• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALLAH ITU INDAH DAN SANGAT MENYUKAI YANG INDAH

Ibnul Qayyim berkata: "Dari nama-nama Allah yang berjumlah sembilan- puluh sembilan itu, diantaranya adalah 'Al Jamiil', yang berarti indah. Jika demikian, maka siapakah yang lebih berhak untuk menyandang keindahan itu dari para makhluk yang telah diciptakan oleh-Nya? Kecantikan itu me- rupakan sebagian dari pengaruh penciptaan-Nya. Bagi Allah, kecantikan dzat, sifat, perbuatan dan nama, kesemuanya itu merupakan hak-Nya se- mata. Begitu juga dengan sifat-sifat Yang Maha Sempurna dan segala per- buatan-Nya, kesemuanya itu adalah Yang Maha Indah.

&&&Didunia ini tak seorang pun yang mampu melihat keagungan dan kecantikan Allah Subhanahu wa Ta'ala secara materiil. Apabila orang-orang muslim bisa melihat kecantikan Allah nanti di surga 'Adn, maka itu merupakan penglihatan yang berupa kenikmatan terbesar. Mereka pada waktu itu tidak akan memalingkan pandangan kepada sesuatu yang lain. Seandainya tidak ada pelindung cahaya diwajahnya (makhluk), maka ke- agungan wajah-Nya akan membakar makhluk yang melihat-Nya (HR. Muslim didalam kitab "Raudhatul Muhibbin", 414-415).

Diriwayatkan dari Hasan, seperti yang terdapat didalam "Tafsir Ibnu Katsir", bahwa kata "Nazhirah" dimaksud adalah bermakna baik. Sedang- kan kalimat yang berbunyi "Ilaa Rabbihaa Naazhirah " memiliki makna yang lebih berhak untuk dilihat, yaitu melihat Sang Maha Pencipta. Di-mana salah satu dari do'a Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berbunyi:

"Aku memohon kepada-Mu akan kenikmatan melihat wajah-Mu dan kerinduan untuk bertemu Engkau." (HR. Ahmad, Nasa'i dan Ibnu Hibban)

Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga pernah bersabda, yang artinya: "Apabila para ahli surga telah berada didepan pintu-pintu surga, maka akan dipanggil: Wahai ahli surga, sesungguhnya bagi kalian janji disisi Allah yang akan dipenuhi. Maka mereka berkata: Apakah itu? Apakah tidak me- mutihkan wajah kami dan memberatkan timbangan kami dan memasukan kedalam surga serta menyelamatkan kami dari api neraka? Maka tabir pun terbuka dan mereka melihat Allah serta tidak membutuhkan mata mereka." (HR. Muslim dan yang lainnya)

Ibnul Qayyim juga berpendapat didalam tafsirnya, bahwa suara yang merdu itu berada dalam gambaran yang indah pula. Lebih lanjut beliau (Ibnul Qayyim) berkata: Bahwa semua ini merupakan cerminan dari per- hiasan zhahir dan perhiasan batin. Adapun untuk menyempurnakan per- nyataan tentang kecantikan zhahir dan batin, maka Ibnul Qayyim berkata didalam kitabnya "Raudhatul Muhibbin": "Ketahuilah, bahwa kecantikan terbagi menjadi dua bagian, yaitu zhahir dan batin. Kecantikan batin ialah cinta kepada Dzat Allah. Yaitu, kecantikan ilmu dan akal, kedermawanan, kebaikan ('iffah) dan keberanian. Inilah kecantikan batin yang menjadi ukuran dalam pandangan Allah Subhanahu wa Ta 'ala dan dalam kecintaan terhadap hamba-Nya." Sebagaimana dikatakan dalam hadits yang artinya: "Sesungguhnya Allah tidak melihat wujud fisik dan harta kalian. Akan tetapi, Allah akan melihat hati dan perbuatan kalian." (HR. Musiim)

Kecantikan batin ini menghiasi bagi kecantikan dalam bentuk zhahir. Jika tidak terdapat kecantikan zhahir, maka ia akan tampak berwibawa serta manis. Karena, ada usaha didalam jiwanya untuk memiliki sifat-sifat tersebut. Adapun kecantikan zhahir adalah berwujud hiasan, yangmana Allah mengkhususkannya sebagian bentuk (gambaran) dengan sebagian yang lain. Yaitu, tambahan bagi mahluk, sebagaimana disebutkan didalam frrman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang artinya: "Allah melebihkan ciptaan- S'ya atas apa yang dikehendaki-Nya." Para ulama berpendapat, bahwa yang dimaksud oleh ayat tersebut ialah suara yang merdu dan bentuk yang indah.

Seperti juga halnya dengan kecantikan batin, yang merupakan sebagian dari nikmat Allah yang besar bagi hamba-Nya, maka begitu juga dengan kecantikan zhahir. Nikmat yang besar bagi seorang hamba wajib untuk disyukuri. Karena, rasa syukur yang diikuti dengan taqwa kepada Allah menambah keindahan baginya dan jika itu dipergunakan untuk hal-hal yang

bersifat maksiat, niscaya Allah akan membalikkan sesuatu baginya didunia, sebelum nanti hal itu juga diberlakukan diakhirat (dengan adzab yang lebih pedih). Kebaikan batin itu tinggi nilainya dan mampu untuk terhindar dari kejelekan. Adapun kejelekan batin sanggup menutupi kecantikan zhahir.

Ketika Abu Hazm keluar untuk melempar jumrah, yaitu pada waktu mengerjakan ibadah haji, bersamanya terdapat sekelompok orang yang juga tengah melakukan ibadah yang sama. Ia berbicara dengan mereka, sambil berjalan dan melihat seorang wanita yang menggoda orang-orang dengan lirikannya yang mempesona. Orang-orang pun merasa kagum dan terpesona olek kecantikan parasnya. Abu Hazm berkata kepada wanita itu: Wahai wanita, bertaqwalah kepada Allah! Karena engkau sedang menjalankan salah satu dari syi'ar Allah Yang Agung. Perbuatanmu itu telah menggoda banyak orang. Karena itu, hendaklah engkau menutupkan kain kerudung kedadamu. Sebab, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman yang arti-nya: "Dan hendaknya mereka menutupkan kain kerudung ke dada. " Wanita itu masih tetap menghadap kearahnya sambil menertawakan perkataan Abu Hazm dan kemudian berkata: "Demi Allah, jika diriku dibandingkan dengan wanita yang tidak berhaji, maka akan jauh lebih baik dan mempunyai nilai pahala lebih sebanyak 70 kebaikan. Juga apabila dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan oleh manusia-manusia yang lalai" ("Raudhah Al Muhibbin", 220-225).

Allah Subhanahu wa Ta 'ala telah berfirman:

"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi 'aurat dan pakaian yang indah se- bagai perhiasan. Adapun yang terbaik adalah pakaian taqwa. " (Al A'raaf26)

Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya: "Tidak akan masuk surga orang yang terdapat didalam hatinya sebesar biji dzarrah dari kesombongan, para sahabat bertanya: Ada seorang lelaki yang suka memakai sandal yang bagus, pakaian yang bagus. Apakah perbuatan itu masuk dalam kategori sombong? Maka Rasul menjawab: Tidak, sesungguhnya Allah itu cantik dan Dia menyukai yang cantik-cantik. Sedangkan sombong dimaksud yakni tidak menerima kabaikan dan meremehkan orang lain." (HR. Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi)

Ulama berkata: Kesombongan adalah sulit menerima kebaikan, me-