• Tidak ada hasil yang ditemukan

Allah, Pencipta

Dalam dokumen KATEKISMUS GEREJA KERASULAN BARU (Halaman 87-92)

Allah Tritunggal

3.3 Allah, Bapa

3.3.1 Allah, Pencipta

“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kej. 1:1) Pernyataan dari ayat pertama Kitab Suci ini mengungkapkan suatu kebenaran yang mendasar, yang kita akui di dalam Pasal Kepercayaan pertama. Allahlah yang telah menciptakan (alam) langit dan (alam) bumi, dan Dia, yang melakukan demikian, telah menempatkan bumi (dunia) di alam semesta: Di sinilah Allah menjadi manusia.

Segala sesuatu yang ada berasal dari aktivitas Allah yang berdaya cipta. Di satu sisi, Allah telah menciptakan dari ketiadaan (“creatio ex nihilo”) dan tanpa pola, yaitu dengan cara yang benar-benar bebas: “Allah ... yang menjadikan ... apa yang tidak ada menjadi ada” (Rm. 4:17; band. dengan Ibr. 11:3). Di sisi lain, Ia juga telah membentuk hal-hal dan makhluk hidup dari materi yang telah diciptakan-Nya (band. dengan Kej. 2:7,8,19). Segala yang diciptakan tunduk kepada-Nya.

Ciptaan dan tatanannya memberikan kesaksian tentang kebijaksanaan Allah, yang besarnya tidak dapat dibayangkan oleh manusia. Dengan kagum pemazmur berseru: “Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan de-90

3.3 Allah, Bapa

ngan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu” (Mzm. 104:24).

Perjanjian Baru menyatakan, bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu me-lalui Putra-Nya. Hal ini timbul terutama dari awal Injil Yohanes “Pada mulanya ada-lah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Alada-lah dan Firman itu adaada-lah Alada-lah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan” (Yoh. 1:1–3, band. Kol. 1:16; Yes. 1:2; lihat 3.4.2). Sebagaimana Bapa dan Putra, Roh Ku-dus juga adalah Pencipta. Ini tersirat di dalam firman: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” (Kej. 1:26).

Melalui firman-Nya, Allah Tritunggal telah menciptakan dunia materiil. Ia mempertahankan keberadaannya dan memerintahnya. Dengan demikian pen-ciptaan tidak hanya memuat misteri asal-usul dan awal-mula, melainkan juga ke-lanjutan dan masa depan. Segala sesuatu menunjukkan pemeliharaan Pencipta yang terus-menerus: “Sebab Engkau mengasihi segala yang ada, dan Engkau tidak benci kepada barang apapun yang telah Kaubuat. Sebab andaikata sesuatu Kaubenci, nis-caya tidak Kauciptakan. Bagaimana sesuatu dapat bertahan, jika tidak Kau ke-hendaki, atau bagaimana dapat tetap terpelihara, kalau tidak Kaupanggil? Engkau menyayangkan segala-galanya sebab itu milik-Mu adanya, ya Penguasa penyayang hidup! Roh-Mu yang baka ada di dalam segala sesuatu” (Keb. 11:24–12:1).

RINGKASAN

Allah menyatakan diri-Nya sebagai Bapa dengan cara yang unik dan tak tertandingi di dalam penjelmaan Allah, Putra. (3.3)

Jika istilah “Bapa” dihubungkan dengan Allah, ini berkaitan dengan aspek-aspek cipta-an-Nya, kekuasacipta-an-Nya, dan pemeliharaan-Nya yang penuh kasih. (3.3)

Melalui firman-Nya, Allah telah menciptakan semua yang ada. Di satu sisi, Allah telah menciptakan dari ketiadaan dan tanpa pola. Di sisi lain, Ia juga menjadikan hal-hal dan makhluk hidup dari materi yang telah diciptakan-Nya. Segala ciptaan tunduk ke-pada-Nya. Ia memelihara ciptaan dan memerintahnya. (3.3.1)

3 Allah Tritunggal

3.3.1.1 Ciptaan yang tidak kelihatan

Kitab Suci memberikan berbagai petunjuk tentang suatu dunia yang tidak kelihat-an, yaitu alam-alam, peristiwa-peristiwa, keadaan-keadaan dan makhluk-makhluk di luar dunia materi. Itu telah diciptakan oleh Allah dan disebut “ciptaan yang tidak kelihatan”. Terkadang istilah “alam baka” juga digunakan untuk menekankan bahwa ciptaan yang tidak kelihatan berada di luar pemahaman manusia. Sebagaimana Allah sendiri, misteri-misteri ciptaan yang tidak kelihatan berada di luar penge-tahuan manusiawi. Tetapi, melalui penyataan-penyataan ilahi, adalah mungkin bagi manusia untuk mendapatkan pengertian yang mendalam tentang ciptaan yang ti-dak kelihatan.

Dunia yang tidak kelihatan sebenarnya tidak dapat digambarkan dengan tepat dengan istilah-istilah manusiawi, karena istilah-istilah ini berdasarkan pada ling-kup pengalaman manusiawi (yang kelihatan). Namun, Kitab Suci menggunakan istilah-istilah ini, untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang dunia yang tidak kelihatan dalam bahasa kiasan.

Berdasarkan peristiwa alkitabiah, kita dapat menyimpulkan bahwa ciptaan yang tidak kelihatan termasuk kerajaan, di mana Allah memerintah pada takhta-Nya (band. Why. 4 dan 5), para malaikat (lihat 3.3.1.1.1), jiwa manusia yang tidak dapat mati (lihat 3.3.4), demikian juga kerajaan kematian (lihat 9). Iblis, penentang Allah dan musuh manusia, serta para pengikutnya juga termasuk pada dunia yang tidak kelihatan, meskipun mereka tidak diciptakan sebagai yang jahat (lihat 4.1 dan 4.1.2).

3.3.1.1.1 Para malaikat

Istilah malaikat adalah terjemahan dari kata “malak” dalam bahasa Ibrani atau “angelos” dari bahasa Yunani. Di sana-sini, kedua kata ini digunakan di dalam ma-sing-masing teks Kitab Suci bahasa Ibrani atau Yunani dengan makna umum “utus-an, yang diutus”, tetapi terutama kedua kata ini digunakan untuk menunjuk pada para utusan surgawi Allah.4

92

4 Satu contoh dalam Kitab Suci di mana manusia-manusia juga digambarkan sebagai “malaikat”, dapat dijumpai di dalam Wahyu 2 dan 3. Para malaikat jemaat yang disebutkan hendaknya dipahami sebagai peng-hantar jemaat.

3.3 Allah, Bapa

Tugas malaikat adalah untuk menyembah Allah, untuk melaksanakan perintah-Nya dan dengan demikian melayani-perintah-Nya. Dalam kasus-kasus tertentu, jika Allah menghendaki, para malaikat dapat terlihat. Kitab Suci memberitakan bahwa para malaikat menyampaikan pesan-pesan kepada manusia atas perintah Allah. Berkali-kali disaksikan bahwa para malaikat juga ditugaskan oleh Allah untuk melayani ma-nusia dengan menawarkan kepada mereka pertolongan atau perlindungan. “Bukan-kah mereka semua adalah roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani me-reka yang harus memperoleh keselamatan?” (Ibr. 1:14). Matius 18:10 menunjukkan, bahwa bagi anak-anak, para malaikat ditugaskan senantiasa melihat wajah Allah.

Pelayanan yang dilakukan oleh para malaikat bagi manusia senantiasa berdasar-kan kehendak Allah. Oleh karena itu, buberdasar-kan untuk para malaikat, melainberdasar-kan untuk Allah saja rasa syukur atau penghormatan diberikan: “Aku ini Rafael, satu dari ke-tujuh malaikat yang melayani di hadapan Tuhan yang mulia. […] Bukan karena kerelaanku sendirilah terjadi demikian, melainkan karena kehendak Allah. Maka pujilah Dia seumur hidup, bernyanyi-nyanyilah kepada-Nya” (Tob. 12:15,18).

Rumusan “sejumlah besar bala tentara sorga” di dalam Lukas 2:13 memberikan kesan yang jelas tentang sejumlah besar malaikat. Petunjuk yang sama juga ada di dalam Matius 26:53, di mana Yesus menyatakan bahwa Bapa-Nya bisa saja segera mengirim kepada-Nya lebih dari dua belas pasukan malaikat. Para malaikat di-gambarkan sebagai “pahlawan-pahlawan perkasa” (Mzm. 103:20) dan sebagai mak-hluk yang kudus dan agung. Mereka juga dapat menimbulkan keterkejutan dan ke-takutan pada manusia (band. dengan Luk. 1:11,12,29; 2:9,10).

Selain itu, Kitab Suci memberitakan tentang kerub-kerub, yang menjaga jalan masuk menuju pohon kehidupan setelah manusia jatuh ke dalam dosa (Kej. 3:24), dan tentang Serafim yang dilihat oleh Nabi Yesaya di dalam suatu penglihatan, ba-gaimana mereka melayani pada takhta Allah (band. dengan Yes. 6:2–7).

Dari peristiwa alkitabiah tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa ada tingkat-an-tingkatan di dalam dunia malaikat: Kita membaca tentang Mikhael, Pemimpin Terkemuka atau Penghulu Malaikat (band. dengan Dan. 10:13; 12:1; Yud. 9), begitu juga tentang Gabriel dan Rafael, yang berdiri di hadapan Allah (band. dengan Luk. 1:19; Tob. 12:15) dan dengan demikian kelihatannya menduduki suatu posisi yang tinggi. Kitab Suci tidak memberikan penjelasan-penjelasan yang khusus bagaimana dunia malaikat ditata.

Kasih Allah kepada manusia ditunjukkan dengan kenyataan bahwa Ia juga memperkenankan malaikat untuk melayani manusia.

3 Allah Tritunggal

3.3.1.1.2 Makna dunia yang tidak kelihatan untuk kehidupan

manusia

Kepercayaan, bahwa jiwa dan roh terus ada untuk selama-lamanya di alam barzakh setelah kematian tubuh, sangatlah penting bagi manusia (band. dengan 1 Ptr. 3:19; 1 Kor. 15). Sikap seseorang terhadap Allah selama hidup di bumi, memiliki akibat-akibat untuk keberadaannya di alam barzakh. Pengertian ini dapat membantu sese-orang untuk melawan godaan-godaan iblis dan untuk menjalani suatu kehidupan yang memperoleh perkenan Allah.

Dalam arti ini, adalah bermanfaat untuk menyibukkan diri dengan perkara-perkara yang berkaitan dengan alam barzakh, dan yang tidak kelihatan. Di sisi lain, mengenai seseorang dengan yang tidak kelihatan melalui cara memanggil roh atau bertanya kepada arwah tidaklah sesuai dengan kehendak Allah (band. dengan Ul. 18:10,11; 1 Sam. 28).

Rasul Paulus menjelaskan makna perihal yang tidak kelihatan: “Sebab penderita-an ringpenderita-an ypenderita-ang sekarpenderita-ang ini, mengerjakpenderita-an bagi kami kemuliapenderita-an kekal ypenderita-ang me-lebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami ti-dak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang ke-lihatan adalah sementara, sedangkan yang tak keke-lihatan adalah kekal” (2 Kor. 4: 17,18).

RINGKASAN

Suatu dunia yang tidak kelihatan (ciptaan yang tidak kelihatan, alam barzakh) kali-kali disaksikan di dalam Kitab Suci. Ini termasuk kerajaan di mana Allah ber-takhta, para malaikat, jiwa manusia yang tidak dapat mati, demikian juga kerajaan ke-matian. Iblis dan para pengikutnya juga termasuk pada dunia yang tidak kelihatan. (3.3.1.1)

Para “malaikat” terutama dipahami sebagai para utusan Allah yang bertugas untuk menyembah Allah, menjalankan perintah yang diberikan kepada mereka, dan berar-ti melayani-Nya. Menurut gambaran di dalam Alkitab, terdapat berar-tingkatan-berar-tingkatan tertentu di dalam dunia malaikat, “Pemimpin Terkemuka” atau “Penghulu Malaikat”. Kitab Suci tidak memberikan penjelasan-penjelasan yang khusus bagaimana dunia malaikat ditata. (3.3.1.1.1)

3.3 Allah, Bapa

Di dunia yang tidak kelihatan, jiwa dan roh manusia terus ada untuk selama-lamanya setelah kematian tubuh. Pemahaman ini dapat membantu manusia untuk bertahan di dalam pencobaan-pencobaan dan untuk menjalani suatu kehidupan yang memper-oleh perkenan Allah. (3.3.1.1.2)

3.3.1.2 Ciptaan yang kelihatan

Kitab Suci memberikan kesaksian, bahwa Allah telah menciptakan dunia yang ke-lihatan dalam enam “hari penciptaan”. Hal ini jangan dipahami sebagai ukuran waktu tertentu. Alkitab memberitakan, bagaimana semua yang dapat dilihat oleh manusia telah menjadi ada: Allah adalah Pencipta dari semua kenyataan yang dapat dilihat. Dengan firman-Nya, langit dan bumi, terang, bentuk bumi, matahari, bulan dan bintang, tumbuhan dan hewan serta manusia telah diciptakan – yang semuanya “sungguh amat baik” (band. dengan Kej. 1:31).

Meskipun ciptaan juga di bawah pengaruh kejatuhan ke dalam dosa, tetapi cipta-an tetap memperoleh penilaicipta-an ycipta-ang umumnya positif dari Allah. Antara lain, hal ini ditunjukkan oleh kenyataan bahwa Ia menjaga tatanan, yang telah Ia berikan ke-pada ciptaan (band. dengan Kej. 8:22). Dengan demikian ciptaan yang kelihatan – bahkan di dalam keadaan kejatuhannya – memberikan kesaksian yang mengesan-kan tentang Allah, Pencipta (Rm. 1:20). Allah juga masuk ke dalam dunia materi melalui penjelmaan-Nya menjadi manusia.

Allah telah menentukan lingkungan hidup bagi manusia dan memberikan ke-pada mereka mandat untuk menguasai bumi dan untuk melindunginya (band. de-ngan Kej. 1:26–30; Mzm. 8:7). Manusia bertanggung jawab kepada Allah, Pencipta atas tindakan-tindakan mereka terhadap ciptaan. Manusia diperintahkan untuk memperlakukan semua kehidupan dan lingkungan hidup mereka dengan rasa hor-mat.

Dalam dokumen KATEKISMUS GEREJA KERASULAN BARU (Halaman 87-92)