BAB II KAJIAN TEORIKAJIAN TEORI
C. Alat Peraga Matematika
1. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Arief S. Sadiman dkk (2009: 7), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat meragsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.
Media pembelajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara terjadinya proses belajar mengajar, dapat berwujud sebagai perangkat lunak (software), maupun perangkat keras (hardware). Berdasarkan fungsinya, media pengajaran dapat berbentuk alat peraga dan sarana (Sukayati, 2003: 1).
2. Pengertian Alat Peraga Matematika
Alat peraga matematika adalah sebuah atau seperangkat benda konkret yang dibuat, dirancang, dihimpun, atau disusun secara sengaja, yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika (Djoko Iswadji, 2003: 1).
Sesuai dengan pengertian alat peraga tersebut, contoh alat peraga matematika yang dibuat diantaranya bangun geometri datar, bangun geometri ruang, jaring-jaring bangun ruang, papan berpaku, dll. Contoh alat peraga matematika yang dirancang diantaranya dekak-dekak, timbangan bilangan, dll. Contoh alat peraga yang dihimpun diantaranya himpunan potongan lidi, himpunan alat tulis, dll. Contoh alat peraga yang disusun diantaranya puzzle, menara hanoi, dll.
Alat peraga matematika yang dibuat, dirancang, dihimpun atau disusun tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Sehingga dalam penyampaian materi matematika SD memerlukan alat peraga matematika yang bermacam-macam sesuai dengan materinya, supaya siswa lebih mudah mengabstraksi konsep.
Alat peraga yang akan peneliti pergunakan dalam penelitian ini adalah alat peraga berupa kertas berbentuk bangun datar yang diharapkan dapat lebih mempermudah pemahan siswa tentang materi pecahan.
3. Fungsi Alat Peraga Matematika
Alat peraga matematika memiliki fungsi khusus (Ahmadin Sitanggang, 2013: 4), yaitu:
b. memperkenalkan, memperbaiki, meningkatkan konsep dan fakta. c. mempermudah abstraksi.
d. memberikan variasi pengajaran sehingga siswa tidak bosan dengan teori selalu.
e. efisiensi waktu dalam mengajar karena siswa lebih mudah mengerti. f. mengembangkan suatu topik.
Fungsi utama dari alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan konsep agar siswa mampu menangkap arti sebenarnya konsep tersebut. Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi obyek/alat peraga maka siswa mempunyai pengalaman-pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti dari konsep (Sukayati, 2003: 2).
Dengan alat peraga berupa kertas berbentuk bangun datar, siswa akan memperoleh semua fungsi alat peraga matematika sesuai dengan penjabaran di atas, sehingga pengalaman-pengalaman yang dilakukan oleh siswa melalui alat peraga tersebut mampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi pecahan.
4. Wujud Alat Peraga Matematika
Dari segi wujudnya, alat peraga matematika dapat dikelompokkan menjadi dua (Pujiati, 2006: 4), yaitu:
a. Alat peraga benda asli: benda asli yang digunakan sebagai alat peraga. Contoh: daun, lidi, ubin, kertas dll.
b. Alat peraga benda tiruan: bukan benda asli yang digunakan sebagai alat peraga.
Contoh: patung, gambar, puzzle, dll.
Dari segi pengadaannya alat peraga dapat dikelompokkan sebagai alat peraga sederhana dan alat peraga buatan pabrik. Pembuatan alat peraga sederhana biasanya memanfaatkan lingkungan sekitar, menggunakan bahan-bahan yang sederhana, menggunakan bahan-bahan yang ringan dan dapat dibuat sendiri. Sedangkan alat peraga buatan pabrik pada umumnya berupa perangkat keras dan lunak yang pembuatannya memiliki ketelitian ukuran serta memerlukan biaya yang tinggi (Pujiati, 2004 : 3). Alat peraga berupa kertas berbentuk bangun datar dari segi wujudnya merupakan alat peraga benda asli karena berbahan dasar kertas, dan dari segi pengadaannya termasuk dalam alat peraga sederhana.
5. Beberapa Persyaratan Alat Peraga Matematika
Agar fungsi atau manfaat dari alat peraga sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh alat peraga. Menurut Pujiati (2006: 4), beberapa persyaratan yang harus dimiliki alat peraga sebagai berikut.
a. Tahan lama (terbuat dari bahan-bahan yang tidak cepat rusak).
b. Bentuk dan warnanya menarik sehingga lebih menarik perhatian siswa.
c. Sederhana dan mudah dikelola baik penyimpanan maupun dalam penggunaannya.
d. Ukuran sesuai (seimbang) dengan ukuran fisik anak.
e. Dapat menyajikan konsep matematika, baik dalam bentuk real, gambar atau diagram.
g. Dapat memperjelas konsep matematika dan bukan sebaliknya (mempersulit pemahaman konsep matematika).
h. Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir abstrak bagi siswa.
i. Alat peraga itu dapat dimanipulasi (dapat diraba, dipegang, dipindahkan, dipasangkan, dan sebagainya) agar siswa dapat belajar secara aktif baik secara individual maupun kelompok kecil.
j. Bila mungkin alat peraga tersebut dapat berfaedah banyak, sehingga dapat digunakan untuk beberapa topik atau materi yang lain.
Alat peraga berupa kertas berbentuk bangun datar memenuhi persyaratan alat peraga matematika di atas kecuali point pertama, yaitu tahan lama. Dalam kaitannya dengan materi pecahan tentu alat peraga yang digunakan tidak bisa bersifat tahan lama karena dalam proses penggunaan alat peraga, kertas berupa bangun datar tersebut dikenai arsiran maupun lipatan yang dilakukan saat meragakan konsep pecahan.
6. Pemilihan Alat Peraga Matematika
Menurut Pujiati (2006: 5), pemilihan alat peraga yang tepat dan penggunaannya secara benar diharapkan dapat:
a. Mempermudah abstraksi.
b. Memudahkan, memperbaiki, atau meningkatkan penguasaan konsep atau fakta.
c. Memberikan motivasi.
e. Meningkatkan efisiensi waktu.
f. Menunjang kegiatan matematika di luar kelas yang menunjukkan penerapan matematika pada peristiwa nyata.
g. Meningkatkan ketertiban siswa dalam pembelajaran.
Pemilihan alat peraga matematika tentu saja harus sesuai dengan fungsi alat peraga matematika serta materi yang akan diajarkan, sehingga alat peraga berupa kertas berbentuk bangun datar yang peneliti gunakan dalam penelitian telah memenuhi beberapa persyaratan dalam pemilihan alat peraga matematika di atas.
7. Kriteria Penggunaan Alat Peraga Matematika
Supaya tidak terjadi kegagalan dalam penggunaan alat peraga matematika, maka kita perlu hati-hati dan cermat dalam memilih alat peraga. Menurut Darhim (dalam Pujiati, 2006: 5-6), kriteria yang harus dipenuhi dalam penggunaan alat peraga adalah sebagai berikut:
a. Tujuan
Tujuan yang dimaksud adalah tujuan dari pengajaran matematika itu sendiri, apakah pembelajaran untuk penanaman konsep, pemahaman konsep atau pembinaan ketrampilan.
b. Materi Pelajaran
Pembelajaran matematika pada umumnya menggunakan pendekatan spiral. Sifat pendekatan tersebut memungkinkan suatu topik atau materi tersebut diulang pada tingkat berikutnya dengan ruang lingkup dan tingkat kesukaran yang berbeda, sehingga terdapatlah materi-materi yang menjadi prasyarat
untuk materi lainnya. Peragaan materi yang menjadi dasar itulah yang harus diutamakan dari pada materi atau topik lanjutannya. Perlu pula diingat bahwa tidak setiap materi atau topik dalam pembelajaran matematika dapat dibuat alat peraganya, dan jika diperagakan justru akan mempersulit siswa dalam memahaminya. Misalnya pada kompetensi dasar mengubah bentuk pecahan ke bentuk desimal.
c. Strategi belajar mengajar
Untuk menunjukkan bahwa volume balok adalah p x l x t, dengan menggunakan model alat peraga akan lebih mempermudah pemahaman siswa apabila dibandingkan dengan menjelaskannya melalui ceramah saja.
d. Kondisi
Yang dimaksudkan dengan kondisi adalah lingkungan/keadaan di mana siswa berada, misalnya ruangan kelas, banyaknya siswa, dan di luar kelas.
e. Siswa
Memilih alat peraga hendaknya juga disesuaikan dengan kesenangan siswa, tanpa merubah aspek yang telah ditentukan secara khusus dalam pembuatan maupun pemilihan alat peraga. Sehingga pada diri siswa timbul gairah belajar yang tinggi dan dapat memahami materi dengan lebih mudah.
8. Kegagalan Penggunaan Alat Peraga Matematika
Menurut Pujiati (2006: 5), dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga tidak selamanya membuahkan hasil belajar yang lebih meningkat, lebih menarik, dan sebagainya, bahkan mungkin akan menyebabkan
hal yang sebaliknya, yaitu menyebabkan kegagalan siswa dalam belajar. Kegagalan itu akan nampak bila:
a. Generalisasi konsep abstrak dari representasi hal-hal yang konkret tidak tercapai.
b. Alat peraga yang digunakan hanya sekedar sajian yang tidak memiliki nilai-nilai yang tidak menunjang konsep-konsep dalam matematika.
c. Tidak disajikan pada saat yang tepat. d. Memboroskan waktu.
e. Diberikan pada anak yang sebenarnya tidak memerlukan. f. Tidak menarik dan mempersulit konsep yang dipelajari.
g. Salah dalam menggunakan alat peraga, hal ini berkaitan dengan tingkat penguasaan guru terhadap alat peraga yang digunakan.
Berdasarkan penjabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa alat peraga matematika merupakan sebuah atau seperangkat benda konkret yang sengaja dibuat untuk membantu menanamkan dan mengembangkan konsep matematika. Konsep dalam matematika itu sendiri sangat banyak dan memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda, sehingga agar konsep tersebut dapat dipahami dengan baik oleh siswa maka dalam penggunaan maupun pembuatan alat peraga harus sesuai dengan fungsi serta karakteristik siswa SD.
9. Alat Peraga Kertas Berbentuk Bangun Datar
Alat peraga kertas berbentuk bangun datar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alat peraga dengan berbahan dasar kertas dan dibentuk menjadi beberapa jenis bangun datar. Kertas digunakan sebagai bahan pembuat
alat peraga karena berkaitan dengan materi pecahan yang diajarkan pada siswa kelas III, di mana dalam penanaman konsep materi tersebut terdapat kegiatan menyekat, melipat, serta mengarsir, sehingga alat peraga kertas efektif sesuai tujuannya yaitu menanamkan konsep kepada siswa. Kertas juga merupakan bahan yang mudah diperoleh dan dimanipulasi baik oleh guru maupun siswa, sehingga akan lebih meningkatkan evisiensi waktu saat memperagakannya.
10. Model Pembelajaran dengan Alat Peraga (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning ) berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2007:15). Menurut Johnson & Johnson dalm bukunya Isjoni (2007: 30), pembelajaran kooperatif adalah satu pendekatan di mana murid bekerjasama di antara satu sama lain dalam kumpulan belajar yang kecil untuk memenuhi kehendak tugasan indivdu atau kumpulan yang diberikan oleh guru. Sedangkan menurut Nur Asma (2006:12) belajar kooperatif mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam belajar kelompok dan sekaligus masing-masing bertanggung jawab pada aktivitas belajar anggota kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran dengan baik.
Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2005: 31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur pembelajaran gotong royong harus diterapkan yaitu:
a. Saling Ketergantungan Positif
Kegagalan dan keberhasilan kelompok merupakan tanggungjawab setiap anggota kelompok oleh karena itu sesama anggota kelompok harus merasa terikat dan saling tergantung positif.
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk menguasi materi pelajaran karena keberhasilan belajar kelompok ditentukan dari seberapa besar sumbangan hasil belajar secara perorangan.
c. Tatap Muka
Interaksi yang terjadi melalui diskusi akan memberikan keuntungan bagi semua anggota kelompok karena memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota kelompok.
d. Komunikasi Antaranggota
Karena dalam setiap tatap muka terjadi diskusi, maka keterampilan berkomunikasi antar anggota kelompok sangat penting.
e. Evaluasi Proses Kelompok
Keberhasilan belajar dalam kelompok ditentukan oleh proses kerja kelompok. Untuk mengetahui keberhasilan proses kerja kelompok dilakukan melalui evaluasi proses kelompok.
Tabel 1. Komparasi Kelompok Belajar pada belajar kooperatif versus Kelompok belajar pd belajar konvensional (Nur Asma, 2006:22).
Kelompok belajar pada belajar kooperatif
Kelompok belajar pada belajar konvensional
Kepemimpinan bersama
Saling ketergantungan yang positif Keanggotaan yang heterogen Mempelajari
keterampilan-keterampilan kooperatif
Tanggung jawab terhadap hasil belajar seluruh anggota
Menekankan pada tugas dna hubungan kooperatif
Ditunjang oleh guru Satu hasil kelompok Evaluasi kelompok
Satu pemimpin
Tidak saling tergantung Keanggotaan homogen Asumsi adanya keterampilan
sosial
Tanggung jawab terhadap hasil belajar sendiri
Hanya menekankan pada tugas Diarahkan oleh guru
Beberapa hasil individual Evaluasi individual