• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PENDERITAAN ORANG BENAR JAMAN SEKARANG

C. Penderitaan Yesus sebagai Inspirasi Untuk Memaknai Penderitaan

2. Makna Penderitaan Orang Benar Jaman Sekarang

Sejak dilahirkan ke dunia, manusia sudah tidak asing dengan penderitaan. Penderitaan menjadi bagian dari hidup manusia. Kadang manusia menyalahkan

keadaan bahwa penderitaan adalah hukuman Tuhan. Tuhan yang memberikan penderitaan. Vonis yang sering terdengar adalah manusia menderita karena dosa, karena kesalahannya sendiri. Kalau sudah seperti ini, bagaiman kenyataannya dengan orang yang sama sekali tidak bersalah? Seseorang yang sama sekali tidak bersalah namun harus menderita. Apakah penderitaan terjadi karena faktor lain? Hukum alam misalnya. Dalam kehidupan ini ada hukum sebab akibat. Apa yang dilakukan manusia, baik atau buruk akan menimbulkan suatu resiko. Perbuatan baik akan berbuah kebaikan pula dan perbuatan buruk juga akan berbuah kejahatan/menuai badai. Inilah hukum sebab akibat/alam. Tuhan memang menciptakan hukum alam itu. Namun sepenuhnya, Tuhan menyerahkan pada manusia untuk memilih.

Manusia menemukan bukti kehadiran Tuhan justru di dalam fakta bahwa hukum alam tidak berubah. Tuhan memberikan kepada manusia suatu dunia yang indah, sesuai dan teratur. Salah satu hal yang membuat dunia ini layak dihuni ialah fakta adanya hukum alam yang pas dan bisa diandalkan serta selalu bekerja dengan cara yang sama (Kushner, 1988: 68). Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan baik adanya dan Tuhan memberikan kehendak bebas serta akal budi pada manusia untuk dapat mensikapi keteraturan yang ada pada hukum alam itu. Tuhan memberikan kebebasan pada manusia untuk memilih. Memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Yang baik tentu saja akan mendatangkan kebahagiaan dan yang buruk akan mendatangkan penderitaan. Hubungan sebab-akibat memang merupakan hukum alam yang ada. Jadi tidaklah pantas sebenarnya kalau manusia mempersalahkan Tuhan bila mereka menderita.

Hukum alam berlaku pada siapa saja tanpa pandang bulu. Mereka tidak mengecualikan orang baik maupun orang jahat. Penderitaan bisa menimpa siapa saja,

tidak ada kekecualian untuk orang baik (Kushner, 1988: 69-70). Hukum alam tidak membuat kekecualian bagi orang baik. Orang baik juga pernah menderita dan terluka. Tuhan tidak turun tangan untuk menghentikan bekerjanya hukum alam demi melindungi orang benar dalam bahaya. Semuanya ini adalah bagian dari dunia yang menyebabkan malapetaka terjadi pada orang baik dan Tuhan bukanlah penyebabnya dan Tuhan juga tidak menghentikannya. Mungkin bisa dijadikan contoh yaitu kejadian gempa bumi di Yogyakarta dan Klaten pada tanggal 27 Mei 2006. Musibah ini merupakan bagian dari hukum alam. Banyak orang mengeluh dan meratap mengapa semuanya bisa terjadi padahal banyak korban yang tidak bersalah. Mereka rata-rata adalah orang-orang tua dan anak-anak yang tidak berdaya. Apakah kejadian alam ini salah Tuhan? Perbuatan Tuhan? Tentu saja tidak.

Salah satu yang bisa dikatakan perbuatan Tuhan hanyalah ketika orang-orang yang menderita itu berani untuk meneruskan menghadapi hidupnya setelah mengalami kejadian-kejadian seperti gempa bumi, berani percaya bahwa dengan musibah dapat semakin mendekatkan diri kepadaNya. Selain itu, perbuatan Tuhan juga nampak dalam spontanitas dari orang lain untuk menolong sesamanya keluar dari penderitaan. Itulah perbuatan Tuhan.

Tuhan campur tangan dalam akal budi manusia. Sejak dilahirkan, manusia memiliki anugerah berupa akal budi. Dalam kejadian alam seperti bencana alam, manusia memiliki kehendak bebas dari akal budi yang diberikan Tuhan untuk memahami proses alam yang terjadi di balik peristiwa gempa bumi kemudian belajar untuk mengantisipasi bahkan mencegahnya. Bila kehendak manusia ini sedikit demi

sedikit berhasil, mungkin akan semakin sedikit korban menderita (Kushner, 1988: 72).

Dengan akal budi dan kehendak bebas, manusia belajar untuk memperkembangkan diri. Manusia belajar untuk mencari sebab-sebab penderitaan dan akhirnya menentukan suatu pilihan untuk bisa keluar dari masalah yang dideritanya. Dari penderitaan yang menimpa semua orang, dapat dikatakan bahwa banyak keluhan manusia yang ingin dibebaskan dari penderitaannya. Namun apakah tidak janggal bila manusia hidup tanpa bisa merasakan kesakitan karena penderitaan? Rasa sakit memang mengecewakan, tapi hal ini sebenarnya bagian yang penting dari hidup. Satu yang penting, perasaan “sakit” bukanlah gambaran hukuman Tuhan.

Rasa sakit adalah gambaran dari cara alam untuk memperingatkan orang benar maupun orang jahat bahwa telah terjadi sesuatu yang tidak beres. Hidup bisa menjadi tidak mengenakkan atau tidak lazim bila manusia selalu luput dari rasa sakit. Bila manusia tidak bisa merasakan sakit, maka kehidupan bisa membahayakan dan bisa juga tak layak untuk dijalani. Dari ungkapan-ungkapan ini dapat disimpulkan betapa berperannya fungsi akal budi, suara hati dan kehendak bebas dalam diri manusia. Manusia diajak untuk bisa menemukan makna dari kesulitannya.

Untuk menemukan makna dari penderitaan ini manusia dapat menjawabnya dengan sikap iman. Demikian juga bagi umat Kristiani. Penderitaan boleh dikatakan duri dalam menjalani hidup. Dengan sikap iman yang positif maka akan dikuatkan. Sikap iman berarti, berani menerima penderitaan namun tidak hanya menyerah atau pasrah begitu saja. Menerima berarti berani mencoba mencari pemecahan dari penderitaan sehingga tidak terlalu lama larut dalam kesedihan dan keputusasaan. Dalam mencoba mencari pemecahan masalah itu berarti manusia bergulat untuk menemukan sisi terang, dalam mencari apa yang terbaik untuk bisa keluar dari penderitaannya. Satu yang sebenarnya menjadi sumber kekuatan yaitu doa.

Doa memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Hanya dengan doalah, manusia dapat secara langsung bercakap-cakap dan berdiskusi dengan Tuhan. Tanpa disadari atau tidak, manusia akan menemukan jawaban dari permasalahannya. Memang tidak secara langsung atau instant namun dalam seluruh proses kehidupan akan disadari bahwa di dalam penderitaan manusia, Tuhan tidak pernah berdiam diri. Dia selalu berkarya untuk umatNya. Seperti yang dikatakan oleh Santo Paulus kepada umat di Korintus, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Tuhan setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatannmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya” (1Kor 10:13).

Tuhan akan menunjukkan jalan yang terbaik untuk umatNya. Mungkin tidak sekarang namun ada waktunya yang mungkin tidak terjangkau oleh manusia. semuanya membutuhkan proses, dan seiring dengan berjalannya waktu manusia akan didewasakan dalam menghadapi suatu permasalahan. Untuk segala sesuatu ada masanya seperti yang dikutip dari kitab Pengkothbah,” Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya” (Pkh 3:1-11). Sikap iman yang sesuai untuk menanggapi penderitaan adalah keyakinan dan kepercayaan. Percaya bahwa Tuhan memiliki rencana indah untuk umatNya. Pergulatan mengalami penderitaan membuat manusia berproses dalam pendewasaan iman, dan dari proses itu manusia secara tidak langsung bisa peka terhadap keadaan sekitar. Peka akan hal-hal yang menimpa sesamanya yang menderita dan menyadari betapa lemahnya manusia di tangan sang pencipta.

D. Allah Mengidentifikasikan DiriNya dalam Diri Orang Benar yang

Dokumen terkait