• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KEADAAN UMUM

3) Tempat Pelelangan Ikan

Bangunan TPI PPN Palabuhanratu berada di dermaga I PPN Palabuhanratu, tepatnya di depan dermaga pendaratan hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu. Tempat pelelangan ikan ini memiliki luas 920 m² yang terdiri dari kantor KUD MMSL, kantor bank Danamon dan lantai pelelangan di lantai satu. Di bagian lantai dua terdapat ruangan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) dan mess nelayan. Layout dari TPI dapat dilihat pada Gambar 22 :

Tempat pelelangan ikan di PPN Palabuhanratu dibangun pada tahun 1993 dan dikelola oleh pihak Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi. Mulai tahun 2000 sampai saat ini pengelolaan TPI dilakukan oleh KUD MMSL. Menurut Hamzah (2011) perpindahan tersebut mengacu kepada Surat Keputusan Bersama (SKB) No.132 tahun 1997, 902/Kpts/3/SKB/IX/1997 yang dikeluarkan oleh Menteri Pertanian dan Menteri Koperasi dan Pemberdayaan Industri Kecil mengenai pelelangan ikan yang tercantum dalam Bab II pasal 4 ayat 2 yang berbunyi: „Kepala daerah menunjuk KUD sebagai penyelenggara pelelangan ikan setelah memenuhi syarat’, serta didukung oleh Perda Jabar No.5 tahun 2005 tentang penyelenggaraan pelelangan ikan.

Dengan adanya pemindahan pengelolaan TPI dari Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi kepada pihak swasta (KUD MMSL), dapat dikatakan bahwa pelayanan pelelangan ikan yang ada pada fasilitas gedung TPI berpindah dari pihak PPN Palabuhanratu kepada KUD MMSL. Pihak pengelola PPN Palabuhanratu menyatakan bahwa sebagai pemilik fasilitas (lahan dan bangunan) tidak menerima biaya sewa fasilitas TPI dari KUD MMSL, pihak pengelola pelabuhan hanya memperoleh 1% dari retribusi lelang yang diterima pengelola KUD MMSL.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak KUD MMSL diketahui bahwa retribusi lelang yang diterima KUD MMSL terbagi menjadi dua, yaitu retribusi yang dibayarkan oleh pembeli (pedagang pengumpul/pengecer) dan oleh penjual (nelayan). Bagi nelayan yang menjual hasil tangkapannya di TPI dikenakan retribusi sebesar 2% dari hasil penjualannya yang dikenal sebagai ongkos lelang, sedangkan bagi pedagang pengumpul/pengecer dikenakan biaya retribusi sebesar 3% dari harga hasil tangkapan yang dibeli.

Pelayanan yang terdapat di TPI adalah kegiatan pelelangan yang dilakukan oleh kepala pelelangan yang saat ini dikelola oleh KUD MMSL kepada nelayan di PPN Palabuhanratu. Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu sebagai pemilik fasilitas menginginkan terciptanya kondisi TPI dengan sanitasi yang baik dan higienis. Salah satu upayanya adalah dilakukan perbaikan TPI pada tahun 2009 dengan melakukan peninggian lantai TPI yang dilapisi oleh keramik, dan pengadaan saluran air bekas pencucian ikan yang dilelang. Akan tetapi perbaikan

tersebut tidak berdampak terhadap kegiatan pelelangan ikan di TPI PPN Palabuharatu, karena sampai saat ini pelelangan ikan di TPI PPN Palabuhanratu masih belum berjalan.

Menurut Pane (2008) keadaan pelelangan yang masih belum berjalan diduga terjadi karena adanya perpindahan pengelolaan TPI dari pihak pengelola pelabuhan kepada KUD MMSL. Pergantian pengelolaan ini menyebabkan adanya perbedaan pengelolaan pelelangan. Menurut Hamzah (2011) pada saat dikelola oleh pihak pengelola pelabuhan, Kepala TPI bertindak tegas dalam penegakan aturan yang berlaku, sedangkan pengelola KUD MMSL sebagai Kepala TPI kurang tegas dalam penegakan aturan. Ketidaktegasan Kepala TPI tersebut membuat pelaku pelelangan (petugas, penjual dan pembeli) tidak memenuhi aturan dan menyebabkan masalah-masalah didalam kegiatan pelelangan ikan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan diketahui bahwa salah satu masalah pelelangan ikan di TPI yang membuat nelayan memilih untuk tidak melelang hasil tangkapannya adalah keterlambatan pembayaran oleh petugas lelang, keterlambatan yang terjadi adalah lambatnya proses pembayaran pembeli atau pemenang lelang kepada nelayan melalui petugas lelang, hal ini menyebabkan belayan tidak ingin lagi menjual hasil tangkapannya melalui kegiatan pelelangan. Menurut pedagang kurang jelasnya waktu/jadwal lelang membuat mereka harus menunggu di areal TPI dalam waktu yang lama. Ketidakjelasan waktu lelang di TPI PPN Palabuhanratu dikarenakan tidak adanya peraturan yang tegas mengenai pembagian waktu pendaratan hasil tangkapan oleh armada yang ada di PPN Palabuhanratu, kondisi di lapangan memperlihatkan armada di PPN Palabuhanratu dapat membongkar dan mendaratkan hasil tangkapannya kapan saja.

Penyebab lainnya adalah karena pengelola KUD tidak mengerti benar Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat mengenai pelelangan, disertai dengan kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh pihak pelabuhan kepada KUD MMSL sebagai pengelola TPI saat ini.

Menurut Kepala Cabang Dinas Perikanan vide Hamzah (2011) keadaan pelelangan ikan di PPN Palabuhanratu yang tidak berjalan disebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya :

(1) Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pelelangan ikan bahwa kegiatan pelelangan ikan dapat meningkatkan harga jual hasil tangkapan, peningkatan harga jual hasil tangkapan yang terjadi dikarenakan adanya banyak pembeli yang ingin membeli hasil tangkapan tersebut dan hasil tangkapan hanya akan dijual kepada penawar dengan harga tertinggi.

(2) Adanya peran ganda pelaku usaha (pemilik kapal) yang biasanya merangkap sebagai bakul di PPN Palabuhanratu sehingga menyulitkan calon pembeli lain untuk dapat memenangkan pelelangan, karena bagi pemilik kapal berapapun penawaran tertinggi sanggup dia beli karena uang tersebut akan dibayarkan kepada dirinya kembali.

(3) Adanya sistem „langgan‟ yang sulit untuk diubah antara penjual (nelayan) dengan pembeli (bakul). Kondisi „langgan‟ ini terjadi pada saat nelayan tidak memiliki modal untuk melaut sehingga mereka meminjam modal kepada pihak pembeli atau bakul dengan kesepakatan hasil tangkapan melautnya dijual kepada bakul tersebut.

(4) Penegakan aturan masih belum tercapai karena kurangnya dukungan pihak terkait seperti pelaporan dari pihak nelayan kepada pihak pelabuhan.

(5) Tidak adanya aturan yang tegas mengenai fungsi-fungsi dari dermaga, karena sampai saat ini dermaga pendaratan dipenuhi oleh kapal-kapal yang bertambat hanya untuk menunggu waktu keberangkatan melaut, sehingga kapal-kapal yang ingin mendaratkan hasil tangkapannya harus mendaratkan hasil tangkapannya di dermaga yang lain (dermaga muat) yang posisinya cukup jauh dari TPI.