• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KEADAAN UMUM

2) Alat tangkap pancing rumpon dan pengoperasiannya

Alat tangkap yang digunakan dalam perikanan pancing rumpon adalah pancing dengan beberapa macam cara pengoperasian. Terdapat tiga macam cara pengoperasian pancing dalam satu kapal pancing rumpon yaitu ditonda, menggunakan pelampung yang dihanyutkan dan ditarik menggunakan layang- layang. Ketiga macam cara pengoperasian pancing tersebut dijelaskan sebagai berikut :

(1) Pancing rumpon yang ditonda

Cara pengoperasian pancing rumpon yang ditonda (Gambar 9) yaitu dengan cara ditarik menggunakan kapal mengelilingi daerah penangkapan ikan di sekitar rumpon. Pengoperasian pancing rumpon yang ditonda yang berbasis di PPN Palabuhanratu terdiri dari tiga tahap yaitu setting, towing dan hauling. Pada tahapan setting dilakukan penurunan atau penguluran tali pancing di bagian buritan dan samping kapal. Setelah pancing disetting pancing tersebut diseret (towing) oleh kapal mengelilingi daerah penangkapan ikan di sekitar rumpon dengan kecepatan konstan berkisar 2 – 4 knot. Tujuan penarikan tersebut agar

umpan buatan yang digunakan bergerak-gerak dan berenang menyerupai mangsa ikan yang menjadi target operasi penangkapan. Hauling dilakukan pada saat umpan sudah dimakan ikan dengan cara menarik tali pancing ke atas kapal sampai ikan terangkat ke atas kapal.

Gambar 9 Pancing rumpon yang ditonda dan berbasis di PPN Palabuhanratu tahun 2010

Cara pengoperasian diatas, juga sesuai dengan Sainsbury (1971) vide Sari (2011) yang menyatakan pancing tonda atau pancing rumpon dioperasikan dengan cara ditarik secara horizontal oleh perahu atau kapal dengan kecepatan lebih kurang 2 knot. Selain itu juga sesuai dengan Handriana (2007) yang menyatakan bahwa pola pengoperasian pancing tonda di rumpon dilakukan dengan beberapa pola yang bentuknya mengelilingi rumpon.

(2) Pancing rumpon yang dihanyutkan

Pengoperasian pancing rumpon yang dihanyutkan dan berbasis di PPN Palabuhanratu (Gambar 10) dilakukan denga cara menghanyutkan pancing di laut dengan bantuan pelampung. Tahapan pengoperasian pancing rumpon yang dihanyutkan yaitu setting, drifting dan hauling.

Setting alat tangkap ini dilakukan dengan menurunkan alat tangkap dengan urutan mata pancing yang telah dipasang umpan, tali pancing, dan yang terakhir pelampung. Setelah penurunan pancing (setting) selesai dilakukan, pancing berpelampung tersebut dibiarkan hanyut (drifting). Pada saat drifting nelayan dapat sekaligus mengoperasikan jenis pancing yang menggunakan layang-layang. Drifting dilakukan sampai pelampung bergerak-gerak timbul tenggelam yang menandakan bahwa umpan telah dimakan oleh ikan. Jika hal tersebut terjadi maka kapal akan mendekati pelampung dan dilakukan hauling dengan urutan penarikan alat tangkap ke atas kapal yaitu pelampung, tali pancing dan terakhir hasil tangkapan.

Gambar 10 Pancing rumpon yang dihanyutkan dan berbasis di PPN Palabuhanratu tahun 2010

(3) Pancing rumpon dengan layang-layang

Pancing rumpon dengan layang-layang yang berbasis di PPN Palabuhanratu (Gambar 11) dioperasikan dengan cara ditarik menggunakan layang-layang. Pertama-tama dilakukan pengikatan tali pancing pada tali layang-layang.

Kemudian layang-layang mulai diterbangkan, dengan terbangnya layang-layang maka tali pancing akan ikut tertarik ke arah laut. Umpan tiruan cumi-cumi diposisikan agar berada di permukaan laut dan layang-layang ditarik-tarik sehingga pada saat layang-layang bergerak maka umpan tiruan cumi-cumi yang berada di permukaan laut akan ikut bergerak menyerupai pergerakan cumi-cumi asli. Pada saat nelayan yang menerbangkan layang-layang merasakan pergerakan tali karena umpan telah dimakan oleh ikan, maka nelayan tersebut menarik tali pancing, menurunkan layang-layang dan menaikkan hasil tangkapannya ke atas kapal.

Gambar 11 Pancing rumpon dengan layang-layang yang berbasis di PPN Palabuhanratu tahun 2010

Pancing ini biasanya dioperasikan sekaligus dengan alat tangkap pancing rumpon yang dihanyutkan dengan syarat terdapat angin di daerah penangkapan ikan. Angin berfungsi untuk menerbangkan layang-layang, sehingga jika tidak ada angin di daerah penangkapan tersebut maka layang-layang tidak bisa diterbangkan dan pancing ini tidak bisa dioperasikan.

Cara pengoperasian ketiga pancing rumpon di atas masing-masing memiliki cara pengoperasian yang saling melengkapi tergantung dari kondisi daerah penangkapan. Pada saat angin kencang atau arus kencang nelayan tidak dapat mengoperasikan pancing yang berpelampung, karena pancing dapat hilang atau

hanyut terbawa angin atau arus, disaat seperti ini maka nelayan menggunakan pancing yang di tonda atau pancing dengan layang-layang. Sebaliknya pada saat angin atau arus tidak ada atau tenang, maka nelayan tidak dapat mengoperasikan pancing dengan layang-layang, melainkan menggunakan pancing berpelampung atau pancing yang di tonda.

Konstruksi ketiga pancing rumpon di atas terdiri dari beberapa bagian yaitu pelampung, tali pancing, mata pancing dan umpan. Berikut penjelasan dari bagian-bagian tersebut :

 Pelampung

Pelampung yang digunakan pada perikanan pancing rumpon di wilayah Palabuhanratu berupa jerigen. Jerigen yang digunakan memiliki ukuran 35 cm x 10 cm x 25 cm. Pelampung ini digunakan untuk mengapungkan rangkaian pancing pada saat pengoperasian pancing rumpon yang dihanyutkan. Selain itu pelampung ini juga berfungsi sebagai tempat menggulung tali pancing pada saat pancing sedang tidak dioperasikan.

 Tali pancing

Tali pancing yang digunakan pada perikanan pancing rumpon terbuat dari bahan nylon. Tali pancing yang digunakan memiliki diameter 2 mm, dengan panjang tali pancing yang biasa digunakan 50-70 m, tergantung dari kedalaman daerah penangkapan ikan. Pengikatan tali pancing tergantung pada cara pengoperasian pancing rumpon yang dilakukan. Tali pancing pada pancing yang ditonda diikatkan pada kapal, pada pancing yang dihanyutkan tali pancing diikatkan pada pelampung, sedangkan pada pancing layang-layang tali pancing diikatkan pada layang-layang.

 Mata Pancing

Mata pancing yang digunakan pada pancing rumpon terbuat dari stainless atau besi baja. Hasil wawancara terhadap responden nelayan didapatkan bahwa nomor mata pancing yang digunakan oleh nelayan pancing rumpon di Palabuhanratu beragam yaitu antara nomor 5–7, namun yang paling sering digunakan adalah mata pancing no 6 (sesuai dengan Nugroho 2002).

 Umpan

Umpan yang digunakan perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu adalah umpan asli dan umpan tiruan. Umpan hidup hanya digunakan pada operasi pancing rumpon yang dihanyutkan. Umpan hidup yang biasanya digunakan oleh nelayan perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu adalah ikan tembang.

Umpan tiruan biasanya berbentuk cumi-cumi dari bahan plastik, ada pula yang terbuat dari tali rafia atau benang sutra (Gambar 12). Umpan ini bersifat menarik perhatian ikan, dan diusahakan menyerupai bentuk dan warna mangsanya. Umpan tiruan dari plastik berbentuk cumi-cumi digunakan pada jenis pancing rumpon dengan layang-layang, sedangkan umpan yang terbuat dari tali rafia digunakan pada pancing rumpon yang ditonda.

a. Umpan plastik berbentuk cumi-cumi b. Umpan dari benang sutra

Gambar 12 Umpan tiruan yang digunakan dalam perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010

Armada pancing rumpon membutuhkan alat bantu dalam operasinya, alat bantu tersebut terbagi ke dalam dua kategori yaitu alat bantu penanganan hasil tangkapan dan alat bantu rumpon. Kedua kategori tersebut dijelaskan sebagai berikut :

o Alat bantu penanganan hasil tangkapan

Alat bantu yang digunakan dalam penanganan hasil tangkapan pancing rumpon adalah gacok, serok dan sekop (Gambar 13). Alat bantu gacok dan serok

berfungsi mengangkat hasil tangkapan ke atas kapal dan sekop untuk mengangkat es curah yang digunakan pada saat penanganan hasil tangkapan.

a. Gacok b. Serok c. Sekop

Gambar 13 Alat bantu penanganan hasil tangkapan yang digunakan dalam perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010

o Alat bantu rumpon

Alat bantu rumpon merupakan suatu atractor yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan-ikan, termasuk ikan pelagis besar seperti ikan tuna, cakalang, marlin, lemadang dan tongkol. Ikan tuna merupakan hasil tangkapan utama perikanan pancing rumpon, sedangkan ikan lainnya merupakan hasil tangkapan sampingan dari perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu. Adanya alat bantu rumpon ini juga dapat menghemat waktu dan bahan bakar kapal pancing rumpon karena daerah penangkapan ikannya yang sudah pasti sehingga tidak perlu lagi berburu kumpulan atau schooling ikan.

Rumpon yang digunakan oleh para nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu memiliki konstruksi yang hampir sama dengan konstruksi rumpon yang terdapat di dalam Subani dan Barus (1989) dan Hardiana (2007). Konstruksi tersebut merupakan konstruksi dari rumpon permukaan dimana atractornya berada di daerah permukaan.

Hal diatas sesuai dengan Martasuganda (2008) yang menyatakan bahwa rumpon permukaan adalah rumpon yang dipasang di permukaan perairan secara menetap atau dihanyutkan. Rumpon ini terdiri dari pelampung, atractor, pemberat

dan tali. Pelampung rumpon permukaan berada di atas permukaan air, sedangkan bagian lainnya berada di bawah permukaan air (sub bab 2.4.2).

Rumpon yang digunakan oleh nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu menggunakan pelampung yang terbuat dari tabung dengan bahan besi, pemberat dengan bahan semen, tali tambang dan penarik perhatian ikan (atractor) yang terbuat dari daun kelapa (Gambar 14). Panjang tali utama yang digunakan pada rumpon tersebut bergantung pada kedalaman perairan lokasi rumpon dipasang.

a. Pelampung b. Pemberat

c. Atractor d. Tali rumpon

Gambar 14 Bagian-bagian rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010 Bagian-bagian rumpon di atas dibawa secara terpisah oleh nelayan menggunakan kapal ke tempat rumpon akan dipasang, kemudian setelah sampai di tempat tersebut baru rumpon dirangkai dengan konstruksi rumpon permukaan. Konstruksi rangkaian rumpon yang umumnya digunakan oleh nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu terdapat pada Gambar 15 berikut ini :

Gambar 15 Konstruksi rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010

3) Nelayan

Nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu terdiri dari satu orang nelayan sebagai kapten kapal atau tekong dan sisanya sebagai nelayan Anak Buah Kapal (ABK). Tidak terdapat pembagian posisi dari ABK yang terdapat di kapal tersebut, sehingga semua ABK memiliki posisi dan tugas yang sama di atas kapal. Tugas seorang kapten kapal pada kapal pancing rumpon adalah mengemudikan kapal, menentukan kemana arah tujuan kapal dan memberi perintah kepada ABKnya, selain itu kapten kapal juga memiliki tanggung jawab yang besar dalam memastikan keselamatan kapal dan ABKnya, sedangkan tugas dari ABK kapal adalah mengoperasikan alat tangkap, melakukan penanganan hasil tangkapan di atas kapal, memasak dan memperbaiki mesin kapal apabila terjadi kerusakan. Pembagian kerja ABK di atas kapal pancing rumpon oleh kapten kapal bersifat

bebas yang artinya terserah keinginan kapten kapal seperti pengoperasian alat tangkap, memasak, membersihkan kapal dari sisa hasil tangkapan seperti sisik dan lendir ikan dilakukan bersama-sama oleh semua ABK kapal.

Jumlah nelayan perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu pada tahun 2009 yaitu sebanyak 241 orang. Jumlah tersebut terbagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok yang berisikan 4 orang nelayan dan kelompok yang berisikan 5 orang nelayan. Pengelompokan ini didasarkan pada kepemilikan rumpon, dimana satu kelompok memiliki satu rumpon yang dibuat dan dimanfaatkan bersama. Jumlah kelompok yang berisi 5 orang nelayan berjumlah 9 kelompok, sedangkan 49 kelompok lainnya berisi 4 orang nelayan.

Pemilik usaha pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tidak ikut serta dalam operasi penangkapan ikan. Pemilik usaha hanya menyediakan kapal, alat tangkap, dan biaya operasional pancing rumpon, serta memperoleh keuntungan dari penjualan hasil tangkapan. Pembagian keuntungan tersebut yaitu 50% dari keuntungan diberikan kepada pemilik usaha pancing rumpon dan 50% lagi dibagikan kepada nelayan kapal dimana kapten kapal mendapat bagian dua kali dari bagian nelayan ABK. Keuntungan yang dibagikan tersebut dihitung berdasarkan jumlah hasil penjualan hasil tangkapan yang didaratkan dikurangi biaya operasional kapal.