• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORIKAJIAN TEORI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

2) Pertemuan Kedua Siklus II

` Pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada jam ke-2 dan ke-3. Jam pertama seluruh siswa melakukan senam bersama. Pelaksanaan pembelajaran berlangsung selama 2x35 menit (2 jam pelajaran) yang dilaksanakan oleh guru kelas. Peneliti sebagai observer sekaligus mendokumentasikan penelitian.

Kegiatan awal, guru menyiapkan ruang kelas dan alat pembelajaran. Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam dan kemudian ketua kelas memimpin doa. Selanjutnya guru memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, siswa diminta untuk mengeluarkan buku pelajaran dan alat tulis masing-masing. Setelah semua siswa siap menerima pembelajaran, guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab tentang materi sebelumnya.

Selanjutnya guru menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada hari itu yaitu membandingkan pecahan yang pembilang dan penyebutnya berbeda. Guru memperagakan konsep membandingkan pecahan

yang pembilang dan penyebutnya berbeda dengan menggunakan alat peraga kertas berwarna hijau. Dalam peragaannya, guru mengarsir 4 bangun datar yang ada di alat peraga tersebut sesuai dengan nilai pecahan yang sudah ditentukan, lalu dilanjutkan dengan membandingkan pecahan dengan membandingkan luas daerah yang diarsir. Peragaan ini sama seperti peragaan pada pertemuan pertama di siklus II, sehingga peragaan berlangsung lebih cepat..

Setelah selesai membandingkan pecahan dengan alat peraga, guru kemudian menjelaskan bahwa dalam membandingkan pecahan yang pembilang dan penyebutnya berbeda dapat dilakukan dengan cara lain yaitu dengan menyamakan penyebut dan dengan perkalian silang. Siswa diberi penjelasan oleh guru tentang membandingkan pecahan yang pembilang dan penyebutnya berbeda dengan cara menyamakan penyebut. Guru memulai dengan menjelaskan pecahan senilai kepada siswa. Sebagai contoh, guru menggunakan pecahan yang sama seperti yang ada di alat peraga yaitu pecahan

senilai dengan , , , ଵ଴, dan

seterusnya. Kemudian pecahan

senilai dengan , ଵଶ, ଵଶ ଵ଺, ଵହ

ଶ଴, dan seterusnya. Lalu

siswa diminta untuk mencari manakah diantara kedua kelompok pecahan senilai yang memiliki penyebut yang sama. Diperoleh dua pecahan yang sudah memiliki penyebut yang sama yaitu

dan

. Guru kemudian meminta siswa untuk

membandingkan kedua pecahan yang sudah berpenyebut sama tersebut dengan cara cepat yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya, yaitu dengan membandingkan pembilangnya. Karena

pembilangnya lebih kecil dari maka

nilai pecahannya juga lebih kecil dari

, dan ditulis < atau < . Langkah

saat peragaan dengan alat peraga.

Guru kemudian memberi penjelasan tentang cara membandingkan pecahan berpembilang dan berpenyebut berbeda dengan cara perkalian silang. Guru mengambil contoh pecahan yang sama dengan yang sebelumnya yaitu

dan .

Kemudian guru menulis langkah perkalian silang di papan tulis yaitu;

= = (1x4) ... (3x2) = 4 ... 6

Setelah mengetahui hasil perkalian silang, maka dapat disimpulkan bahwa 4 < 6, atau

<

. Langkah terakhir adalah mencocokkan hasil pembandingan dengan

yang sudah dikerjakan di alat peraga.

Guru kemudian membagi siswa menjadi 3 kelompok secara acak, 2 kelompok beranggotakan 4 siswa, dan 1 kelompok lainnya beranggotakan 5 siswa, 2 siswa tidak masuk. Masing-masing kelompok diberi LKS (lampiran 5 hlm 111) oleh guru dan mengingatkan siswa agar mengerjakan LKS secara diskusi kelompok. Anggota kelompok mulai mencermati petunjuk kerja LKS dan guru mulai berkeliling kelas. Pada kegiatan pertama yaitu kegiatan membandingkan pecahan dengan kertas bangun datar, siswa terlihat sudah terbiasa dan dapat menyelesaikan kegiatan menyekat, mengarsir, lalu membandingkan dengan cepat. Hal ini dikarenakan kegiatan pertama di LKS ini sama seperti kegiatan di LKS pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya yaitu kegiatan membandingkan pecahan dengan cara perkalian silang, pada LKS sudah diberi contoh sehingga anggota kelompok bisa mengerjakan sesuai contoh. Pada kegiatan ini, ada anggota kelompok yang berselisih pendapat saat melakukan perkalian silang, namun

anggota kelompoknya yang lain dapat menyelesaikan perselisihan tersebut. Guru juga melakukan pengarahan agar dalam mengerjakannya dengan cermat dan teliti. Setelah waktu yang ditentukan oleh guru habis, tiap kelompok diminta untuk mendemonstrasikan hasil kerja secara bergantian. Guru memberikan reward kepada kelompok yang memiliki keterlibatan anggota paling baik. Untuk kembali mengecek pemahaman siswa, guru bersama siswa membahas hasil kerja LKS bersama-sama.

Kegiatan selanjutnya adalah guru dan siswa membahas kembali materi yang baru saja diajarkan dengan bertanya jawab singkat. Saat bertanya jawab guru sesekali berkeliling kelas untuk menarik perhatian siswa sehingga siswa fokus dengan kegiatan tersebut. Kemudian siswa diminta untuk kembali ke tempat duduk masing-masing.

Guru membagikan soal evaluasi (lampiran 6 hlm 112). Siswa diberi waktu mengerjakan 10 menit. Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan penuh konsentrasi. Guru meminta siswa untuk tidak tergesa-gesa dalam mengerjakan soal evaluasi dan mengecek ulang jawaban siswa masing-masing. Setelah waktu habis,

hasil evaluasi lalu dikumpulkan di meja guru, dilanjutkan guru menutup pelajaran dengan salam.

3) Observasi

Observasi dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya tindakan. Hasil observasi berupa lembar observasi aktivitas guru (lampiran 13 hlm 122) dan lembar observasi aktivitas siswa (lampiran 15 hlm 126) ketika proses pembelajaran.

a) Aktivitas Guru

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, kegiatan guru dalam pembelajaran siklus II lebih baik dari pembelajaran pada siklus I. Guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP. Kekurangan-kekurangan pada siklus I pun telah diperbaiki pada pembelajaran siklus II ini.

Guru telah melakukan pra pembelajaran dengan baik di antaranya memeriksa kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran, memberikan apersepsi, serta menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Pada inti pembelajaran guru menyampaikan materi dengan baik, alat peraga yang digunakan sudah lebih efisien dari sebelumnya.

Belajar dari kekurangan pada pembelajaran siklus I, guru telah membuat alokasi waktu saat memperagakan konsep pecahan dengan alat peraga. Pada pelaksanaannya guru telah dapat menggunakan alokasi waktu dengan baik serta memanfaatkan waktu dalam pembelajaran sesuai perencanaan, hal itu dibuktikan dengan tidak mengulurnya waktu jam pembelajaran.

b) Aktivitas Siswa

Berdasarkan pengamatan peneliti pada siklus II ini, aktivitas siswa sudah baik. Siswa telah dapat menggunakan alat peraga dengan baik sesuai petunjuk guru, serta dapat bekerjasama saat diskusi kelompok dan dapat menggunakan alokasi waktu dengan baik. Dalam sesi tanya jawab, sudah semakin banyak siswa yang aktif bertanya. Di akhir pembelajaran pun siswa mengerjakan evaluasi dengan sungguh-sungguh, hal itu terbukti dari hasil evaluasi siswa yang mengalami peningkatan.

Matematika pada materi pecahan siswa kelas III adalah sebesar 92,3%, artinya

12 dari 13 siswa (2 siswa tidak masuk) yang mendapat nilai ≥ 65. Hasil evaluasi

siklus II sudah mencapai kriteria keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan. 4) Refleksi

Dari hasil yang telah diperoleh dari siklus II terlihat sekali banyak peningkatan. Untuk nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60 dan nilai tertinggi yang diperoleh adalah 100. Hasil evaluasi siklus II menunjukkan bahwa ketuntasan belajar Matematika pada materi pecahan siswa kelas III adalah sebesar 92,3%, artinya 12 dari 13 siswa (2 siswa tidak masuk) yang

mendapat nilai ≥ 65. Hasil evaluasi siklus II sudah mencapai kriteria

keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan, ol eh karena i t u guru dan peneliti memutuskan penelitian sudah cukup dan akan dihentikan.

C. Pembahasan

Pada bab ini diuraikan pembahasan hasil penelitian mengenai peningkatan hasil belajar Matematika pada materi pecahan dengan alat peraga pada siswa kelas III SD Negeri Bendungan III. Hasil penelitian yang diuraikan adalah data kondisi siswa pada pra tindakan, siklus I, dan siklus II. Hasil belajar siswa mencakup 3 ranah sesuai dengan pernyataan Benyamin Bloom dalam Nana Soedjana (2012: 23), yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Pada aspek kognitif terjadi peningkatan, ditunjukkan dengan hasil belajar pada pra tindakan, siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan yang memuaskan. Hasil belajar pada pra tindakan (lampiran 9 hlm 117) adalah 26,7% siswa mencapai KKM, hasil belajar pada siklus I (lampiran 10 hlm 118)

adalah 61,5% siswa mencapai KKM, dan hasil belajar pada siklus II (lampiran 11 hlm 119) adalah 92,3% siswa mencapai KKM.

Keberhasilan belajar tersebut dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu internal dan eksternal (Soedijarto, 1981:61). Faktor internal yang dimaksud yaitu minat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif siswa. Sedangkan faktor eksternal yaitu guru, alat peraga, cara mengajar dan lainnya.

Pada pratindakan, pembelajaran masih bersifat teacher center dan belum menggunakan alat peraga. Padahal dalam pembelajaran Matematika, penggunaan alat peraga itu memiliki fungsi yang penting. Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi alat peraga maka siswa mempunyai pengalaman-pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti konsep (Sukayati, 2003:2). Selain itu, siswa kelas III sekolah dasar juga masuk ke dalam tahap operasional konkret yang pada tahap itu seorang anak dapat membuat kesimpulan dari suatu yang nyata atau dengan benda konkret sesuai dengan Teori Piaget dalam Fadjar (2011: 43).

Lalu pada pembelajaran siklus I guru menggunakan alat peraga yang salah satu maksudnya untuk memberikan variasi pengajaran sehingga siswa tidak bosan dengan teori selalu (Ahmadin Sitanggang, 2013:4) dan melakukan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Namun pada kenyataannya pembelajaran siklus I masih banyak kekurangan, baik yang dialami oleh guru maupun siswa sehingga hasilnya belum maksimal.

Pada pembelajaran siklus I ada beberapa siswa yang sering bermain sendiri, tidak memperhatikan penjelasan guru, kurang aktif dalam penggunaan alat peraga sehingga belum memahami materi dengan baik. Guru pun kurang mengamati perkembangan pemahaman siswa, dan alat peraga yang digunakan

pada siklus I memerlukan waktu yang lama saat peragaannya sehingga guru tergesa-gesa dalam menyampaikan materi dan akhirnya kegiatan penelitian melebihi waktu yang telah ditentukan. Hal ini kurang sesuai dengan fungsi khusus alat peraga yang disebutkan oleh Ahmadin Sitanggang (2013:4) yang salah satunya yaitu efisiensi waktu dalam mengajar agar siswa lebih mudah mengerti. Oleh karena itu h a n ya 61,5% siswa mencapai KKM dengan rincian 8 siswa mencapai KKM dan 5 siswa tidak mencapai KKM (2 siswa tidak masuk).

Berdasarkan kekurangan tersebut peneliti merencanakan perbaikan atau refleksi untuk dilakukan pada siklus II. Bentuk perbaikan tersebut meliputi penyesuaian antara pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh guru dengan RPP yang telah dirancang sebelumnya, di mana RPP tersebut juga mengalami penyempurnaan di siklus II. Penyempurnaan yang dilakukan di antaranya pemberian alokasi waktu saat kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran lebih efisien. Peneliti juga membuat alat peraga baru yang lebih menarik, dapat memperjelas konsep matematika, namun sederhana dalam penggunaannya (Pujiati, 2006:4).

Refleksi tersebut berhasil, pada siklus II hasil observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa mengalami peningkatan. Guru melaksanakan penelitian tindakan kelas sesuai dengan RPP, memeragakan konsep pecahan bersama siswa dengan baik sehingga penggunaan waktu lebih efisien, memberikan motivasi dan menambah pemahaman siswa sesuai pernyataan Ahmadin Sitanggang (2013:4). Sedangkan siswa sudah mengikuti pembelajaran dengan baik dan penuh konsentrasi, mendengarkan penjelasan guru dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran terutama pada saat penggunaan alat peraga.

Siswa menggunakan alat peraga sesuai petunjuk guru dan guru pun dengan rutin berkeliling kelas mengecek kegiatan siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pujiati (2006:4) yang menyatakan bahwa alat peraga dapat memperjelas konsep matematika. Hal seperti itu membuat siswa semakin fokus dan sudah tidak ada lagi siswa yang membuat kegaduhan atau pasif. Siswa juga lebih memahami materi karena ada proses tanya jawab yang lebih lama, sehingga siswa dapat mengerjakan soal evaluasi dengan baik dibuktikan dengan ketuntasan belajar siswa pada siklus II yang mencapai 92,3% dengan rincian 12 siswa mencapai KKM dan 1 siswa tidak mencapai KKM (2 siswa tidak masuk).

Dokumen terkait