• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum dan Injil

Dalam dokumen KATEKISMUS GEREJA KERASULAN BARU (Halaman 185-190)

Umat manusia yang memerlukan kelepasan

4 Umat manusia yang memerlukan kelepasan Manusia telah jatuh ke dalam dosa dan karena itu memerlukan kelepasan dari si

4.8 Hukum dan Injil

Ketaatan yang ketat terhadap hukum Musa dan penyelidikan mengenai isinya ada-lah makna utama di dalam perjanjian lama (lihat 4.7.1).

Istilah “Injil” berarti “kabar baik”. Namun, ini bukanlah satu-satunya cara Per-188

janjian Baru memahami istilah tersebut. Istilah ini telah disebutkan di dalam Per-janjian Lama, misalnya di dalam Yes. 61:1: “Roh Tuhan Allah ada padaku, oleh rena Tuhan telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan ka-bar baik kepada orang-orang sengsara” (band. Luk. 4:18).

Di dalam Perjanjian Baru “Injil” dipahami sebagai aktivitas Allah yang me-nyelamatkan di dalam Yesus Kristus, dari kelahiran-Nya, kematian-Nya pada kayu salib, sampai pada kebangkitan-Nya dan akhirnya kedatangan-Nya kembali. Unsur-unsur penting Injil digambarkan Rasul Paulus: “Sebab yang sangat penting telah ku-sampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikubur-kan, dan bahwa Ia telah dibangkitdikubur-kan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya” (1 Kor. 15:3-5).

Jadi Injil mengungkapkan tindakan keselamatan Yesus Kristus, yang tidak dapat direlatifkan atau dikurangi sedikitpun. Injil memberitakan, bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan menuju keselamatan.

Sementara ada ketegangan tertentu antara hukum dan Injil, keduanya menyata-kan kehendak Allah yang menyelamatmenyata-kan. Amenyata-kan tetapi, hukum Musa berorientasi pada pilihan pada waktu itu, yaitu umat Israel, sedangkan Injil berlaku secara uni-versal.

Namun, orang tidak dapat menyetarakan hukum dengan Perjanjian Lama saja dan Injil dengan Perjanjian Baru saja: Kedua bagian dari Kitab Suci berisi unsur-unsur hukum dan Injil. Namun demikian, intisari hukum dan Injil di dalam Per-janjian Lama hanya dapat dibuka dengan kunci pengertian PerPer-janjian Baru. Injil, yang memenuhi Kitab Suci, adalah “pemberitaan tentang salib” (1 Kor. 1:18), “beri-ta pendamaian” (2 Kor. 5:19).

4.8.1 Hukum Kristus – kasih karunia

Di dalam penjelasan-penjelasannya tentang kebenaran, yang dihasilkan oleh iman, Rasul Paulus mengutip ayat-ayat dari nabi-nabi Perjanjian Lama, yakni Yes. 28:16 dan Yl. 3:5. Ia menuliskan: “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. Karena Ki-tab Suci berkata: ‘Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.’ Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah 4.8 Hukum dan Injil

pendosa hampir tidak dapat diungkapkan secara jelas. Di sini kita tidak dapat men-deteksi apapun mengenai keunggulan yang diharapkan dari orang-orang yang taat hukum atas orang-orang fasik. Dengan demikian, sudah sejak masa Perjanjian La-ma, ada beberapa orang yang mengenali kebutuhan mereka akan kelepasan.

Yesaya 49 sampai 56 juga dapat dipahami sebagai penantian akan pesan ke-murahan Injil. Kita baca di dalam Yes. 53:4-6: “Tetapi sesungguhnya, penyakit kita-lah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, […] ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilur-nya kita menjadi sembuh. […] tetapi TUHAN telah menimpakan kepadabilur-bilur-nya ke-jahatan kita sekalian.”

Bahkan sebagaimana perjanjian lama telah mengandung petunjuk mengenai Injil, demikian juga perjanjian baru yang merujuk pada hukum adalah bagian dari pemberitaan Injil. Analisa sungguh-sungguh mengenai hukum dan penafsirannya yang baru dapat ditemukan di dalam Injil-injil, begitu juga di dalam surat-surat pa-ra Rasul.

Ini bukan soal membatalkan hukum, melainkan mengenai pemahamannya yang benar, yang hanya dinyatakan oleh Injil Yesus Kristus: “Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman. Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya” (Rm. 3:30-31).

Kristus adalah penggenapan dan tujuan hukum. Dengan demikian, pengertian hukum sebagai jalan menuju keselamatan juga telah sampai pada akhirnya (Rm. 10: 4-5).

Sementara di dalam perjanjian lama dianggap bahwa hukum akan membawa pada kehidupan dan untuk mengalahkan dosa, Rasul Paulus menjadikan sangat je-las, bahwa hukum hanya membawa pada pengenalan akan dosa: “Sebaliknya, jus-tru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: ‘Jangan mengingini!’” (Rm. 7:7). 190

Sementara hukum Musa, di satu sisi, dimaksudkan untuk membuat manusia sa-dar akan kenyataan bahwa mereka adalah pendosa, di sisi lain, itu juga memberikan petunjuk-petunjuk untuk perilaku yang benar. Yesus Kristus meringkas isi hukum Musa yang berlaku terus dan perlu dengan perintah-Nya untuk mengasihi Allah dan sesama (Mat. 22:37-40).

Sesuai dengan itu, “hukum Kristus” menarik unsur-unsur penting dari hukum Musa – yakni perlunya mengasihi Allah dan sesama (Ul. 6:5; Im. 19:18) – dan me-negaskan fungsi-fungsi dasarnya. Konteks ini membuat jelas perbedaan dan keter-kaitan antara hukum dan Injil.

Orang-orang saleh perjanjian lama berharap bahwa usaha, untuk menggenapi hukum Musa akan membawa mengalahkan dosa. Tetapi, hal ini tidak mungkin di-capai. Hanya di dalam “Hukum Kristus”, mengalahkan dosa menjadi nyata.

Manusia yang diampuni dibenarkan di hadapan Allah; pembenaran para pen-dosa adalah hasil dari kurban Kristus: “Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggar-an semua orpelanggar-ang beroleh penghukumpelanggar-an, demikipelanggar-an pula oleh satu perbuatpelanggar-an ke-benaran semua orang beroleh pemke-benaran untuk hidup” (Rm. 5:18).

4.8.2 Hubungan antara iman dan pekerjaan-pekerjaan

Manusia dibenarkan melalui iman kepada Yesus Kristus. Oleh karena itu, pekerjaan yang mereka lakukan, sama sekali tidak memberikan sumbangan untuk pengudus-an dpengudus-an pembenarpengudus-an mereka: “Karena kami yakin, bahwa mpengudus-anusia dibenarkpengudus-an kare-na iman, dan bukan karekare-na ia melakukan hukum Taurat” (Rm. 3:28).

Meskipun demikian, iman dan pekerjaan-pekerjaan berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain: pekerjaan-pekerjaan yang baik merupakan ungkapan dari iman yang hidup. Jika itu tidak ada, maka iman mati. Iman juga bu-kan hanya sikap rohani, melainbu-kan juga tenaga yang mendorong untuk melakubu-kan perbuatan-perbuatan tertentu (Yak. 2:15-17).

Pekerjaan-pekerjaan yang baik bersumber dari iman. Itu, boleh dikatakan, me-rupakan ungkapan iman yang kelihatan, yang dengannya kenyataan iman sese-orang dapat dikenali. Iman menyatakan diri terutama di dalam kasih kepada Allah dan perilaku kasih terhadap sesama.

Sebagaimana iman dan pekerjaan-pekerjaan, pembenaran dan tindakan pe-ngudusan terbilang bersama-sama dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Sebagaimana telah ditunjukkan mengenai Injil di dalam Perjanjian Lama, demikian juga disebutkan tentang hukum di dalam pemberitaan Injil di dalam Perjanjian Baru. Yesus Kristus meringkas unsur-unsur yang senantiasa berlaku dan perlu dari hukum Musa menjadi hukum kasih kepada Allah dan sesama. Dengan demikian “Hukum Kristus” mengambil unsur-unsur penting dari hukum Musa. (4.8.1)

Manusia dibenarkan melalui iman kepada Yesus Kristus. Dalam hal ini, pekerjaan yang manusia lakukan tidak memberikan sumbangan untuk pengudusan dan pem-benarannya. Meskipun demikian iman dan pekerjaan – pembenaran dan tindakan pengudusan – terbilang bersama-sama. Pekerjaan baik bersumber dari iman. Pekerja-an baik itu, boleh dikatakPekerja-an, adalah ungkapPekerja-an yPekerja-ang kelihatPekerja-an. (4.8.2)

Bagian 5

5

Dalam dokumen KATEKISMUS GEREJA KERASULAN BARU (Halaman 185-190)