• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PENDERITAAN ORANG BENAR JAMAN SEKARANG

C. Penderitaan Yesus sebagai Inspirasi Untuk Memaknai Penderitaan

1. Penderitaan Yesus

a. Yesus yang Tersalib sebagai Orang Benar yang Menderita

Salib pada jaman Yesus merupakan lambang kehinaan. Hukuman mati di kayu salib biasanya dijatuhkan pada seorang penjahat besar. Hukuman mati di kayu salib adalah hukuman mati yang paling mengerikan, paling hina, dan manusia yang mati di kayu salib dianggap seperti binatang. Namun apakah Yesus penjahat? Mengapa Yesus justru memilih kematianNya di kayu salib?

Sebagai Putra Allah, tentu saja Yesus memiliki kuasa untuk memilih melakukan kehendak Bapa. Dia bisa saja memilih untuk lepas dari kenyataan salib yang harus ditanggungnya. Tetapi Yesus memilih menerima salib karena cintanya pada manusia yang sangat mendalam. Salib berdiri di mana arus kehidupan manusia keruh dan arus kasih karunia Illahi tidak henti-hentinya mengalir untuk ditransformasikan oleh Allah dalam kepribadian Yesus. Di bawah bayang-bayang salib, dosa menjadi semakin gelap dan menakutkan, namun di situlah sebuah kuasa yang misterius bekerja menghapuskan dosa dan memperbaharui orang-orang berdosa.

Yewangoe (1989: 70) menggarisbawahi pemikiran Chakkarai seorang Teolog Salib dari Madras-India yang menyatakan bahwa salib membuat manusia dengan segala kedosaannya bisa berjumpa dengan Allah. Dengan salib, Yesus mempertemukan manusia kepada kasih Bapa. Di situlah pengampunan dan pembaharuan hidup terjadi. Dalam hal ini terdapat tindakan aksi salib yang

memungkinkan pengampunan dan pembaharuan. Semua ini tidak lain adalah perbuatan Allah yang mendamaikan dan disebut sebagai mukti/pembebasan dan keselamatan (Yewangoe, 1989: 20).

Tindakan pengampunan dan pembaharuan ini kemudian dihubungkan dengan pelepasan kuasa. Kuasa ini terus menerus diberikan kepada seseorang yang berhubungan dengan Kristus melalui Roh Kudus. Manusia yang penuh dosa dibukakan pintu menuju jalan keselamatan. Salib Yesus adalah “jembatan” antara manusia dengan BapaNya. Para Teolog Salib memaparkan pendapat mereka tentang makna salib. Berikut ini akan dipaparkan makna salib menurut para Teolog Salib. Yewangoe (1989: 95) memaparkan pemikiran M.M Thomas yaitu bahwa salib adalah tanda pekerjaan Allah di dunia untuk mencapai keselamatan dan pembebasan manusia. Salib sebagai perbuatan pengosongan diri Allah dan merupakan ungkapan kasihNya bagi dunia ini. Salib merupakan dinamika sentral dari seluruh sejarah.

Salib adalah inti iman. Tanpa salib, keselamatan manusia tidak pernah menjadi kenyataan. Salib adalah hukum kasih yang tertinggi. Salib adalah bukti cinta Allah yang menjelma dalam pribadi Yesus Kristus dan turun ke dunia menjadi setara dengan manusia. Yesus menjadi sama dengan manusia dalam segala hal kecuali dosa. Salib Yesus menggenapi apa yang sudah dinubuatkan Yesaya. Dia adalah seseorang yang diutus Bapa untuk melaksanakan warta keselamatan dari Bapa kepada manusia seperti yang dinubuatkan Yesaya, yaitu bahwa Yesus adalah Hamba Tuhan yang ditinggikan, disanjung, dimuliakan karena pewartaan dan mukjizat-mukjizatNya namun kemudiaan Dia pada akhirnya dijatuhkan, disiksa, dihina, dihindari banyak orang dan mengalami kematian yang sangat tragis demi penghapusan dosa. Segala dosa manusia ditanggungNya. Dia ditikam, diremukkan

karena dosa. Ia bagaikan anak domba yang diam saja ketika dibawa ke tempat pembantaian, seperti induk domba yang diam saja ketika akan digunting bulunya. Ia diam saja ketika deraan dan siksaan menghunjam tubuh dan batinNya. Dengan bilur-bilurnya, manusia disembuhkan, dan terhindar dari hukuman dosa (Yes 52:13-53:12). Semua ini Dia lakukan karena ketaatan pada perintah Bapa dan karena kasihNya pada manusia. Ia membukakan jalan bagi manusia untuk kembali berdamai dan bersatu dengan Allah Bapa.

Sudah sangat jelaslah segala tindakan Yesus demi keselamatan manusia dan hanya Dialah Sang Putra Allah yang sanggup melakukan pekerjaan ini. Pekerjaan yang tidak terjangkau oleh makhluk manapun. Dia adalah sebuah pribadi yang istimewa. Yewangoe (1989: 106) juga menggarisbawahi yang dipaparkan S.J. Samarta yaitu bahwa salib merupakan lambang penerimaan akan penderitaan untuk menggenapi maksud kasih dalam realitas-realitas sejarah manusia.

Bagi Samarta; dengan salib diperlihatkan bagaimana kuasa kejahatan dan tragedi dalam kehidupan manusia ditaklukkan oleh kasih. Melalui salib dan kebangkitan Kristus ada harapan akan kesempurnaan bukan kepulangan ke yang lama, melainkan menjadi ciptaan yang baru. Salib dan kebangkitan Kristus menduduki tempat sentral dalam iman Kristen. Salib menjadi suatu tanda. Tanda bahwa cara hidup manusia lama diperbaharui.

Dari yang berdosa kemudian disucikan karena penebusan Yesus melalui salibNya. Dosa telah menghancurluluhkan hubungan manusia dengan Allah yang harmonis. Dosa membawa manusia pada kematian kekal. Salib membawa manusia pada keselamatan kekal dan keabadian dengan Allah Bapa. Hubungan manusia dengan Bapa yang buruk telah dipulihkan.

b. Yesus Manusia Sejati yang menderita

Tidak dapat dipungkiri bahwa kematian Yesus di kayu salib sangat tidak lazim dan tidak masuk akal. Yesus adalah orang benar. Dia bukan penjahat yang pantas mendapatkan hukuman seperti itu. Dia adalah orang benar yang menderita. Yewangoe (1989: 65-66) yang mengutip pemikiran Chakkarai menyatakan bahwa Yesus adalah manusia sejati. Bukti bahwa ia adalah manusia sejati terletak pada kenyataan bahwa Ia mampu membuat mukjizat dan tidak berdosa. Sebagai manusia sejati, Yesus hidup dalam kemanunggalan penuh dengan BapaNya. Akibatnya, Yesus tidak dapat dikalahkan oleh dosa. Hal ini berarti bahwa Yesus tidak hidup untuk diriNya sendiri. Ia hidup bagi Kerajaan Allah. Pernyataan Yesus manusia sejati yang menderita merupakan wujud ketidakberdosaanNya. Semua itu dibuktikan dengan penyangkalan diri yang sepenuhnya memuncak pada kematian di kayu salib. KeprihatinanNya untuk hidup demi orang lain dan bukan diriNya sendiri merupakan ungkapan penderitaanNya demi perwujudan kasih Allah di dunia.

Kisah penebusan manusia melalui salib ini merupakan kisah pergumulan Allah. Pergumulan Allah yang harus menghukum karena dosa manusia dan Allah yang ingin mengasihi manusia. Dua hal yang bertentangan inilah yang menyebabkan penderitaan. Penderitaan Yesus adalah penderitaan Allah. Yesus adalah Mesias yang menderita. Mesias yang menderita dapat menjanjikan suatu masa depan baru dan memberikan suatu kehidupan baru melalui salib dan kebangkitanNya.

Hanya Mesias yang menderitalah yang mempertahankan agar cahaya kebenaran, kasih dan keadilan tetap bersinar dalam kegelapan dunia yang penuh dusta, pemerasan, dan kebenaran. Hanya Mesias yang menderita yang menanggung penderitaan dunia, membawa keberanian, kekuatan dan harapan bagi manusia.

c. Allah yang Menderita

Allah menderita karena mencinta. Dalam diri Allah, Dia ingin menghukum umatNya yang berdosa. Di sisi lain ternyata Allah juga mengasihi, maka dalam diri Allah terjadi dua pertentangan. Allah yang ingin menghukum dan Allah yang ingin mengasihi. Itulah sebabnya, Allah dikatakan menderita. Budi Kleden (2006: 290) menegaskan pemikiran Eberhard Jungel seorang Teolog Protestan asal Jerman bahwa konsep Allah yang menderita berasal dari perspektif cinta. Seorang yang mencinta adalah seorang yang sanggup menahan diri, berkorban demi orang yang dicintai. Cinta adalah kekuasaan yang sanggup menggunakan kekuasaan demi orang yang dicintai. Inilah perwujudan kekuasaan dan ketakberdayaan cinta.

Allah ingin membebaskan umatNya dari penderitaan kekal. Ia masih memberi kesempatan bagi manusia untuk bertobat atas dosa-dosanya. Allah adalah sosok yang tidak berdaya. CintaNya adalah tanda ketidakberdayaan. Ia tidak tega membiarkan umat yang dikasihiNya menderita karena dosa. Maka, Allah melakukan sesuatu yang luar biasa. Ia mengutus PutraNya untuk turun ke dunia mewartakan keselamatan. Wujud kasih Allah terbukti dari peristiwa salib PutraNya. Peristiwa salib adalah ungkapan cinta Allah yang mengekspresikan kemahakuasaan Allah dalam ketakberdayaan.

Allah telah memaklumkan diri dalam peristiwa salib sebagai cintaNya. Cinta yang mengalahkan dosa manusia (Budi Kleden, 2006: 291). Budi, Kleden (2006: 301) menggaris bawahi pemikiran Jurgen Moltmann bahwa Allah yang menderita juga dapat dilihat dari penderitaan Yesus. Keseluruhan proses kisah sengsara Yesus menampilkan suatu perjuangan Allah melawan Allah. Pribadi Allah yang ingin menghakimi manusia karena dosa manusia dan pribadi Allah yang mencintai serta

mengampuni manusia. Karena cintaNya pada manusia, Allah membiarkan PutraNya masuk, dilepaskan dengan konsekuensi bahwa Putra akan menjadi mangsa kematian. Salib Yesus adalah tanda nyata kesediaan Allah masuk ke dalam nihilitas, ke dalam kematian manusia. Yesus yang tersalib adalah kehadiran Allah yang merendahkan diri dan direndahkan.

Allah menderita karena kehilangan Putra yang tersalib dan itu semua adalah penderitaan Allah. Allah menunjukkan diri sebagai Allah yang tidak hanya memperhatikan penderitaan sendiri tetapi juga membuka mata dan melihat lebih jauh menggapai manusia untuk kembali. Salib merupakan revelasi diri Allah sebagai cinta. Allah menderita hanya karena Dia mencinta.

d. Kebangkitan Kristus

Sejak dahulu, bangsa Israel menantikan seorang Mesias yang bisa melepaskan mereka dari penindasan Romawi. Bangsa Yahudi menginginkan figur seorang pemimpin/raja yang bisa membawa mereka keluar dari penjajahan. Namun mereka salah, Yesus bukan Raja seperti itu. Dia bukan raja biasa, bukan raja dalam urusan politik ataupun pemerintahan. Yesus mengajarkan Kerajaan Allah milik BapaNya yang pada waktu itu tidak dimengerti oleh manusia. Untuk membuat manusia mengerti, Yesus harus berkarya sampai akhir. Berkarya sampai mati di kayu salib sebagai suatu bukti bahwa Kerajaan Allah adalah hal yang nyata bukan dongeng.

Ketika Yesus mati, betapa kecewa sebagian bangsaNya termasuk para rasul. Mereka tidak menyangka bahwa Yesus yang dikatakan Mesias, harus mati dengan cara yang begitu tragis. Mati dengan cara yang paling hina dan hanya lazim diterima oleh seorang penjahat. Namun begitulah cara Yesus meyakinkan umatNya bahwa Dia mengosongkan diri menjadi seorang hamba yang rela disakiti dan menderita. Ia

pun akhirnya mati di kayu salib dan bangkit tiga hari kemudian. Ia membuktikan bahwa kematian dan kebangkitanNya adalah pencerahan. Habis gelap terbitlah terang! Hidup manusia yang gelap karena dikuasai dosa menjadi terang karena peristiwa penebusan dari Yesus. Kebangkitan Yesus adalah pencerahan yang menentukan. Pencerahan bahwa Yesuslah Mesias yang dijanjikan.

Dia bukan Juruselamat dalam hal duniawi/politik namun dengan segala karya dan tindakanNya selama hidup hingga pada kematian dan kebangkitanNya, Dia membuktikan bahwa Dialah penyelamat yang menuntun manusia menuju kepada Kerajaan Allah. Kebangkitan Kristus setelah kematianNya di kayu salib merupakan awal kehidupan baru bagi manusia. Inilah yang disebut peristiwa penebusan. Dalam peristiwa kebangkitan berarti Yesus telah menang atas maut dan dosa. Hubungan manusia dengan Allah yang retak akibat dosa sudah diperbaiki. Yesus adalah jembatan dan jalan menuju pada keselamatan kekal. Pengalaman kebangkitan Yesus ini menandakan suatu hubungan Yesus yang unik dengan BapaNya. Kebangkitan Yesus merupakan pengejawantahan kasih Allah kepada manusia.

Kebangkitan Yesus merupakan pembebasan. Pembebasan yang mempersatukan karena manusia mendapatkan kembali kemanusiaannya. Yesus ikut serta terlibat dalam nasib manusia. Kebangkitan Kristus merupakan bukti bahwa kuasa kejahatan (dosa) telah ditaklukkan oleh kasih.

Dengan bangkit, Yesus telah memulihkan hubungan manusia yang retak dengan BapaNya karena dosa. Salib adalah jembatan keselamatan atas kesengsaraan kekal. Ini adalah bukti cinta Bapa yang terealisasi dalam diri Yesus (Yewangoe, 1989: 112). Kisah sengsara dan kematian Yesus merupakan teladan dan inspirasi untuk memaknai penderitaan orang benar.

e. Keselamatan manusia

Salib adalah bukti cinta Allah Bapa pada manusia. Telah diketahui sebelumnya bahwa manusia adalah makhluk penuh dosa dan seolah-olah tidak bisa dipulihkan lagi. Namun ternyata Allah Bapa sangat mencintai manusia. Ia bahkan rela memberikan PutraNya untuk dikorbankan. Salib adalah jalan keselamatan dan pembebasan yang mempersatukan manusia untuk memperoleh kembali keselamatannya. Salib adalah jalan keselamatan untuk manusia dan salib merupakan tanda pekerjaan Allah di dunia ini untuk mencapai keselamatan serta pembebasan manusia. Salib sebagai perbuatan pengosongan diri Allah dan sebagai ungkapan kasihNya bagi dunia. Allah mengosongkan diri menjadi seorang Hamba dan turun ke dunia sebagai Putra yaitu Yesus. Dia rela menderita bersama manusia. Dia sudi turun ke dunia, ke tempat yang “dingin” dan menderita bersama manusia.

Yesus Putra Allah tidak dilahirkan di tempat yang mewah seperti istana raja yang hangat, namun Dia dilahirkan dalam kandang hewan yang dingin, bau, dan kotor. Suasana kotor, bau, dan dingin itulah sebenarnya situasi manusia yang ingin diselamatkanNya. Dia mau menerima manusia dengan segala kekotoran dan kedegilan hati manusia. Yesus menyelami hati manusia untuk dibawa kembali pada keselamatan Kerajaan Allah. Keselamatan itu diwujudkan dengan salib. Salib adalah jalan keselamatan. Salib merupakan dinamika sentral dari seluruh sejarah peristiwa penebusan. Salib adalah inti iman. Tanpa salib, keselamatan manusia yang dijanjikan tidak akan pernah menjadi kenyataan.

Dokumen terkait