• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. BELAJAR DARI MAZMUR 13 DALAM

A. Gambaran Umum Tentang Kitab Mazmur

3. Jenis-jenis Mazmur

Untuk membicarakan jenis-jenis Mazmur, penulis menggunakan pemikiran Walter Brueggemann yang disadur oleh Heryatno (2002: 10-52). Penulis sengaja memakai alur pemikiran Walter Brueggemann untuk melihat jenis-jenis Mazmur dikarenakan bahwa jumlah seluruh Mazmur yang tercantum dapat dilihat dengan

jelas pembagiannya dalam Kitab Mazmur, selain itu akan lebih mudah dimengerti karena berdasarkan pengalaman pemazmur setiap harinya. Menurut skema Walter Brueggemann (1984: 10-52) yang disadur oleh Heryatno (2002: 10-51) jenis-jenis Mazmur digolongkan dalam tiga jenis:

a. Mazmur Orientasi

Mazmur Orientasi, menempatkan Tuhan sebagai yang utama. Mazmur ini berisi pengalaman iman pemazmur karena ia mendapatkan kelimpahan berkat Tuhan. Semua itu mendorong pemazmur untuk selalu memuji dan menyembah Tuhan karena kebaikan dan kemurahan hatiNya atas umat manusia. Kebaikan-kebaikan Tuhan ini dibuktikan melalui berkatNya yang berlimpah kepada pemazmur. Pemazmur bisa merasakan suatu kehidupan yang harmonis, bahagia, tenteram, damai karena penyertaan Tuhan dalam hidupnya. Pemazmur meyakini bahwa Tuhan dapat diandalkan karena selalu setia. Ungkapan Tuhan yang setia ini dipercayai karena Tuhan selalu berada di pihak pemazmur.

Para ahli Kitab Suci membedakan Mazmur Orientasi menjadi dua bagian yaitu Mazmur-mazmur Pujian dan Mazmur-mazmur Syukur. Mazmur Orientasi disebut Mazmur Pujian semata-mata dengan maksud untuk memuliakan serta mengagumi kebesaran karya dan tindakan Tuhan. Mazmur Pujian ini bersifat deskriptif. Isi pujian itu di antaranya: memuji Tuhan yang maha besar, Tuhan pencipta dan Tuhan sejarah, Tuhan maha baik karena Dialah yang melindungi dan menyelamatkan serta menyelenggarakan suatu kehidupan yang baik adanya.

Sedangkan untuk Mazmur-mazmur Syukur disebut pula sebagai Mazmur Pujian Deklaratif karena tindakan Tuhan kepada pemazmur yang telah menyelamatkan dan membebaskan pemazmur dari malapetaka dan penderitaan.

Ungkapan syukur biasanya dilakukan sebagai tanggapan spontan atas pertolongan Tuhan. Hal yang sangat membedakan antara Mazmur Pujian dan Mazmur Syukur adalah motif dan obyeknya. Mazmur Pujian lebih ditujukan untuk menghormati Allah dalam wujud pengakuan iman, sedangkan Mazmur Syukur merupakan reaksi spontan pemazmur atas tindakan Tuhan yang berkenan menolong dan membebaskan dari penderitaan (Heryatno, 2002: 11-12).

Kesimpulan dari apa yang dipaparkan di atas yaitu motif Mazmur Pujian lebih pada ungkapan kekaguman akan karya Tuhan yang maha agung. Kekaguman itu bisa karena keindahan alam maupun berkat Tuhan yang melimpah. Objek dari Mazmur Pujian ini lebih kepada totalitas tindakan Tuhan kepada pemazmur yang layak untuk dipuji. Sedangkan motif Mazmur Syukur lebih kepada ungkapan syukur dan terima kasih karena pemazmur sudah dibebaskan dari pengalaman disorientasi yang membuat dirinya merasa kehilangan pegangan dalam hidup. Objek dari Mazmur ini merupakan wujud tindakan nyata yang diberikan Tuhan untuk menyelamatkan pemazmur dari pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan. Ungkapan syukur pemazmur merupakan reaksi spontan atas tindakan Tuhan yang berkenan menolong dan membebaskan dari penderitaan. Contoh-contoh Mazmur Pujian dalam Kitab Mazmur di antaranya adalah Mazmur 8, 103, 104, 111, 113.

Tiga hal yang menjadi ciri dasariah susunan Mazmur Pujian adalah yang pertama; undangan atau ajakan untuk memuji Tuhan sebagai pembukaan. Undangan ini ditujukan pada setiap orang dan semua bangsa tanpa terkecuali (Mzm 66:1; 100:1; 117:1), kepada diri sendiri (Mzm 103:1; 104:1; 146:1), kepada Yerusalem (Mzm 147:12), kepada penghuni surgawi (Mzm 29:10) dan kepada semesta alam yang bernafas (Mzm 148; 150:6). Semuanya diundang untuk memuji kebaikan

Tuhan. Kedua; motif pujian adalah unsur pokok yang merupakan inti dari puji-pujian. Inti dari puji-pujian berasal dari berbagai pertanyaan tentang gambaran dan alasan mengapa Allah dipuji. Maka pemazmur sering menggunakan kata sambung “sebab” atau “karena“ (Barth & Pareira, 1999: 53). Yang ketiga; penutup yang berupa undangan kembali untuk memuji Tuhan (Mzm 104:31-32; 145:21). Untuk menyampaikan penutup, terdiri dari beberapa hal yaitu: rumus persembahan (Mzm 19:15; 104:34), rumus berkat (Mzm 29:11), pernyataan kepercayaan dan permohonan (Mzm 33:20-21).

b. Mazmur Disorientasi

Mazmur Disorientasi juga dikenal dengan Mazmur permohonan/ratapan, ada juga yang menyebutnya Mazmur keluhan. Latar belakang munculnya Mazmur Disorientasi harus dicari dalam situasi sukar dan menyedihkan yang dialami pemazmur. Saat itu pemazmur berada dalam bahaya maut dan tidak ada seorangpun yang mampu menyelamatkannya. Situasi tidak menyenangkan bisa disebabkan oleh penyakit keras, tuduhan palsu, dosa besar (Weiden, 1991: 82).

Situasi yang dialami sang pemazmur adalah situasi yang menyedihkan. Pemazmur mengalami ketakutan yang luar biasa sebab merasa ditinggalkan Tuhan. Pemazmur merasa Tuhan memalingkan wajahNya. Pemazmur berteriak minta tolong dengan harapan Tuhan mau mendengarkan keluhannya dan mau membebaskannya dari situasi sulit itu. Pemazmur memiliki keyakinan bahwa tidak ada sesuatupun yang dapat memisahkan dirinya dari cinta Tuhan. Pemazmur juga percaya bahwa dalam keadaan sesulit apapun, Tuhan akan selalu menjaga dan melimpahkan kasih setiaNya untuk membebaskan pemazmur dari penderitaan. Dengan kata lain, penderitaan akan membuat pemazmur semakin peka dan setia terhadap sapaan Tuhan

serta peka akan penderitan sesama di sekitarnya. Pemazmur tetap beriman meskipun berada dalam berbagai situasi hidup yang tidak menyenangkan. Berani mengakui bahwa dari situasi yang tidak menyenangkan akan lahir suatu keyakinan bahwa di masa mendatang keadaan hidup akan lebih baik lagi. Dalam penderitaan, pemazmur belajar memiliki kerelaan untuk berani menggulati realitas hidup yang negatif. Mazmur Disorientasi membantu manusia supaya memiliki sikap hidup yang realistis, penuh iman dan pengharapan.

Mazmur Disorientasi berbicara tentang pergulatan hidup yang sungguh-sungguh nyata dialami, bagaimana harus bertahan dan berjuang serta berharap penuh akan kasih setia Tuhan. Fokus utama dari Mazmur disorientasi adalah bahwa penderitaan merupakan sarana yang tepat untuk mencapai kesejatian hidup. Dengan iman, manusia dipermudah untuk menemukan makna dari penderitaan hidup yang digulatinya.

Mazmur Disorientasi mendorong pemazmur untuk menghadapi realitas hidup dengan kacamata positif, membantu mereka untuk menyadari dan mengenali kehadiran Tuhan di tempat yang sering tidak diharapkan, dan sekaligus membantu mereka untuk menghayati iman dalam kondisi yang tidak menyenangkan (Heryatno, 2002: 28). Brueggemann seperti yang dikutip oleh Heryatno (2002: 29-31) membagi isi Mazmur Disorientasi menjadi dua bagian yaitu Permohonan dan Pujian. Uraian tentang Permohonan dan Pujian adalah sebagai berikut:

1) Permohonan

a). Alamatnya adalah Tuhan

Permohonan yang bersifat sangat personal, diungkapkan oleh pemazmur karena ia mempunyai hubungan dekat dengan Tuhan. Tuhan adalah alamat segala

keluhan, karena Tuhanlah yang akan menolong dengan kasih setiaNya untuk membebaskan pemazmur dari penderitaan.

b). Keluhan

Merupakan suatu bentuk ungkapan hati pemazmur kepada Tuhan berupa protes maupun ratapan akan kepahitan hidup yang teramat berat setiap hari. Keluhan ini merupakan wujud kedekatan personal antara pemazmur dengan Tuhan. Dalam situasi hidup yang teramat berat itu pemazmur tidak mau berlari meninggalkan Tuhan.

Keluhan yang berat dimaksudkan untuk membangkitkan dan menggerakkan hati Tuhan agar segera bertindak menyelamatkan pemazmur. Dengan keluhan, pemazmur menuntut Tuhan ikut bertanggung jawab akan penderitaannnya dan berharap ia akan menolong membebaskan dari penderitaan. Pemazmur menyatakan bahwa penderitaan bukan hanya problemnya sendiri tetapi Tuhan ikut bertanggung jawab.

c). Motivasi

Merupakan ungkapan keadilan bagi umat yang menderita dan ungkapan kedekatan antara Tuhan dengan umatNya. Dalam hal ini, pemazmur menuntut keadilan Tuhan atas derita yang dialaminya. Pemazmur protes atas apa yang terjadi dalam hidupnya. Inilah yang dimaksud kedekatan antara pemazmur dan Tuhan. Di antara motivasi itu misalnya; Pemazmur tidak bersalah, maka ia berhak mendapat pertolongan.

Pemazmur bersalah tetapi ia sudah bertobat, kemudian mohon pengampunan dan restorasi/rehabilitasi. Pemazmur mengingatkan kembali kebaikan dan belaskasih Tuhan.

d). Kutukan

Pemazmur menginginkan Tuhan menunjukkan keadilanNya yaitu membalas musuh yang membuatnya menderita dengan hukuman. Ungkapan yang keras ini dipahami oleh pemazmur sebagai bentuk komunikasi yang otentik antara Tuhan dengan manusia, yang bertanggung jawab membalas kejahatan bukan lagi manusia tetapi Tuhan sendiri.

2) Pujian

Pujian dilambungkan karena terjadi suatu perubahan dari situasi disorientasi menuju situasi yang lebih baik. Pemazmur mendapatkan perubahan sebab telah berhasil menggulati penderitaan yang dialaminya. Perubahan tersebut terwujud di dalam tindakan nyata. Wujud dari perubahan itu membuat nada pembicaraan menjadi sangat lain; gembira dan penuh syukur. Dari pujian ini Brueggemann mengemukakan tiga unsur:

a). Jaminan keluhan telah didengarkan

Dalam ratapan/keluhan, Tuhan/Yahwe kerapkali disalahkan. Manusia protes menanyakan keadilah Tuhan. Mereka merasa bahwa Tuhan menjauh, tidak berkenan hadir, dan tidak bersedia menolong. Namun situasi berubah karena Tuhan sungguh telah mendengar mereka dan jaminan untuk itu juga dirasa cukup.

b). Pelunasan hutang

Pelunasan hutang ini adalah suatu janji dari pemazmur. Pemazmur berjanji hendak memuji Tuhan dan menghaturkan persembahan kepadaNya karena Tuhan penuh kasih dan sudah membebaskan dirinya dari derita. Memuji memiliki unsur penting dan bersifat mendesak serta merupakan ungkapan kesetiaan bagi orang yang telah mengalami diselamatkan Tuhan.

c). Doksologi atau pujian

Doksologi berarti pujian. Pemazmur memuji Tuhan yang penuh kasih, setia, murah hati, dan telah menolong pemazmur keluar dari penderitaannya. Inilah perubahan itu. Pengalaman akan Tuhan yang tidak pernah meninggalkan umatNya. Tuduhan bahwa Tuhan tidak perhatian merupakan kesalahpahaman.

c. Mazmur Orientasi Baru

Mazmur Orientasi Baru merupakan Mazmur yang disampaikan oleh pemazmur tentang suatu pengalaman keterkejutan (surprise) yang membahagiakan (Heryatno, 2002: 45). Surprise yang membahagiakan ini berasal dari buah-buah pengalaman disorientasi, di mana pemazmur yang tadinya mengeluh akan penderitaan yang begitu berat serta memiliki perasaan bahwa Tuhan tak peduli, menutup mata dan telingaNya kini telah berakhir. Pemazmur merasa dilahirkan secara baru karena telah berhasil keluar dari penderitaan. Pemazmur bahagia karena ternyata Tuhan sungguh-sungguh peduli dengan umatNya dan akhirnya ia berhasil menggulati penderitaan hidup serta mampu menerima sehingga semakin peka pada sapaan Tuhan. Merekapun dapat memiliki sikap iman yang tepat dalam memaknai penderitaan: menjadi semakin rendah hati bahwa dirinya hanyalah makhluk lemah yang selalu membutuhkan pertolongan Tuhan. Mereka juga menjadi semakin kuat, tegar, tabah serta tahan banting dalam menghadapi penderitaan sehingga mereka juga dapat membuka mata dan hati untuk semakin peka, solider, tersentuh serta peduli akan penderitaan sesama di sekitar yang mungkin lebih menderita.

Mazmur Orientasi Baru lahir dari pergulatan dengan penderitaan, dari ketahanan, ketekunan dan ketegaran untuk tidak menyerah pada kematian serta kehancuran. Orientasi Baru adalah buah konkret dan makna nyata dari orang yang

bersedia bergelut dan berjuang tanpa bersedia mundur dari realitas hidup yang pahit. Perlu disadari bahwa hidup baru tersebut bukan semata-mata hanya usaha manusia semata tetapi lebih-lebih merupakan campur tangan Tuhan di dalamnya. Ditegaskan oleh pemazmur bahwa Orientasi Baru merupakan anugerah istimewa dari Tuhan yang sungguh ditanggapi manusia dengan penuh rasa syukur. Inilah daya kekuatan Tuhan yang menjadi sumber pengharapan dan sekaligus motivasi yang memberikan kekuatan kepada manusia agar tetap bertahan di dalam kesulitan penderitaan hidup (Heryatno, 2002: 45).

Wujud dari Mazmur Orientasi Baru ini adalah ungkapan syukur. Ungkapan syukur ini dibagi menjadi tiga bagian penting, yang pertama; adalah pembukaan berupa pernyataan tentang alasan pemazmur bersyukur dan memuji Tuhan atas hal-hal indah pada diri manusia (Mzm 30:2; 66:13-15; 138:1-2a), pernyataan tentang sikap batinnya (Mzm 116:1a), pernyataan tentang indahnya bersyukur pada Tuhan (Mzm 92:2-4). Yang kedua adalah bagian inti; pada umumnya dibuka dengan kata, ”sebab“ yang menunjukkan motif ungkapan syukur tersebut (Mzm 30:2; 92:5; 116:2; 138:2). Di dalam motif ucapan syukur tersebut pemazmur mengakui perbuatan-perbuatan yang dikerjakan Tuhan bagi diriNya (Mzm 30:2-4; 66:19; 92:5-16; 116:1-2,89; 138:2-6).

Unsur lain yang kerapkali ditemukan dalam bagian inti ini adalah cerita tentang penderitaan dan permohonannya di dalam penderitaan tersebut dan bagaimana Tuhan telah mendengarkannya (Mzm 30:7-11; 32:3-5; 40:2-4; 66:16-19; 116:3-6,10-11). Bagian ketiga adalah penutup; dapat berupa madah pujian kepada Tuhan. Bisa dilihat dalam Mzm 30:12-13; 32:11; 66:20; 138:8 (Barth & Pareira, 1999: 65-66). Bila dilihat dari sudut temanya maka ungkapan syukur dapat dibedakan atas beberapa hal:

pertama, ungkapan syukur dari pemazmur karena telah dibebaskan dari bahaya maut, karena penyakit (Mzm 30; 40:2-12; 116), pemazmur bersyukur sebab sudah diampuni dosanya (Mzm 32), ungkapan syukur pemazmur karena telah dibebaskan dari fitnahan (Mzm 66: 13-20), ungkapan syukur pemazmur karena telah dibebaskan dari penindasan (Mzm 92). Jadi tema ungkapan syukur pemazmur adalah ungkapan syukur atas kebaikan serta kasih setia Tuhan dan ketergantungan manusia kepadaNya. Ada dua perbedaan antara bersyukur dan memuji. Bersyukur merupakan pengakuan seseorang atas kebaikan dan kasih setia Tuhan yang membebaskan, mendengarkan, dan menyelamatkan dari penderitaan. Memuji lebih merupakan pengagungan atas kemuliaan dan kedahsyatan Tuhan dalam karya-karyaNya seperti dinyatakan dalam alam terutama dalam sejarah keselamatan (Barth & Pareira, 1999: 65-67).

Mazmur Orientasi Baru merupakan Mazmur dengan nuansa syukur karena Tuhan telah membebaskan pemazmur dari pengalaman disorientasi. Dengan bersyukur, pemazmur dapat memuji tindakan Tuhan yang telah menyelamatkan. Mazmur Orientasi Baru lahir dari pengalaman disorientasi. Dari keterpurukan, pemazmur mampu bangkit kembali menata hidup yang baru. Ungkapan syukur ini selalu diarahkan pada Tuhan yang telah berkenan bertindak membebaskan dan menyelamatkan pemazmur dari penderitaan hidup. Mazmur Orientasi Baru ini dipahami sebagai pernyataan bahwa penderitaan sudah dapat diatasi. Penderitaan telah berakhir. Pujian dan syukur diungkapkan sebagai wujud perayaan akan kemenangan dalam mengatasi penderitaan.

Perkembangan lain dari pujian dan syukur yang singkat adalah kidung-kidung kemenangan yang merayakan bahwa semua penderitaan sudah dikalahkan

Tuhan/Yahwe. Dalam hal ini dituliskan bagaimana Tuhan datang untuk menolong umatNya keluar dari penderitaan sambil menggoncangkan langit dan bumi (Barth & Pareira, 1999: 46-47). Nyanyian-nyanyian ungkapan syukur termasuk kelompok Mazmur Orientasi Baru yang paling jelas. Di dalamnya dinyatakan bahwa penderitaan pemazmur telah diatasi, kini mereka tidak lagi mengeluh dan meratap tetapi sebaliknya mereka memuji tindakan penyelamatan Tuhan. Akibat tindakan luar biasa yang dilakukan Tuhan, relasi manusia dengan Tuhannya semakin dalam dan harmonis. Iman kepada Tuhan sang pembebas menjadi semakin nyata terutama dalam menghadapi pergulatan hidup (Heryatno, 2002: 48).

Pendapat lain lagi yaitu menurut Harun (1998: 22-25), ciri khas dari Kitab Mazmur adalah berisi tentang permohonan dan pujian, dengan kata lain Kitab Mazmur yang diungkapkan Harun ada dua jenis yaitu Mazmur Permohonan dan Mazmur Pujian. Lahirnya kedua jenis Mazmur ini tidak terlepas dari perasaan suka dan duka. Apa yang dirasakan pemazmur langsung dihubungkan dengan Allah karena semua itu bisa berasal dariNya atau ditujukan kepadaNya. Kemudian Mazmur Pujian dan Mazmur Permohonan ini dibagi lagi menjadi dua yaitu Mazmur Pujian dan Permohonan Perseorangan (personal) dan Mazmur Pujian dan Permohonan umat (komunal), dan Mazmur-mazmur itu disajikan sebagai berikut:

1) Mazmur Puji Syukur Umat : Mazmur 124 2) Mazmur Puji Syujur Perseorangan : Mazmur 30 3) Mazmur Puji Syukur Permohonan Umat : Mazmur 80 4) Mazmur Puji Syukur Permohonan Perorangan : Mazmur 13

Kemudian perlu ada pembedaan antara Mazmur Pujian dan Pujian Syukur. Mazmur Pujian bukan merupakan jawaban atas tindakan Allah yang baru saja dialami, melainkan karena seluruh eksistensi dan keaktivanNya. Ungkapan Allah yang maha baik, maha cinta, Allah yang selalu melindungi, Allah yang senantiasa menolong serta menyelamatkan.

Sedangkan Mazmur Puji Syukur merupakan jawaban terhadap suatu tindakan Allah yang khusus, yang baru saja dialami lalu diceritakan. Pujian itu merupakan ungkapan kelegaan dan kegembiraan karena Allah menolong pemazmur keluar dari berbagai ancaman seperti penyakit, musuh, kesesatan, dan sebagainya.

B. Mazmur 13 Teks Mazmur 13

1. Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud

2. Berapa lama lagi, Tuhan, Kau lupakan aku terus menerus? Berapa lama lagi, Kau sembunyikan wajahMu terhadap aku?

3. Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari?

Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku?

4. Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya Tuhan Allahku!

5. Buatlah mataku bercahaya, supaya janganlah aku tertidur dan mati.

supaya musuhku jangan berkata: “Aku telah mengalahkan dia,” dan lawan-lawanku bersorak-sorak, apabila aku goyah.

6. Tetapi aku, kepada kasih setiaMu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatanmu. Aku mau bernyanyi untuk Tuhan, karena Ia telah berbuat baik kepadaku.

Dokumen terkait