• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PENDERITAAN ORANG BENAR JAMAN SEKARANG

D. Allah Mengidentifikasikan DiriNya dalam Diri Orang Benar

Pada umumnya ketika manusia menghadapi suatu persoalan dalam hidup, mereka cenderung mempersalahkan Tuhan. Mereka berpikir seolah-olah penderitaan yang mereka alami terjadi akibat dosa/kutukan. Pemikiran seperti ini patut diluruskan. Manusia bisa mencoba berpikir bahwa Allah juga menderita. Bila ditelusuri lebih lanjut, Allah sebenarnya sangat menderita. PenderitaanNya itu karena Dia bergumul sendiri dengan diriNya.

Peperangan yang ada dalam diri Allah membuatNya menderita. Allah bergumul dengan diriNya yang ingin menghukum manusia dan diriNya yang ingin selalu mengasihi dan mengampuni manusia. Akhirnya, Allah tetap memilih untuk mengasihi dan mengampuni dengan memberi kesempatan kepada manusia untuk kembali kepadaNya. Bukti yang paling konkret dilakukan Allah adalah dengan peristiwa salib Yesus PuteraNya yang diutus ke dunia untuk menjadi serupa dalam segala hal dengan manusia kecuali dosa. Yesus Putera Allah turun bukan ke dunia sebagai raja yang tinggal dalam istana yang mewah nan megah.

Dia juga bukan raja dalam hal politik yang memiliki banyak kekuasaan, namun Dialah raja rakyat jelata. Raja bagi semua bangsa termasuk kaum miskin, lemah, tersingkir, juga kaum pendosa. Yesus hadir bukan mencari orang benar namun mencari orang berdosa yang tersesat yang ingin meluruskan jalannya. Yewangoe (1989: 299) memaparkan yang digariskan seorang penyair Indonesia W.S Rendra yaitu bahwa Allah turun dari sorga, mengunjungi manusia, hidup bersama mereka, ikut serta dalam kesusahan dan masalah-masalahnya. Allah bukan Allah yang menghakimi manusia. Allah digambarkan sebagai seseorang yang menjumpai

orang-orang dalam situasi mereka dan kesengsaraan mareka. Allah secara serius menghadapi penderitaan dan kesengsaraan manusia. Ia meninggalkan sorgaNya yang “nyaman“ turun dalam “kedinginan” dunia yang penuh dengan masalah yang mengasingkan manusia satu dengan yang lainnya. Ia memberikan kehangatan yang sulit ditemukan dalam dunia yang penuh dengan persoalan. Dengan mengidentifikasikan diriNya dalam diri orang benar yang menderita dan tersingkir berarti Allah menunjukkan solidaritasNya kepada manusia. Maka sudah sepatutnya manusia diajak untuk menerima penderitaan sebagai bentuk solidaritasnya juga dengan Allah.

KATEKESE UNTUK MENANGGAPI ORANG BENAR DALAM MEMAKNAI PENDERITAAN

Dalam bab IV ini, penulis memaparkan suatu model katekese yang tepat untuk membantu umat beriman atau orang benar dalam memaknai penderitaan yaitu katekese dengan model SCP (Shared Christian Praxis) Pada bab II telah dipaparkan penderitaan orang benar berdasarkan konteks Kitab Suci yaitu Kitab Mazmur khususnya Mazmur 13. Pemazmur dalam Mazmur 13 ini adalah orang benar yang menderita.

Penderitaan yang dialami terjadi karena serangan musuh. Penderitaan yang dialaminya ini membuat ia mengeluh dan marah pada Tuhan. Pemazmur kecewa karena pada saat ia menderita Tuhan seolah-olah diam saja. Pemazmur menginginkan dibebaskan dari penderitaannya. Ia terus mengeluh dan mengeluh hingga akhirnya ia menyadari bahwa dengan keluhan-keluhan itu, ia tak bisa jauh dari Tuhan. Pemazmur membutuhkan Tuhan dan akhirnya sampailah ia pada suatu sikap iman akan rasa percaya pada kasih setia Tuhan yang akan mampu mengatasi segala derita.

Selanjutnya pemaknaan penderitaan orang benar dalam bab III lebih menunjuk kepada penderitaan orang benar jaman sekarang. Sumber utama dari bab III ini adalah penderitaan Yesus sebagai manusia sejati. Manusia diajak untuk melihat bahwa Yesus dahulu juga pernah mengalami penderitaan walaupun Dia tidak

bersalah. Maka dari penderitaan Yesus ini, manusia diajak untuk berani memaknai penderitaan dengan sikap percaya dan tidak putus asa. Dengan berkaca dari penderitaan Yesus, manusia diajak untuk sampai pada sikap iman yang tepat dalam memaknai penderitaan dalam hidup yaitu yang pertama; dalam relasinya dengan Tuhan, manusia diajak untuk semakin rendah hati. Rendah hati berarti menyadari bahwa dirinya adalah makhluk lemah dan selalu bergantung serta membutuhkan Tuhan. Yang kedua; dalam relasinya dengan sesama, manusia menjadi semakin peka, solider, peduli, serta tersentuh hatinya akan penderitaan sesama di sekitarnya. Yang terakhir; dalam relasinya dengan diri sendiri, penderitaan menjadikan manusia semakin teguh, tabah, sabar, kuat, serta tahan banting dalam menghadapi aneka tantangan kehidupan yang dialaminya setiap hari.

Pada bab IV ini penulis akan memaparkan suatu katekese yang cocok untuk memaknai penderitaan orang benar. Katekese ini adalah katekese dengan model SCP. Katekese dengan model SCP diharapkan mampu membawa umat sampai kepada sikap iman yang tepat dalam menghadapi penderitaan. Sikap iman itu dalam hubungannya dengan diri sendiri, sesama, dan Tuhan. Diharapkan setelah mengikuti proses pelaksanaan katekese ini peserta menjadi lebih kuat, tegar, tabah, tahan banting dalam menghadapi hidup.

Selain itu, peserta katekese juga diingatkan bahwa di sekitar mereka ada sesama yang jauh lebih menderita dan perlu dibantu. Peserta katekese diajak untuk lebih peka serta solider akan penderitaan sesama dan akhirnya menjadikan manusia semakin rendah hati bahwa dirinya juga manusia biasa yang lemah yang juga butuh

sesama dan Tuhan dalam hidupnya. Berkaitan dengan pengertian/gambaran, tujuan, isi katekese secara umum, penulis akan lebih memfokuskan lagi pembahasan ini dengan Catechesi Tradendae dan Katekese Umat berdasarkan hasil pertemuan PKKI II di Klender-Jakarta tahun 1980. Adapun yang akan dibahas tentang katekese dalam Katekese Umat adalah lebih khusus lagi yaitu mengenai pengertian, isi, peranan katekis, serta suasana katekese dalam Katekese Umat. Hal ini dirasa penting karena hal-hal yang dipaparkan dalam Katekese Umat akan diterapkan dalam proses pelaksanaan katekese model SCP. Selain Katekese Umat tentu saja penulis akan membahas mengenai katekese model SCP secara lebih khusus di antaranya mengenai pengertian, tujuan, serta langkah-langkah dalam membawakan katekese dengan model SCP. Yang terakhir, penulis akan membuat suatu contoh katekese dengan model SCP yang dapat dipergunakan para katekis dalam berkatekese.

A. Katekese Sebagai Salah Satu Bentuk Pendampingan Iman Umat dalam

Dokumen terkait