• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: KETERANGAN AHLI SEBAGAI ALAT BUKTI

2.4 Alat-Alat Bukti yang Sah Menurut KUHAP

Pada dasarnya prihal alat-alat bukti diatur dalam Pasal 184 KUHAP ayat (1) mengenai alat-alat bukti yang sah ialah :

1. Keterangan Saksi

Pasal 1 angka 27 KUHAP menentukan, bahwa

“Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya tersebut”.

Dibandingkan dengan Pasal 295 HIR (Het Herzienne Inlands Reglement) yang hanya menyebutkan kesaksian-kesaksian termasuk dalam pengertian kesaksian-kesaksian menurut HIR adalah kesaksian-kesaksian yang diberikan oleh saksi-saksi a charge, saksi-saksi a de charge, dan saksi-saksi ahli sebagai alat bukti yang sah.113

Akan tetapi menurut Lamintang secara formal terdapat sedikit perbedaan antara keterangan saksi dan keterangan ahli tersebut, yakni:

Dalam pengertiannya sebagai alat bukti, antara keterangan saksi dengan keterangan ahli secara materiil hampir tidak ada perbedaan, karena adanya dua keterangan tersebut dimaksud untuk membuat terang suatu tindak pidana yang sedang diperiksa, yang diharapkan dapat menimbulkan keyakinan pada hakim bahwa terdakwa telah bersalah melakukan tindak pidana tersebut.

114

1. Pada dasarnya, keterangan saksi dapat diberikan oleh setiap orang sedangkan keteraangan ahli hanya dapat diberikan oleh orang-orang yang mempunyai keahlian di bidang tertentu saja;

2. Sumpah saksi berbunyi bahwa ia akan memberikan keterangan yang sebenarnya dan tidak lain dari yang sebenarnya, sedangkan sumpah ahli

113Menurut Ranoemihardja, dalam kesaksian dikenal saksi-saksi sebagai berikut:

a. Saksi biasa, yaitu kesaksian yang diberikan orang umum;

b. Saksi ahli, yaitu kesaksian yang diberikan oleh orang yang mempunyai keahlian;

c. Saksi a charge, yaitu saksi yang dipilih dan diajukan oleh jaksa dikarenakan kesaksiannya memberatkan terdakwa;

d. Saksi a de charge, yaitu saksi yang dipilih dan diajukan atas permintaan terdakwa. (Lihat R. Atang Ranoemihardja, 1980, Hukum Acara Pidana, Tarsito, Bandung, hlm. 57-58).

114Lamintang, 2010, Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana &

Yurisprudensi, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 412.

berbunyi bahwa ia akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenar-benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya;

3. Pada dasarnya Undang-Undang memberikan kesempatan kepada orang-orang tertentu untuk memberikan keterangan sebagai saksi tanpa disumpah, sedang kesempatan seperti itu tidak diberikan kepada orang-orang yang diminta memberikan keterangan sebagai ahli.

Menurut KUHAP, persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu keterangan saksi dapat menjadi alat bukti, adalah sebagai berikut:115

a. Berlaku prinsip unus testis nullus testis (satu saksi bukan saksi), jadi minimal saksi harus ada dua orang;

b. Saksi mendengar sendiri, melihat sendiri, dan mengalami sendiri;

c. Pendapat atau rekaan semata-mata dari saksi bukan alat bukti;

d. Saksi harus disumpah. Keterangan saksi yang tidak disumpah bukanlah alat bukti penuh, malainkan alat bukti tambahan yang memperkuat alat bukti lain.

2. Keterangan Ahli

Dimasukkannya keterangan ahli sebagai bukti yang sah dalam KUHAP kemungkinan berdasarkan Pasal 1 S. 1949 Nomor 275.116

115Munir Fuady, Op. Cit., hlm. 128.

116Andi Hamzah dan Irdan Dahlan, Op. Cit., hlm. 256.

Hal ini didasarkan kepada yurisprudensi tanggal 22 Januari 1909 yang mengatakan bahwa keterangan ahli tidak dapat digunakan sebagai alat bukti, berhubung dalam Pasal 306 HIR dikatakan “...hanya boleh dipakai unttuk memberikan keterangan kepada hakim.”Yahya Harahap menilai menilai saat diberlakukannya HIR, keterangan ahli tidak dipandang sebagai alat bukti yang sah, melainkan hanya sebagai keteragan keahlian belaka. Hakim dapat menjadikan keterangan keahlian itu sebagai pendapatnya sendiri jika hakim menilai keterangan ahli tersebut dapat

diterima.117

Keterangan ahli menurut Pasal 186 KUHAP ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.

Setelah KUHAP berlaku di Indonesia, keterangan ahli juga menjadi salah satu alat-alat bukti yang sah. Selain di Indonesia, keterangan ahli juga menjadi salah satu alat bukti dalam hukum acara pidana di Belanda.

Menurut Pasal 1 angka 28 KUHAP menyatakan bahwa

“keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan”.

118

Dalam KUHAP dikenal ahli yang mempunyai keahlian tentang surat (Pasal 132 ayat (1) KUHAP) dan keterangan palsu dan ahli yang mempunyai keahlian untuk menentukan korban luka, keracunan, atau mati yang dikenal dengan ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya (Pasal 133 ayat (1) KUHAP). Keterangan ahli diperlukan dalam proses penyidikan ataupun dalam Menurut Pasal 179 KUHAP yang berisi sebagai berikut :

(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi yang berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan

ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan bidang keahliannya.

117Yahya Harahap, Op. Cit., hlm. 274

118 Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu ia menerima jabatan atau pekerjaan. Jika hal itu tidak diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum, maka pada pemeriksaan di sidang, diminta untuk memberikan keterangan dan dicatat dalam berita acara pemeriksaan.Lihat penjelasan Pasal 186 KUHAP Ibid., hlm. 165.

upaya pembuktian di pengadilan hal ini sesuai dengan Pasal 120 KUHAP yang bunyinya adalah:

(1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat meminta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus.

(2) Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka penyidik bahwa ia akan memberi keterangan menurut

pengetahuannya yang sebaik-baiknya kecuali bila disebabkan karena harkat serta martabat, pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang diminta.

Ketentuan mengenai keterangan ahli dalam KUHAP maupun UU No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (UUPPLH) tidak diatur secara spesifik dan berurutan pada satu bab, melainkan berada dalam sejumlah bab yang terpencar. Pasal-pasal tersebut antara lain dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel I: Pasal-pasal dalam KUHAP dan UUPPLH yang memuat ketentuan mengenai Keterangan Ahli

Pasal dalam KUHAP

Isi Pasal dalam UUPPLH

Isi Pasal 1 angka 28 Pengertian tentang

keterangan ahli.

Pasal 94 ayat (2) huruf g

Penyidik pegawai Negeri Sipil berwenang meminta bantuan keterangan ahli dalam rangka pelaksanaan

tugas penyidikan Pasal 65 Tersangka atau

terdakwa berhak mengajukan ahli yang menguntungkan.

Pasal 96 Keterangan ahli sebagai alat sumpah atau janji di muka penyidik.

Ahli dapat menolak memberikan

keterangan.

Pasal 132 ayat (1) Penyidik dapat meminta keterangan ahli dalam hal diterima pengaduan bahwa suatu surat atau tulisan palsu atau dipalsukan atau diduga palsu.

Pasal 133 ayat (1) Penyidik dapat meminta keterangan ahli

Pasal 133 ayat (2) tertu Penyidik dapat meminta keterangan

dokter di rumah sakit.

Pasal 161 ayat (1)

Pasal 161 ayat (2)

Pemeriksaan tetap dilakukan meski saksi atau ahli tanpa alasan yang sah menolak atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

Kewajiban itu juga berlaku bagi mereka

yang memberikan

Pasal 184 ayat (1) Keterangan ahli sebagai alat bukti yang sah.

Pasal 186 Pengertian keterangan ahli dalam sidang pengadilan.

Pasal 229 ayat (1)

Pasal 229 ayat (2)

Hak saksi dan ahli untuk mendapatkan

Menurut Sudikno Martokusumo surat adalah segala sesuatu yang memuat tanda bacaan yang dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau untuk

menyampaikan buah pikiran seseorang yang dipergunakan sebagai pembuktian.119 Menurut Andi Hamzah ‘surat’ Asser-Annema ialah segala sesuatu yang mengandung tanda-tanda baca yang dapat dimengerti, dimaksud untuk mengeluarkan isi pikiran.120

a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi atau yang dibuat dihadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu;

KUHAP tidak menjelaskan pengertian tentang surat, melainkan hanya mengemukakan surat sebagai salah satu alat bukti yang sah dibuat atas sumpah atau dikuatkan dengan sumpah, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 187 KUHAP menyatakan bahwa

Surat sebagaimana tersebut dalam Pasal 184 KUHAP ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan dengan sumpah adalah :

b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dab yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan;

c. Surat ketengan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya;

d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain.

Dalam praktik menurut Lilik Mulyadi, alat bukti surat dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) macam yaitu :121

1) Akta otentik;122

119Hari Sasangka dan Lily Rosita, Op. Cit., hlm. 62.

120Andi Hamzah, 2008, Hukum Acara Pidan Indonesia Edisi Kedua, Op. Cit., hlm. 276.

121Lilik Mulyadi, 2008, Bunga Rampai Hukum Pidana Perspektif dan Teoritis dan Praktik, Op.

Cit.,hlm. 113.

2) Akta di bawah tangan;123 3) Surat biasa.124

4. Petunjuk, dan

Alat bukti petunjuk menurut Hendar Soetarna125

a. Keterangan saksi;

adalah alat bukti yang

‘tercipta’ berbeda dengan alat-alat bukti yang lain, karena alat bukti petunjuk terwujud dikarenakan adanya persesuaian perbuatan, kejadian atau keadaan satu sama lain maupun dengan tindak pidana itu sendiri.

Pasal 188 KUHAP menyatakan bahwa

(1) Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena perseuaiannya, baik antara satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.

(2) Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diperoleh dari :

b. Surat;

c. Keterangan terdakwa.

(3) Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu tindak petunjuk dalam setiap keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif lagi bijaksana, setelah ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan keseksamaan berdasarkan hati nuraninya.

Menurut Andi Hamzah alat bukti petunjuk ini seharusnya diganti dengan alat bukti pengamatan oleh hakim seperti halnya dalam Ned. Sv. yang baru. Hal

122Akta otentik yaitu akta yang dibuat oleh dan atau dihadapan pejabat umum. Tampak pada Pasal 187 huruf a dan b KUHAP . Untuk klasifikasi ini dapat disebut berupa berita acara sidang yang dibuat panitera pengganti, panggilan/relaas sidang yang dibuat juru sita/juru sita pengganti, putusan hakim, akta jual beli, berita acara pemeriksaan setempat, dan lain sebagainya

123Akta dibawah tangan yaitu berupa surat keterangan dari seorang ahli yang memuat oendaat berdasarkan keahliannya. Tampak eksistensinya pada Pasal 187 huruf c KUHAP seperti, visum et repertum, surat keterangan ahli tentang sidik jari (daktiloskopi), surat keterangan ahli tentang balistik, surat keterangan ahli tentang kedokteran kehakiman dan lain sebagainya.

124Surat biasa yaitu sesuai pada Pasal 187 huruf d KUHAP.

125Hendar Soetarna, Op. Cit., hlm. 75.

ini dikarenakan bunyi Pasal 188 ayat (3) KUHAP yang akhirnya diserahkan kepada hakim. Dengan demikian menjadi sama dengan pengamatan hakim sebagai alat bukti.126

Istilah ‘keterangan terdakwa’ (Pasal 184 jo. Pasal 189 KUHAP) lebih luas maknanya daripada ‘pengakuan terdakwa’ yang dahulu disebut dalam Pasal 295

5. Keterangan Terdakwa

Pasal 189 KUHAP menyebutkan bahwa

(1) Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri.

(2) Keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang dapat digunakan untuk membantu menemukan bukti di sidang, asalkan keterangan itu didukung oleh suatu alat butki yang sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya.

(3) Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya sendiri.

(4) Keterangan terdakwa tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lain.

126Apa yang disebut dengan pengamatan oleh hakim harus dilakukan selama sidang, apa yang telah dialami atau diketahui oleh hakim sebelumnya tidak dapat dijadikan dasar pembuktian, kecuali kalau perbuatan tersebut diketahui oleh umum. (Lihat Andi Hamzah, 2008, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Op. Cit., hlm. 278). Di dalam ilmu pengetahuan hukum pidana tidak terdapat suatu kesamaan pendapat tentang hal-hal yang mana saja yang dapat dipandang sebagai hal-hal yang secara umum telah diketahui. Menurut Prof. Bemmelen pada umumnya yang dapat dipandang sebagai hal-hal yang secara umum telah diketahui orang yaitu, kenyataan-kenyataan menurut sejarah, secara geografis, menurut ilmu pengetahuan alam, dan pengetahuan medis.

Dalam berbagai arrest-nya, HOGE RAAD telah memandang kenyataan sebagai hal-hal yang dapat dipandang sebagai telah diketahui secara umum, masing-masing yaitu :

a. Bahwa kemungkinan mendapatkan hadiah dari lotere yang diselenggarakan oleh negara merupakan suatu harapan yang digantungkan pada kenyataan yang bersifat untung-untungan (HR 31 Mei 1939, N.J. 1939 Nomor 975);

b. Bahwa suatu jalan raya merupakan jalan yang diperuntukkan bagi umum (HR 10 Maret 1941, N.J 1941 Nomor 511);

c. Bahwa termasuk ke dalam pengertian memotong hewan adalah juga perbuatan memotong-motong bagian-bagian dari tubuh binatang yang telah mati (HR 8 November 1943, N.J. 1943 Nomor 166);

d. Bahwa arak merupakan minuman keras (HR 12 Maret 1946, N.J. 1946 Nomor 211).

HIR sebagai alat bukti ketiga yaitu bekentenis yang artinya pengakuan. Menurut Lamintang pengertian keterangan terdakwa yaitu, bukan saja hal-hal yang diakui terdakwa di sidang pengadilan, melainkan juga hal-hal lain yang dikemukakan terdakwa di sidang pengadilan, mengenai tindak pidana yang telah didakwakan terhadap dirinya atau mengenai unsur-unsur dari tindak pidana yang didakwakan sebagai telah terpenuhi oleh dirinya.127

Menurut Mardjono Reksodiputro, meningkatnya kriminalitas, berubahnya pola-pola penilaian terhadap para pelanggar hukum, maupun timbulnya bentuk-bentuk kriminalitas baru merupakan bagian dari perubahan masyarakat yang diakibatkan oleh program-program pembangunan yang terjadi di Indonesia.Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan pengkajian dan riset untuk mengungkapkan fakta-fakta baru atau menelaah fakta-fakta yang sudah diketahui dalam persepktif yang baru.

2.5 Keterangan Ahli Sebagai Alat Bukti yang Sah Dalam Pembuktian Tindak

Dokumen terkait