• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUMPON DAN BIAYA TERKAIT PEMANFAATANNYA

3) Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Tempat pelelangan ikan merupakan tempat penjualan hasil tangkapan nelayan pancing rumpon dengan cara dilelang. Pelelangan hasil tangkapan bertujuan untuk mencari harga terbaik dan tertinggi dalam penjualan. Namun hasil tangkapan yang didaratkan oleh kapal rumpon di PPN Palabuhanratu tidak dijual

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik

Ju m lah r esp o n d en ( o ran g )

melalui TPI. Untuk hasil tangkapan tuna, nelayan langsung menjualnya ke perusahaan penanganan dan pendistribusian tuna di PPN Palabuhanratu (sub bab 5.2 butir 7) sebagai pembeli. Hasil tangkapan lainnya seperti baby tuna, cakalang dan jangilus langsung dijual kepada pedagang di pasar ikan yang berada di belakang TPI sebagai pembeli. Keadaan nelayan pancing rumpon yang tidak menjual hasil tangkapan di TPI membuat tingkat pemanfaatan TPI oleh nelayan pancing rumpon tidak ada.

Alasan nelayan pancing rumpon tidak menjual hasil tangkapannya melalui TPI karena uang hasil lelang tidak bisa langsung diterima setelah pelelangan selesai. Hal ini membuat sebagian besar nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu beranggapan bahwa KUD MMSL sebagai pengelola TPI belum siap dan belum sanggup untuk mengelola TPI.

Penilaian 30 orang responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu secara umum terhadap tingkat pelayanan TPI adalah kurang baik dan tidak baik (Gambar 44)

.

Gambar 44 Diagram tingkat pelayanan TPI menurut responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010.

Berdasarkan Lampiran 5 diketahui bahwa nilai tingkat pelayanan TPI yang diberikan oleh 30 orang responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu adalah kurang baik dengan jumlah 18 orang (60%) dan tidak baik

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik

Ju m la h r er sp o n d en ( o ra n g )

sebanyak 7 orang (23,3%). Tidak ada responden nelayan pancing rumpon yang memberikan nilai sangat baik kepada pelayanan TPI di PPN Palabuhanratu (Gambar 44).

Hal ini menurut nelayan dikarenakan TPI di PPN Palabuhanratu tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga menyebabkan nelayan menjual hasil tangkapan langsung kepada pedagang pengumpul dengan posisi tawar yang lebih rendah, karena tidak ada persaingan harga seperti saat lelang ikan di TPI. Kurang baiknya pelayanan TPI menurut sebagian besar nelayan pancing rumpon dapat menjadi pertimbangan bagi pihak pengelola pelabuhan dan pengelola TPI untuk mengevaluasi kinerja pengelola TPI dan mengambil kebijakan yang terbaik.

Pengelola TPI menyatakan bahwa satu sampai dua kali dalam satu bulan perusahaan penanganan dan distribusi tuna akan melaporkan jumlah hasil tangkapan yang dibeli oleh perusahaan dan membayar biaya retribusinya sebesar 3% dari harga beli hasil tangkapan tersebut. Pembayaran retribusi lelang seperti ini disebut dengan “pelelangan semu”, yang memiliki kelemahan antara lain ketidakpastian jumlah hasil tangkapan yang dilaporkan oleh perusahaan penanganan dan distribusi hasil tangkapan tuna kepada TPI

4) Instalasi air bersih

Menurut nelayan PPN Palabuhanratu instalasi air bersih dimanfaatkan oleh nelayan pancing rumpon untuk penyediaan air bersih bagi kebutuhan melautnya. Dalam satu kali operasi penangkapan ikan, pancing rumpon membutuhkan 3 blong atau 15 jerigen atau 450 liter air bersih. Jerigen atau blong tersebut akan diangkut oleh buruh angkut dari tempat pengisian air bersih menuju kapal pancing rumpon, dengan biaya Rp 1.000,00 per 10 liter air bersih yang diangkut.

Nelayan menyatakan bahwa mereka membeli air bersih langsung kepada CV Eko Mulyo selaku pengelola instalasi air bersih di PPN Palabuhanratu. Pemesanan dilakukan melalui telepon, dan pembelian dilakukan dengan pembayaran dimuka. Harga yang dikeluarkan oleh nelayan di PPN Palabuhanratu untuk mendapatkan air bersih dalah Rp 15.000,00 per blong atau Rp 3.000,00 per jerigen air bersih belum termasuk upah angkut.

Berdasarkan data statistik PPN Palabuhanratu diketahui penggunaan air bersih oleh kapal pancing rumpon di PPN Palabuhanratu dari tahun 2005 sampai 2009 adalah sebagai berikut (Tabel 29) :

Tabel 29 Penggunaan air bersih oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009

Bulan Penggunaan air bersih (liter)

2005 2006 2007 2008 2009 1. Januari 3.900 9.600 13.200 13.500 38.400 2. Februari 5.400 11.100 7.500 7.000 24.600 3. Maret 6.900 11.100 4.200 4.500 24.000 4. April 6.000 12.300 8.400 8.500 28.500 5. Mei 5.100 8.100 12.300 15.000 34.200 6. Juni 5.100 4.800 8.100 8.500 46.200 7. Juli 5.100 3.900 12.600 12.600 33.000 8. Agustus 5.100 5.100 10.500 10.500 34.800 9. September 1.500 4.500 6.000 6.500 22.400 10. Oktober 1.200 1.200 3.600 3.600 39.000 11. November 1.500 4.200 8.400 8.400 42.500 12. Desember 5.100 3.300 7.500 7.500 26.500 Jumlah 51.900 79.200 102.300 106.100 394.100 Rata2 4.325 6.600 8.525 8.842 32.842 Kisaran 1.200 - 6.900 1.200 - 12.300 3.600 - 13.200 3.600 - 15,000 22.400 - 46.200 Sumber : PPN Palabuhanratu, 2010b (data diolah kembali)

Penggunaan air bersih oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2009 pada Tabel 29 berjumlah 394.100 liter. Rata-rata penggunaan air bersih oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu selama tahun 2009 adalah 32.842 liter. Penggunaan air bersih terbanyak tahun 2009 terjadi pada bulan Juni yaitu sebesar 46.200 liter. Hal ini sesuai dengan penjelasan Tabel 25 yang menyatakan bahwa bulan Juni adalah bulan puncak hasil tangkapan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu, yang membuat nelayan menambah jumlah trip mereka pada bulan ini (terbukti dari frekuensi masuk keluar kapal pada Tabel 32) sehingga mengakibatkan pada bulan ini kebutuhan air bersih armada pancing rumpon di PPN Palabuhanratu paling banyak dibandingkan bulan lainnya.

Selama tahun 2005 sampai tahun 2009 penggunaan air bersih oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu cenderung mengalami peningkatan (Gambar 45). Peningkatan penggunaan air bersih paling tajam terjadi pada tahun 2009, jumlah penggunaan air bersih pada tahun ini meningkat sebesar 271,4% dibanding tahun 2008.

Sumber : PPN Palabuhanratu, 2010b (data diolah kembali)

Gambar 45 Grafik jumlah penggunaan air bersih oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009.

Sampai saat ini CV Eko Mulyo masih mampu menyediakan kebutuhan air bersih bagi kapal pancing rumpon di PPN Palabuhanratu. Belum ada keluhan dari nelayan pancing rumpon terkait dengan harga dan ketersediaan air bersih yang disediakan oleh CV Eko Mulyo. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pemanfaatan instalasi air bersih oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu masih lebih kecil jika dibandingkan dengan kapasitas produksi air bersih CV Eko Mulyo, sehingga kapasitas instalasi air bersih di PPN Palabuhanratu masih mampu menampung permintaan air bersih dari nelayan pancing rumpon.

Selain besaran pemanfaatan instalasi air bersih, juga dihitung penilaian yang diberikan oleh 30 orang responden nelayan pancing rumpon terhadap tingkat pelayanan air bersih (Lampiran 5). Sebanyak 17 orang (56,7%) responden nelayan pancing rumpon tersebut memberikan nilai sangat baik, sebanyak 9 orang (30%)

- 50 100 150 200 250 300 350 400 450 2005 2006 2007 2008 2009 Ju m lah ( x 1 .0 0 0 liter ) Tahun

responden memberikan nilai baik dan 3 orang (10%) responden menilai cukup baik terhadap pelayanan air bersih di PPN Palabuhanratu. Tidak ada responden yang memberikan nilai tidak baik kepada pelayanan air bersih di PPN Palabuhanratu. Berikut ini (Gambar 46) adalah diagram yang menunjukkan hasil penilaian tingkat pelayanan instalasi air bersih oleh 30 orang responden nelayan tersebut:

Gambar 46 Diagram tingkat pelayanan instalasi air bersih menurut responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010.

Berdasarkan gambar di atas dan Lampiran 5 didapatkan informasi bahwa secara umum pelayanan air bersih di PPN Palabuhanratu memiliki tingkat pelayanan cukup baik sampai dengan sangat baik. Menurut pandangan nelayan hal ini terjadi karena instalasi air bersih di PPN Palabuhanratu telah memberikan pasokan air bersih yang mencukupi, bersih, terjangkau harganya dan cara pembeliannya mudah, serta pengelola instalasi air bersih yang ramah.

5) Instalasi BBM

Instalasi BBM berfungsi sebagai alat dan tempat bagi nelayan pancing rumpon dalam mendapatkan BBM (solar) yang merupakan bahan kebutuhan melaut kapal pancing rumpon. Ketersediaan instalasi BBM di PPN Palabuhanratu sangat berperan penting bagi kapal pancing rumpon, karena satu trip pengoperasian pancing rumpon adalah sekitar 5 sampai 7 hari di laut yang

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik

Ju m lah r ess p o n d en ( o ran g )

membutuhkan solar sebanyak 300 liter. Penggunaan logistik BBM untuk kapal rumpon di PPN Palabuhanratu dari tahun 2005 sampai 2009 berdasarkan data statistik PPN Palabuhanratu adalah sebagai berikut (Tabel 30) :

Tabel 30 Penggunaan BBM oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009

Bulan Penggunaan BBM (liter)

2005 2006 2007 2008 2009 1. Januari 3.900 12.800 13.200 13.200 21.300 2. Februari 5.400 14.800 7.500 7.500 24.600 3. Maret 6.900 14.800 4.200 4.205 27.600 4. April 6.000 16.400 5.600 5.603 25.500 5. Mei 5.100 10.800 8.200 8.201 28.200 6. Juni 5.100 6.400 5.400 5.400 38.100 7. Juli 5.100 5.200 8.400 8.412 33.000 8. Agustus 5.100 6.800 7.000 7.000 34.800 9. September 1.500 6.000 4.000 4.000 29.400 10. Oktober 1.200 1.600 2.400 2.400 27.000 11. November 1.500 5.600 5.600 5.600 22.500 12. Desember 5.100 4.400 5.000 5.000 13.200 Jumlah 51.900 105.600 76.500 76.521 325.200 Rata2 4.325 8.800 6.375 6.377 27.100 Kisaran 1.200 - 6.900 1.600 - 16.400 2.400 - 13.200 2.400 - 13.200 13.200 - 38.100 Sumber : PPN Palabuhanratu, 2010b (data diolah kembali)

Penggunaan BBM oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2009 berjumlah 325.200 liter dengan rata-rata 27.100 liter per bulan atau dengan kisaran 13.200 – 38.100 liter perbulan. Penggunaan BBM terbanyak oleh perikanan pancing rumpon tahun 2009 terjadi pada bulan Juni dengan jumlah 38.100 liter. Sesuai dengan penjelasan Tabel 25 yang menyatakan bahwa bulan Juni adalah bulan puncak hasil tangkapan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu dan Tabel 32 yang menyatakan bahwa jumlah trip (frekuensi masuk keluar kapal) pada bulan ini paling banyak, sehingga mengakibatkan pada bulan ini kebutuhan BBM armada pancing rumpon di PPN Palabuhanratu paling banyak dibandingkan dengan bulan lainnya.

Selama tahun 2005 sampai tahun 2009 penggunaan BBM oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu cenderung mengalami peningkatan (Gambar 47). Peningkatan paling tajam terjadi pada tahun 2009, penggunaan BBM pada tahun ini meningkat sebesar 325% dari tahun 2008.

Sumber : PPN Palabuhanratu, 2010b (data diolah kembali)

Tabel 47 Grafik jumlah penggunaan BBM oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009.

Nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu membeli BBM tersebut menggunakan jerigen-jerigen plastik ke perusahaan penyalur BBM di PPN Palabuhanratu. Walaupun di PPN Palabuhanratu terdapat 2 perusahaan penyalur BBM untuk kapal di bawah 30 GT (sub bab 5.2 butir 5), namun sebagian besar nelayan pancing rumpon memilih untuk membeli BBM tersebut dari SPBN milik KUD MMSL. Nelayan pancing rumpon tidak dapat membeli BBM dari PT Paridi Asyudewi karena SPBN ini hanya menjual BBM nya kepada kapal diatas 30 GT (kapal Longline). Walaupun harga BBM KUD MMSL dengan PT Mekartunas Rayasejati sama, namun nelayan pancing rumpon lebih memilih membeli BBM ke KUD MMSL. Pemilihan ini didasarkan pada biaya pengangkutan BBM dari masing-masing tempat. Letak SPBN milik KUD MMSL di dermaga I membuat nelayan tidak perlu mengeluarkan biaya angkut dari SPBN ke atas kapal yang umumnya bertambat di dermaga I. Sedangkan jika dibandingkan dengan membeli BBM dari PT Mekartunas Rayasejati yang terletak di dermaga II nelayan perlu

- 50 100 150 200 250 300 350 2005 2006 2007 2008 2009 Ju m lah ( x 1 .0 0 0 liter ) Tahun

mengeluarkan biaya angkut sebesar Rp 100,00 per liter. Selain itu menurut nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu pelayanan yang diberikan KUD MMSL dirasa lebih baik dan nelayan diperbolehkan untuk berhutang terlebih dahulu.

Nelayan pancing rumpon menyatakan bahwa mereka terkadang tidak dapat membeli BBM dari KUD MMSL karena kuota BBM KUD MMSL sebesar 136.000 liter per bulan (sub bab 5.2 butir 5) telah habis terjual. Jika hal tersebut terjadi maka nelayan pancing rumpon dapat membeli BBM kepada PT Mekartunas Rayasejati yang memiliki kuota 600.000 liter per bulan. Namun kondisi aktual di lapangan memperlihatkan bahwa nelayan pancing rumpon lebih memilih membeli BBM ke SPBU milik pertamina yang terletak di samping PPN Palabuhanratu daripada membeli BBM kepada PT Mekartunas Rayasejati. Hal ini menurut nelayan pancing rumpon karena harga BBM di kedua tempat sama, biaya angkut dari kedua tempat sama, sedangkan jarak pengangkutan dari SPBU lebih dekat. Administrasi untuk pembelian BBM kepada PT Mekartunas Rayasejati dianggap nelayan lebih rumit dan pelayanan yang diberikan dirasa kurang ramah.

Tidak mencukupinya kuota BBM milik KUD MMSL dikarenakan secara umum nelayan armada perikanan lainnya yang dibawah 30 GT di PPN Palabuhanratu membeli BBM kepada KUD MMSL dengan alasan yang sama dengan nelayan pancing rumpon, sehingga kuota BBM milik KUD MMSL tidak mencukupi untuk mensuplai seluruh kebutuhan armada perikanan dibawah 30 GT tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan mencari tingkat pemanfaatan (TP) instalasi BBM milik KUD MMSL oleh seluruh armada perikanan dibawah 30 GT di PPN Palabuhanratu. Rata-rata penggunaan BBM yang digunakan oleh seluruh kapal perikanan dibawah 30 GT di PPN Palabuhanratu tahun 2009 berjumlah 350.058 liter per bulan (Statistik PPN Palabuhanratu, 2010) dan kapasitas produksi BBM KUD MMSL hanyalah 136.000 liter per bulan. Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 4 butir 1 didapatkan bahwa besaran pemanfaatan seluruh armada perikanan dibawah 30 GT di PPN Palabuhanratu terhadap BBM dari KUD MMSL adalah 257,4%.

Oleh karena BBM yang disediakan oleh KUD MMSL hanya berjumlah 136.000 liter perbulan, maka ada 214.058 liter (157,4%) BBM lagi yang belum

atau tidak dapat disediakan oleh KUD MMSL per bulannya. Dapat juga diartikan bahwa tingkat pemanfaatan instalasi BBM milik KUD MMSL oleh seluruh armada perikanan dibawah 30 GT di PPN Palabuhanratu sebenarnya lebih besar jika dibandingkan dengan kapasitas produksi BBM KUD MMSL. Dengan demikian kapasitas produksi BBM KUD MMSL belum mampu menampung permintaan BBM (solar) dari seluruh armada dibawah 30 GT termasuk armada pancing rumpon..

Selisih kapasitas produksi KUD MMSL dan besaran penggunaan BBM di atas itulah yang kemudian seharusnya dapat disuplai oleh PT Mekartunas Rayasejati jika kapasitas produksi BBM milik KUD MMSL telah habis. Namun karena nelayan pancing rumpon maupun nelayan armada perikanan dibawah 30 GT lainnya lebih memilih membeli BBM ke SPBU di samping PPN Palabuhanratu, maka kapasitas produksi BBM milik PT Mekartunas Rayasejati tidak termanfaatkan secara optimal.

Jika nelayan tidak membeli BBM ke SPBU di samping PPN Palabuhanratu, kapasitas produksi BBM KUD MMSL dan PT Mekartunas Rayasejati masih mampu mensuplai seluruh kebutuhan BBM armada perikanan dibawah 30 GT di PPN Palabuhanratu. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan pada Lampiran 4 butir 2 yaitu perbandingan antara kapasitas produksi BBM KUD MMSL dan PT Mekartunas Rayasejati (736.000 liter per bulan) dengan penggunaan BBM yang digunakan oleh seluruh armada perikanan dibawah 30 GT di PPN Palabuhanratu tahun 2009 berjumlah 350.058 liter per bulan (Statistik PPN Palabuhanratu, 2010). Perbandingan tersebut menghasilkan besaran pemanfaatan BBM kedua perusahaan tersebut oleh seluruh armada perikanan dibawah 30 GT di PPN Palabuhanratu adalah 47,6%.

Dari 350.058 liter per bulan (257,4%) pemanfaatan instalasi BBM milik KUD MMSL di PPN Palabuhanratu oleh seluruh armada dibawah 30 GT di PPN Palabuhanratu, sebanyak 27.100 liter per bulan (19,9%) BBM tersebut dimanfaatkan oleh armada pancing rumpon di PPN Palabuhanratu (Lampiran 4 butir 3). Seperti halnya pemenuhan BBM keseluruhan armada dibawah 30 GT di atas, jika nelayan pancing rumpon tidak membeli BBM ke SPBU di samping PPN Palabuhanratu seharusnya kapasitas produksi KUD MMSL dan PT Mekartunas

Rayasejati mampu mensuplai kebutuhan BBM kesemua armada pancing rumpon di PPN Palabuhanratu yang hanya 2,4% dari kapasitas produksi kedua perusahaan tersebut (Lampiran 4 butir 4).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nelayan pancing rumpon membeli BBM ke SPBU milik pertamina di samping PPN Palabuhanratu bukan karena kapasitas produksi perusahaan penyalur BBM di PPN Palabuhanratu yang tidak mencukupi. Hal tersebut lebih dikarenakan faktor biaya, jarak dan pelayanan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Selain tingkat pemanfaatan fasilitas seperti di atas, dapat juga dihitung penilaian tingkat pelayanan instalasi BBM yang diberikan oleh 30 orang responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu. Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran 5 diketahui bahwa sebanyak 11 orang (36,7%) responden memberikan nilai sangat baik, 15 orang (50%) responden memberikan nilai baik dan 3 orang (10%) responden memberikan nilai cukup baik. Tidak terdapat responden pancing rumpon yang memberikan nilai tidak baik terhadap pelayanan instalasi BBM ini (Gambar 48).

Gambar 48 Diagram tingkat pelayanan instalasi BBM menurut responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010.

Dengan demikian diketahui bahwa secara umum nilai yang diberikan oleh responden nelayan pancing rumpon terhadap tingkat pelayanan instalasi BBM di

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik

Ju m lah r esp o n d en ( o ran g )

PPN Palabuhanratu yaitu cukup baik sampai dengan sangat baik. Nelayan memberikan nilai cukup baik sampai dengan sangat baik karena menurut pendapat nelayan instalasi BBM sudah dapat menyediakan, memenuhi dan melayani kebutuhan BBM nelayan dengan baik dan harganya terjangkau. Walaupun menurut nelayan prosedur pembelian BBM panjang karena melewati persetujuan pihak pelabuhan terlebih dahulu (sub bab 5.2 butir 5).

6) Pengadaan es

Pabrik es berfungsi sebagai produsen es balok yang merupakan kebutuhan melaut kapal pancing rumpon dan sangat berperan penting sebagai bahan mempertahankan mutu hasil tangkapan. Armada pancing rumpon membutuhkan 45 balok es dalam sekali operasinya. Penggunaan logistik es balok untuk kapal rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2005 sampai 2009 terlihat pada Tabel 31 : Tabel 31 Penggunaan es balok oleh perikanan pancing rumpon di PPN

Palabuhanratu tahun 2005-2009

Bulan Penggunaan Es (balok)

2005 2006 2007 2008 2009 1. Januari 130 320 1.760 1.770 2.880 2. Februari 180 370 1.000 1.080 3.360 3. Maret 230 370 560 760 3.680 4. April 200 410 1.120 1.120 3.400 5. Mei 170 270 2.050 2.030 3.800 6. Juni 170 160 1.080 1.060 5.080 7. Juli 170 130 1.680 1.700 4.440 8. Agustus 170 170 1.400 1.480 4.400 9. September 50 150 800 960 4.080 10. Oktober 40 40 480 580 3.760 11. November 50 140 1.120 1.120 3.080 12. Desember 170 110 1.250 1.330 1.760 Jumlah 1.730 2.640 14.300 14.990 43.720 Rata2 144 220 1.192 1.249 3.643 Kisaran 40 - 230 40 - 410 480 - 2.050 580 - 2030 1.760 -5.080

Sumber : PPN Palabuhanratu, 2010b (data diolah kembali)

Penggunaan es balok oleh kapal pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2009 berjumlah 43.720 balok es dengan rata-rata 3.643 balok es per bulan.

Penggunaan es balok terbanyak oleh perikanan pancing rumpon tahun 2009 terjadi pada bulan Juni sebanyak 5.080 balok es. Hal ini sesuai dengan penjelasan Tabel 25 yang menyatakan bahwa bulan Juni adalah bulan puncak hasil tangkapan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu, yang membuat nelayan menambah jumlah trip mereka pada bulan ini (terbukti dari frekuensi masuk keluar kapal padaTabel 32) sehingga mengakibatkan pada bulan ini kebutuhan es balok armada pancing rumpon di PPN Palabuhanratu paling banyak dibandingkan dengan bulan lainnya.

Selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 penggunaan es balok oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu cenderung meningkat (Gambar 49). Peningkatan penggunaan es balok paling tajam terjadi pada tahun 2009, jumlah pada tahun ini meningkat sebesar 191,66% dibandingkan tahun 2008.

Sumber : PPN Palabuhanratu, 2010b (data diolah kembali)

Gambar 49 Grafik jumlah penggunaan es balok oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009.

Karena pabrik es tidak terdapat di atas lahan PPN Palabuhanratu, nelayan pancing rumpon membeli es balok dari pabrik es Sumber Makmur Tirta Jaya Palabuhanratu atau pabrik es Sari Petojo Sukabumi. Nelayan pancing rumpon yang membutuhkan es balok memesan es tersebut melalui agen penyalur es balok (KUD MMSL) yang terdapat di PPN Palabuhanratu.

- 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 2005 2006 2007 2008 2009 Ju m lah ( x 1 .0 0 0 b alo k ) Tahun

Agen penyalur es tersebut yang kemudian berhubungan dengan pihak pabrik es dalam pemesanan es balok. Es balok tersebut dikirim dari pabrik es menggunakan truk yang dilindungi terpal atau mobil boks. Pembayaran dilakukan dimuka sesuai pesanan dengan harga Rp 17.000,00 per balok. Nelayan pancing rumpon membayar harga es tersebut kepada agen penyalur es. Harga tersebut sudah termasuk biaya pendistribusian, upah penghancuran es balok menjadi es curah, upah buruh angkut dan keuntungan agen penyalur es.

Karena KUD MMSL tidak pernah melakukan tugasnya sebagai agen penyalur es, maka nelayan pancing rumpon memesan langsung kepada pabrik es. Nelayan langsung membayar biaya es kepada petugas pengantar es balok dari pabrik es. Walaupun nelayan langsung memesan kepada pabrik es, namun pabrik es tetap harus membayar fee kepada KUD MMSL selaku agen resmi PPN Palabuhanratu sebesar Rp 200,00 per balok es yang terjual.

7) Perusahaan penanganan dan pendistribusian tuna

Dari tiga perusahaan penanganan dan pendistribusian tuna di PPN Palabuhanratu (sub bab 5.2 butir 7), hanya terdapat 2 perusahaan yang berhubungan dengan perikanan pancing rumpon yaitu PT Jaya Mitra (Awi) dan PT Karya Maju (Ape). PT Tuna Tunas Mekar (Toni) hanya membeli tuna hasil tangkapan longline. Perusahaan Jaya Mitra dan Karya Maju berperan dalam membeli hasil tangkapan tuna yang merupakan hasil tangkapan utama pancing rumpon, kemudian hasil tangkapan tersebut ditangani dan didistribusikan dengan tujuan nasional maupun ekspor.

Nelayan pancing rumpon menyatakan bahwa penjualan hasil tangkapan tuna kepada perusahaan penanganan dan pendistribusian hasil tangkapan tuna dilakukan dengan sistem langganan dan kepercayaan. Biasanya setelah bertambat di dermaga, nelayan pancing rumpon akan mengabarkan kedatangannya kepada perusahaan penanganan dan pendistribusian hasil tangkapan tuna untuk memastikan nelayan tersebut dapat menjual hasil tangkapannya kepada perusahaan tersebut. Setelah ada kepastian barulah nelayan pancing rumpon membongkar hasil tangkapan tuna dan hasil tangkapan tersebut langsung dibawa

menuju perusahaan penanganan dan pendistribusian hasil tangkapan tuna tersebut di PPN Palabuhanratu.

Pengangkutan hasil tangkapan tuna menuju perusahaan penanganan dan pendistribusian tuna dilakukan dengan menggunakan gerobak milik kuli angkut dengan upah Rp 10.000,00 untuk sekali angkut. Rata-rata dalam sekali pendaratan hasil tangkapan dilakukan pengangkutan sebanyak 1 sampai 3 kali angkut.

Hasil tangkapan tuna dengan mutu paling baik dibeli oleh perusahaan penanganan dan pendistribusian tuna dengan harga Rp 30.000,00 per kilogram, harga itu terus berkurang sesuai dengan kemunduran mutu hasil tangkapan tuna yang dijual oleh nelayan pancing rumpon. Pembayaran dilakukan langsung setelah penanganan (dicek mutunya) hasil tangkapan tuna di perusahaan tersebut selesai dan pembayaran langsung dilakukan dari perusahaan penanganan dan pendistribusian hasil tangkapan tuna kepada nelayan pancing rumpon tanpa melalui TPI.

Menurut nelayan pancing rumpon dan ketiga perusahaan penanganan dan pendistribusian tuna, sampai saat ini semua hasil tangkapan tuna dari kapal pancing rumpon masih mampu ditampung dan dibeli oleh kedua perusahaan tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa daya beli dan daya tampung ketiga perusahaan penanganan dan pendistribusian hasil tangkapan tuna di PPN Palabuhanratu lebih besar dibandingkan dengan jumlah hasil tangkapan tuna yang ditawarkan selama ini (32.819 kg per bulan).

Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 5 didapatkan nilai tingkat pelayanan perusahaan penanganan dan pendistribusian tuna yang terdapat di PPN Palabuhanratu oleh 30 orang responden nelayan pancing rumpon adalah sangat baik sebanyak 7 orang (23,3%) responden, baik sebanyak 17 orang (56,7%) responden dan nilai cukup baik sebanyak 4 orang (17,3%) responden. Tidak terdapat responden yang memberikan nilai tidak baik.

Secara umum responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu memberikan nilai dengan kategori cukup baik sampai dengan sangat baik kepada