk kesejehteraan umat sebagai wujud pelaksaanaan rukun Islami yang ke-4

Untuk membiayai negara, baik untuk kepentingan sosial, ekonomi, politik, agama maupun pertahanan keamanan.

5 Adanya masa manfaat atau masa penggunaan

Orientasi atau tujuan Menunaikan kewajiban dan mensucikan harta dari hak orang lain

Salah sumber pemasukan yang potensial untuk berjalannya program pemerintahan. 6 Dibayar setahun

sekali atau setiap kejadian (event) objek

Besarnya tarif (nisab)

Ditentukan sesuai dengan jenis zakatnya (dalam Al Qur’an dan Sunah Rasul) dan telah mencapai haulnya

Ditentukan berdasarkan ketentuan undang-undang dengan menggunakan tarif progresif secara proporsional sesuai dengan jumlah pendapatan.

7 Berfungsi sebagai

pengumpulan dana masyarakat

8 Asas 4 asas Kepastian,

Keselarasan, ketepatan, dan ekonomi

Kepastian, Keselarasan, ketepatan, dan ekonomi 9 Berdasarkan

ketentuan yang pasti

Ketentuan (Nash/Aturan): QS. At Taubah: 5, 11, 18, 58, 60, 103,QS. Al Baqarah: 43, 110, 177, 254, 277, QS. As Saba: 39, QS. An Nissa: 77, QS. Maryam: 31, QS. Al Mu’minum: 4, QS. Annur: 37, 56, QS. An Naml: 5, QS. Luqman: 4, QS. Al Ahzab: 33 QS. Al Bayinah: 5, dll.

UU No. 1 Tahun 1983 diubah menjadi UU No. 17 tahun 2002: Pasal 23 Ayat 2 (khususnya) UUD 1945 Pasal 23 Ayat 2 Surat Edaran dari Menteri Keuangan dan aturan lainnya.

Pelatihan:

1. Sebenarnya, sebagian ahli sejarah non muslim menyangkal pendapat yang mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan akuntansi terjadi di Republik Italia pada abad XV, namun mereka tidak menentukan dimana tempat pertumbuhan dan perkembangan akuntansi yang sebenarnya

Jelaskan, mengapa demikian?

2. Ketika menyiapkan laporan atau mencatat di buku-buku akuntansi harus dimulai dengan basmalah, "Bismillahir Rahmanir Rahim", setujukah Saudara, jelaskan! 3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan makna berikut:

 Apabila di dalam buku masih ada yang kosong, karena sebab apa pun, maka harus diberi garis pembatas, sehingga tempat yang kosong itu tidak dapat digunakan. Penggarisan ini dalam akuntansi syariah dikenal dengan nama Tarqin.

 Harus mengeluarkan saldo secara teratur. Saldo dikenal dengan nama Hashil.  Harus mencatat transaksi secara berurutan sesuai dengan terjadinya.

 Pencatatan transaksi harus menggunakan ungkapan yang benar, dan hati-hati dalam menggunakan kata-kata.

 Tidak boleh mengoreksi transaksi yang telah tercatat dengan coretan atau menghapusnya.

4. Apakah yang dimaksud dengan, Tauhid, keadilan, kebebasan, dan tanggung jawab, dalam kaitannya dengan karakteristik Akuntansi Syariah?

5. Salah satu prinsip Akuntansi Syariah adalah pada kebenaran (truth)? Jelaskan! 6. Bagaimana pendapat Saudara terhadap BUNGA dan RIBA? Jelaskan!

7. Jelaskan, apa yang Saudara ketahui tentang Zakat Dan Pajak.

BAB II

SISTEM EKONOMI BEBAS BUNGA

Dalam dokumen Materi Ajar Akuntansi Syariah (Halaman 41-44)