• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I: PENDAHULUAN

E. Tinjauan Kepustakaan

3. Putusan

Putusan hakim atau putusan pengadilan, Pasal 1 angka 11 KUHAP, putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang di atur dalam undang-undang ini. Menurut Leden Marpaung pengertian putusan hakim adalah Putusan adalah ‘hasil atau kesimpulan dari sesuatu yang telah dipertimbangkan dan dinilai dengan semasak-masaknya yang dapat benbentu tertulis maupun lisan’.42 Menurut Lilik Mulyadi putusan hakim itu merupakan putusan yang diucapkan oleh hakim karena jabatannya dalam persidangan perkara pidana yang terbuka untuk umum setelah melakukan proses dan prosedural hukum acara pidana pada umumnya berisakan amar pemidanaan atau bebas atau pelepasan dari segala tuntutan hukum dibuat dalam bentuk tertulis dengan tujuan penyelesaian perkaranya.43

Putusan hakim pada hakikatnya merupakan:44

a. Putusan yang diucapkan dalam persidangan perkara pidana yang terbuka untuk umum

41Putusan (Vonnis) adalah pernyataan hakim yang diucapkan pada sidang pengadilan yang terbukauntuk umum untuk menyelesaikan atau mengakhiri pemeriksaan perkara. Setiap putusan memberikan “kepastian hukum” dan “keadilan”. Setiap putusan diawali dengan kata-kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, sehingga putusan pengadilan mempunyai kekuatan eksekutorial, artinya bisa dilaksanakan secara paksa. Pencantuman kata-kata demikian sebagai kepala putusan, juga dimaksudkan oleh pembuat undang-undang agar hakim menginsyafi, bahwa karena sumpah jabatannya dia tidak hanya harus bertanggungjawab kepada hukum, pada diri sendiri, dan kepada rakyat tetapi juga bertanggungjawab kepada Tuhan Yang Maha Esa (lihat di H. Riduan Syahrani SH, 2009, Kata-kata Kunci Mempelajari Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, hlm. 224).

42Leden Marpaung, 1995, Proses Penanganan Perkara Pidana Bagian Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 406.

43Lilik Mulyadi, 2010, Seraut Wajah Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana di Indonesia (Perspektif, Teoritis, Praktik, Teknik Membuat dan Permasalahannya), PT. Citra Adiya Bakti, Bandung, hlm. 131.

44Ibid., hlm 132-137.

b. Putusan dijatuhkan setelah melalui proses dan prosedural hukum acara pidana pada umumnya

c. Berisikan amar pemidanaan atau bebas atau pelepasan dari segala tuntutan hukum

d. Putusan dibuat dalam bentuk tertulis

e. putusan hakim tersebut bertujuan untuk menyelesaikan perkara pidana

Putusan hakim merupakan akhir dari proses persidangan pidana untuk tahap pemeriksaan di pengadilan negeri, pengadilan tinggi maupun mahkamah agung. Sebelum putusan hakim diucapkan/dijatuhkan, prosedural yang harus dilakukan oleh hakim dalam praktik lazim melalui tahapan sebagai berikut:45

1. Sidang dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum, kecuali dalam perkara mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak-anak.

2. Terdakwa dipanggil masuk ke depan persidangan dalam keadaan bebas, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan identitas terdakwa serta terdakwa diingatkan supaya memperhatikan segala sesuatu yang didengar serta dilihatnya dalam persidangan.

3. Pembacaan surat dakwaan untuk acara biasa atau catatan dakwaan untuk acara singkat oleh jaksa/penuntut umum.

4. Selanjutnya terdakwa dinyatakan apakah sudah benar-benar mengerti akan dakwaan/catatan dakwaan tersebut. Apabila terdakwa ternyata tidak mengerti, penuntut umu atas permintaan hakim ketua sidang wajib memberikan penjelasan yang diperlukan.

5. Keberatan terdakwa atau penasihat hukum terhadap surat dakwaan jaksa/penuntut umum.

6. Dapat dijatuhkan putusan sela/penetapan atau keberatan tersebut hakim berpendapat baru diputus setelah selesai pemeriksaan perkara, maka sidang dilanjutkan.

7. Pemeriksaan alat bukti yang dapat berupa : a. Keterangan saksi;

b. Keterangan ahli;

c. Petunjuk; dan

d. Keterangan terdakwa.

8. Kemudian, pernyataan hakim ketua sidang bahwa pemeriksaan dinyatakan selesai lalu penuntut umum mengajukan tuntutan pidana (requisitoir).

9. Pembelaan (pledoi) terdakwa atau pensihat hukumnya.

10. Replik dan duplik (bila ada).

11. Pemeriksaan dinyatakan tertutup “ditutup” dan hakim mengadakan musyawarah terakhir untuk menjatuhkan putusan.

45Ibid.

Secara substansial putusan hakim dalam perkara pidana amarnya hanya mempunyai tiga sifat yaitu:46

1) Pemidanaan/veroordeling;

Putusan pemidanaan dijatuhkan oleh hakim jika ia telah memperoleh keyakinan dan dalam persidangan alat bukti telah cukup, bahwa terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan dan hakim memiliki keyakinan bahwa perbuatan terdakwa dapat dipidana.

2) Putusan bebas/vrijspraak;

Putusan bebas diatur dalam Pasal 191 ayat (1) KUHAP yang bunyinya

“Jika pengadilan berpendapat bahwa hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas.”

3) Putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum atau onslag van alle rechtsvervolging.

Putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum diatur daam Pasal 191 ayat (2) KUHAP yang bunyinya “Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum.”

Menurut Van Bammelen menyatakan bahwa:

“Dalam putusan hakim itu perlu dijelaskan mengenai alasan-alasan yang telah dipaakai oleh para hakim sebelum sampai pada putusannya, hingga orang yang membaca putusannya tersebut akan mengetahui alsan-alasan yang telah dipakai oleh hakim, dan mampu menarik satu kesimpulan yang sama seperti yang telah ditarik hakim”.47

Hakim tidak mudah untuk membuat putusan, karena idealnya putusan hakim harus memuat idee des recht, yang meliputi 3 (tiga) unsur yakni: (1) keadilan (gerechtigkeit), kepastian hukum (rechtsicherheit) dan kemanfaatan

46Ibid.

47Hoge Raad dalam arrestnya tanggal 3 April 1939, N.J 1939 Nomor 947 hanya mensyaratkan, bahwa putusan hakim itu dapat dilihat : “dat voor ieder onderdeel van het telastgelegde een bewijsmiddel aanwezig is” atau “bahwa bagi tiap-tiap unsur dari tindak pidana yang didakwakan itu terdapat suatu alat bukti (Lihat di Lamintang, 1984, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dengan Pembahasan Secara Yuridis Menurut Yurisprudensi dan Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana, Sinar Baru, Bandung, hlm. 422).

(zwechtmassigkeit).48Ketiga unsur tersebut semestinya harus dipertimbangkan dan diterapkan secara proporsional oleh hakim dalam membuat putusan, sehingga putusan yang dihasilkan adalah putusan yang berkualitas dan memenuhi harapan para pencari keadilan.49

Pengertian tindak pidana lingkungan hidup secara harfiah, berasal dari kata Tindak Pidana danLingkungan Hidup.

Dokumen terkait