• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PENDERITAAN ORANG BENAR JAMAN SEKARANG

B. Macam-macam Penderitaan Manusia Jaman Sekarang

Penderitaan karena diri sendiri ini dibagi menjadi dua yaitu: a. Penderitaan yang terjadi karena kesalahan sendiri

Penderitaan yang disebabkan kesalahan diri sendiri pada manusia, biasanya berhubungan dengan dosa. Dosa menyebabkan manusia menderita. Dengan dosa keretakan terjadi antara manusia dan Tuhan, juga dengan sesamanya. Yewangoe (1989: 71) memaparkan pemikiran Vengal Chakkarai seorang Teolog Salib dari India yang menggunakan perumpamaan anak hilang dalam menjelaskan bagaimana dosa masuk ke dalam hidup manusia dan membuat keretakan relasi antara manusia dengan Tuhan dan sesamanya.

Unsur penting dari perumpamaan ini adalah si anak bungsu ingin melepaskan diri, mengembara dan meninggalkan bapanya. Ia ingin keluar dari kehendak sang Bapa. Sikap anak bungsu ini dipandang sebagai ego yang tiba pada kesadaran dirinya. Sikap ego anak bungsu diijinkan oleh Bapanya. Sang Bapa memberikan ijin karena ia memberi kesempatan pada anak bungsu untuk memilih antara kebaikan dan keburukan. Ketika pengembaraan dimulai, di situlah awal dosa, kelepasan dari jiwa yang luhur. Jiwa luhur yang dimaksudkan di sini adalah sisi baik dari diri manusia. Saat itulah si anak mulai bebas dari kehendak Allah, seperti manusia pada umumnya.

Manusia memilih keluar dan bebas dari kehendak Tuhan, meninggalkan hal baik dan mendekati kenikmatan-kenikmatan sesaat dan di situlah ia diperbudak oleh keinginan hatinya. Manusia menemukan bahwa kehendak ego yang dimilikinya tidak seindah yang ia bayangkan. Manusia menjauh dari Tuhan dan sesama sehingga terkucilkan serta merana.

Manusia merasa sendiri dan kehilangan pegangan hidupnya. Ia tersingkir. Dosa membelenggu jiwa dalam mencapai kenikmatan kasih Tuhan. Maka akibatnya manusia menderita karena kesalahan dirinya sendiri.

b. Penderitaan Dialami Karena Pilihan dan Tugas Perutusan Tuhan

Penderitaan model ini dapat dilihat pada pergulatan hidup nabi-nabi Tuhan di antaranya Elia, Yeremia, Hosea, dan Amos. Mereka adalah nabi-nabi besar penyambung lidah Tuhan pada masa itu. Dengan setia mereka menjalankan tugas dari Tuhan walaupun kadang-kadang harus menderita, ditolak, difitnah, dan disingkirkan bahkan kadangkala nyawanya harus terancam. Namun mereka tetap memilih untuk setia demi Tuhan dan bangsa di tempat di mana para nabi ini diutus.

Seperti Elia misalnya. Nabi Elia hidup pada masa pemerintahan raja Ahab dan ratu Izabel. Elia memperjuangkan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang disembah bukan allah-allah lain. Pada masa nabi Elia, bangsa Israel bercabang hati dengan menyembah Baal yaitu berhala sebagai tuhan. Maka Tuhan Allah murka dan mengatakan pada Elia bahwa Ia akan menghukum bangsa Israel dengan tidak menurunkan hujan. Maka terjadilah kemarau panjang di negeri itu. Elia berusaha meyakinkan bangsa Israel untuk kembali kepada Tuhan dengan cara membuat korban bakaran di gunung Karmel. Lalu dibentuklah dua kelompok pengikut, yang pertama adalah kelompok pengikut nabi-nabi Baal dan kelompok kedua adalah pengikut Elia yang masih setia pada Tuhan. Ternyata korban bakaran yang diterima Tuhan adalah korban bakaran milik Elia dan pengikutnya.

Sedangkan korban bakaran pengikut Baal tidak mendapat respon dari Tuhan. Maka Tuhan mau menurunkan hujan dan banyak pengikut Baal yang kembali kepada Tuhan. Ini adalah suatu bukti bahwa Elia berjasa dalam mempertemukan kasih Tuhan dengan umatNya (1 Raj 18:20-46). Akan tetapi karena tindakan Elia ini para pengikut Tuhan yang masih setia, dibunuh oleh ratu Izabel permaisuri raja Ahab yang masih setia menyembah Baal.

Demikian juga Elia dikejar-kejar oleh ratu Izabel untuk dibunuh seperti pengikut Tuhan yang lain. Maka Elia melarikan diri ke gunung Horeb sampai situasi memulih. Tugas perutusan Elia sangat berat, bahkan ia merasa putus asa ingin mati saja, dan pernah meminta Tuhan untuk mencabut nyawanya (1 Raj 19:1-8). Selain Elia, ada pula Yeremia seorang nabi utusan Tuhan yang setia. Ketika dipanggil Tuhan untuk menjalankan tugas perutusan, usianya masih sangatlah muda. Ia hidup pada masa pemerintahan Yosia bin Amon, raja Yehuda. Pada masa itu, Israel murtad

dari Tuhan (Yer 2:1-37). Maka tugas Yeremia adalah mempertobatkan mereka untuk kembali kepada Tuhan. Ia menjadi penyambung lidah Tuhan untuk bangsa Israel termasuk Yehuda. Yeremia mengadakan banyak pembaharuan terutama dalam hal agama dan peribadatan. Namun ternyata sepak terjang Yeremia tidak disukai dan ia terancam nyawanya di Anatot kota kelahirannya sendiri (Yer 11:18-23).

Yeremia mengeluh pada Tuhan. Ia merasa sudah melayani Tuhan dengan sepenuh hati, namun ia selalu dikejar-kejar untuk dibunuh oleh musuh yaitu umat Allah yang dilayaninya. Yeremia sangat menderita dan ia merasa sendirian dalam ketakutan. Akan tetapi pada akhirnya, Tuhan menyatakan pada Yeremia untuk tetap percaya bahwa Ia senantiasa menyertai dan membebaskannya dari pengejaran tangan-tangan orang fasik (Yer 15:10-21). Nabi yang berikutnya yang juga setia sebagai utusan Tuhan adalah Hosea. Nabi Hosea hidup pada masa pemerintahan raja-raja Yehuda di antaranya: Uzia, Yotam, Ahas, dan Hizkia. Ia juga hidup pada masa pemerintahan Yerobeam bin Yoas, raja Israel. Jadi Hosea hidup pada masa pemerintahan dua kerajaan yaitu Israel dan Yehuda. Hosea diutus oleh Tuhan menjadi penyambung lidahNya. Saat itu bangsa Israel tidak setia pada Tuhan. Keluarga Hosea adalah gambaran Israel yang tidak setia. Tuhan ingin menghukum Israel. Hal yang terjadi pada bangsa Israel adalah adanya praktek persundalan dalam peribadatan. Gomer, istri Hosea adalah wanita sundal yang juga melakukan praktek persundalan di bait suci dengan para imam-imam di tempat itu. Hal seperti inilah yang dikecam Tuhan.

RumahNya dijadikan tempat kotor, dan perzinahan. Selain itu, Israel juga bercabang hati dengan menyembah berhala yaitu Baal (Hos 1:1-9). Nabi berikutnya yang juga setia pada perintah dan tugas perutusan Tuhan adalah Amos. Amos adalah

nabi yang berprofesi sebagai peternak domba dari Tekoa yang hidup pada masa pemerintahan Uzia raja Yehuda dan Yerobeam anak Yoas raja Israel. Amos dipakai Tuhan untuk memperingatkan Israel dan Yehuda akan dosa-dosa mereka. Dosa-dosa Israel di antaranya karena mereka melakukan tindakan ketidakadilan terhadap kaum yang lemah misalnya para budak, merampas harta milik orang lain, bertindak semena-mena terhadap orang miskin dan tak berdaya, juga berzinah. Sedangkan dosa Yehuda adalah mereka melangggar dan tidak patuh pada hukum Tuhan dengan menyembah allah lain/berhala (Am 1:1; 2:4-5; 2:6-16).

Amos dipakai Tuhan untuk memberitahukan kepada kedua bangsa itu bahwa Tuhan murka dan hendak menimpakan celaka kepada mereka kalau mereka tidak bertobat dan kembali kepada Tuhan. Akan tetapi sepak terjang Amos tidak disukai oleh kedua bangsa itu. Maka Amos difitnah oleh seorang imam Betel di Israel bernama Amazia. Amos difitnah bahwa ia melawan pemerintahan Yerobeam raja Israel dan diusir ke Yehuda (Am 7: 10-17). Dengan setia para nabi rela disiksa, disingkirkan, difitnah bahkan ada yang hampir kehilangan nyawa demi tugas perutusannya. Mereka menderita untuk meluruskan jalan Tuhan agar manusia mencapai keselamatan. Pada jaman sekarang sosok seperti para nabi dapat dilihat dalam diri para katekis yang masih dengan setia dalam tugas perutusannya walau situasi lapangan sangat sulit. Mereka membaktikan diri di sekolah-sekolah dan gereja demi terwujudnya warta keselamatan Allah. Kemudian juga seorang guru yang tetap teguh dalam pendirian untuk tidak memakai dunia pendidikan untuk berbisnis dengan menjual buku-buku cetak yang dapat memberatkan siswa. Seorang guru ataupun Katekis itu adalah contoh dari sekian banyak manusia di jaman ini yang mampu mendedikasikan hidupnya demi nilai-nilai luhur kehidupan.

c. Penderitaan demi Orang Lain

Dalam hal ini kisah Paulus bisa dijadikan contoh. Paulus rela menderita demi umatnya di tempat ia mewartakan warta Kerajaan Allah. Paulus pernah dipenjarakan karena kesaksian pewartaannya akan Yesus Kristus (Kis 22:1-22). Tujuan pewartaan Paulus adalah agar semua bangsa yang mendengarkan apa yang dibicarakan tentang Yesus Kristus memperoleh keselamatan dalam namaNya.

Paulus menginginkan semua bangsa dibabtis dalam nama Yesus Kristus sang penyelamat yang telah wafat dan bangkit sehingga umat manusia bisa diselamatkan serta diluputkan dari hukuman akibat kedosaannya. Akan tetapi yang terjadi sebaliknya, Paulus dianggap melawan dan menentang Kaisar, melecehkan bait Allah dan akhirnya ditangkap dan dipenjara. Padahal apa yang dilakukan Paulus semata-mata demi keselasemata-matan semua manusia. Ia ingin agar manusia diselamatkan dalam nama Kristus.

Contoh lain lagi yang paling nyata dan paling menakjubkan adalah peristiwa pengorbanan yang dilakukan oleh Sang Putra Allah sendiri yaitu Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah manusia sejati yang menderita. Ia tidak bersalah namun taat secara total pada kehendak Bapa di sorga untuk menjadi penyelamat bagi umat manusia. Ia sangat mencintai manusia. Hanya cinta Yesuslah yang bisa menolong manusia keluar dari kedosaan dan bersatu kembali dengan Bapa. Dalam konteks jaman sekarang dapat disaksikan dari perjuangan para biarawan/biarawati yang setia pada panggilan hidupnya dan berkarya di daerah pedalaman seperti Papua, Kalimantan, dan sebagainya. Mereka dengan rela hati meninggalkan segala miliknya di dunia agar umat yang dilayaninya dapat merasakan betapa besar cinta Tuhan dalam hidup manusia. Mereka rela menjadi jembatan menuju kasih Tuhan.

2. Penderitaan yang Disebabkan oleh Orang Lain

Budi Kleden (2006: 18) memaparkan pemikiran Leibniz dan Kant yang menyebut penderitaan yang disebabkan oleh orang lain dengan istilah malum morale yang artinya keburukan moral. Keburukan moral ini ditimpakan oleh manusia kepada manusia lain, biasanya yang berada di bawah, contohnya adalah perang, ketidakadilan, kekerasan, dan penindasan Penderitaan manusia disebabkan orang lain ini sampai sekarang masih bisa terlihat jelas, seperti di Indonesia.

Situasi ketidakadilan merebak di mana-mana, masalah kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak, diskriminasi agama sehingga manusia tidak nyaman untuk beribadah dan memuji Tuhan seperti yang terjadi pada tahun 2000 yaitu peledakan bom di gereja Katolik Paroki Santa Anna Duren Sawit Jakarta Timur, masalah GAM, kasus Poso dan Ambon. Semua itu membuat manusia menderita karena kehilangan keluarga, harta benda dan masa depan mereka. Masalah lain lagi yang sampai sekarang belum terpecahkan yaitu budaya KKN yang dilakukan oleh sebagian aparatur pemerintahan yang membuat rakyat menderita. Masalah Lumpur Lapindo juga tidak bisa dilewatkan begitu saja. Banyak rakyat Sidoarjo Jawa Timur kehilangan tempat tinggal. Mereka selalu menerima janji-janji dari pihak PT Lapindo bahwa kehidupan mereka akan dijamin dengan baik namun sampai sekarang tidak ada bukti pemenuhan janji yang nyata. Semuanya hanya angin lalu. Selanjutnya peristiwa lain yang terjadi adalah peristiwa mahasiswa IPDN yang meninggal karena penganiayaan yang dilakukan oleh senior mereka. Keluarga yang ditinggalkan tentu saja menderita karena kehilangan orang yang mereka cintai. Pihak universitas juga menderita karena pamor kampus menjadi jatuh. IPDN dicap sebagai kampus yang mencetak kader-kader pemerintahan yang tidak berperikemanusiaan.

3. Penderitaan karena Bencana

Budi Kleden (2006: 18) memaparkan pemikiran Leibniz dan Immanuel Kant menyebut penderitaan akibat bencana sebagai malum physicum yang artinya keburukan alamiah. Keburukan yang terletak pada kenyataan negatif yang ditimpakan alam kepada manusia misalnya bencana alam seperti banjir bandang, kecelakaan transportasi, gempa bumi, gunung meletus, angin puting beliung.

Semua hal di atas merupakan penderitaan yang disebabkan oleh faktor alam. Reaksi spontan yang dialami manusia ketika mendengar berita tentang bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda Aceh dan Sumatra Utara pada tanggal 26 Desember 2004 adalah kegoncangan perasaan yang dapat disebut sebagai rasa duka yang dalam. Orang merasa shock dan tergoncang. Ada yang menangis, menatap kosong dan terpekur, ada pula yang menguntai doa. Dalam peristiwa ini, manusia bertanya-tanya bahkan ada yang protes menanyakan keberadaan Tuhan. Mereka bertanya mengapa Tuhan seolah-olah diam saja membuat manusia menjadi kehilangan pegangan hidup.

4. Penderitaan Karena Penyakit

Orang sakit adalah orang yang tidak kuat mengurus hidupnya sendiri karena fisik atau badannya tidak mampu untuk melakukannya. Dalam keadaan seperti ini perhatian dan bantuan orang lain sungguh sangat membantu si sakit menjalani masa sakitnya itu (Heru Ismadi, 1994: 16).

Orang sakit sangat menderita karena penyakitnya. Ia membutuhkan uluran tangan sesama baik berupa materi seperti keuangan untuk biaya pengobatan maupun perhatian lebih seperti rasa solider berupa doa dan penghiburan. Orang yang sakit

biasanya sensitif terutama dalam segi emosi. Maka si sakit juga membutuhkan pengertian dari orang-orang di sekitarnya. Dari penderitaan akibat penyakit yang penulis paparkan di atas, ada penyakit-penyakit tertentu yang membuat manusia semakin menderita sebab bukan hanya fisiknya saja yang sakit namun juga batinnya dalam arti si sakit justru dikucilkan, dijauhi, bahkan dicemooh karena penyakitnya. Hal ini seperti yang dikisahkan Frans De Sales (1994: 18-19) tentang pengalaman nyata seorang pemuda pengidap AIDS.

Dikisahkan bahwa seorang pemuda mengalami pergulatan karena penyakitnya. Ketika masih sehat, dia hidup dalam pergaulan yang bebas. Sekarang ia mengidap penyakit AIDS. Ia dikucilkan karena penyakitnya sebab penyakit ini diidentikkan dengan dosa yang menjijikkan. Padahal, ia ingin bertobat dan ingin memperbaiki hidup sebelum ajal menjemputnya. Namun masyarakat sekitar tidak memberikan kesempatan kepadanya. Padahal si sakit sangat membutuhkan perhatian serta pengertian orang-orang di sekitarnya agar ia mampu bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya.

Selain itu, penderita penyakit ini membutuhkan peneguhan serta kekuatan iman dalam menghadapi maut karena penyakit ini belum ada obatnya dan biasanya suatu saat penderita akan menghadapi kematian. Namun begitulah masyarakat bahkan orang Katolik sendiri masih memandang miring penyakit ini. Itulah mengapa sebabnya penderita AIDS sangat menderita. Ia tidak hanya menderita secara fisik karena sistem kekebalan tubuhnya menurun tetapi juga penderitaan batinn karena cenderung ditolak sesamanya.

C. Penderitaan Yesus Sebagai Inspirasi Untuk Memaknai Penderitaan Orang

Dokumen terkait