• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

4.4. Penentuan Input dan Output

4.4.1. Alokasi Biaya ke dalam Komponen Domestik dan Asing

Menurut Pearson et al. (1976) dalam Saptana et al. (2001), ada dua pendekatan yang digunakan untuk mengalokasikan biaya ke dalam komponen domestik dan asing, yaitu pendekatan total dan pendekatan langsung. Pendekatan langsung mengasumsikan bahwa seluruh biaya input tradable, baik diimpor maupun produksi domestik dinilai sebagai komponen biaya asing. Pendekatan ini digunakan apabila tambahan permintaan input tradable baik barang yang diimpor maupun produksi domestik dapat dipenuhi dari perdagangan internasional. Pendekatan total mengasumsikan bahwa setiap biaya dari input tradable produksi domestik dibagi ke dalam komponen biaya domestik dan asing, dan penambahan input tradable dapat dipenuhi dari produksi domestik jika input itu memiliki kemungkinan untuk diproduksi dalam negeri. Pendekatan ini lebih tepat digunakan dalam analisis dampak kebijakan pemerintah atau untuk memperkirakan biaya ekonomi atau sosial dari struktur proteksi yang dilakukan oleh pemerintah. Analisis daya saing atau keunggulan komparatif dan kompetitif komoditas ikan patin pada penelitian ini mengggunakan pendekatan total.

1) Alokasi Biaya Produksi

Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan secara tunai maupun yang diperhitungkan untuk menghasilkan komoditas akhir yang siap dipasarkan atau dikonsumsi. Penentuan alokasi biaya produksi ke dalam komponen asing (tradable) dan domestik (nontradable) didasarkan atas jenis input dan penilaian biaya input tradable dan nontradable dalam total biaya input. Alokasi biaya produksi ke dalam komponen domestik dan asing disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9. Alokasi Biaya Produksi ke dalam Komponen Domestik dan Asing pada Sistem Usahatani Pembenihan Ikan Patin di Lokasi Penelitian, Tahun 2008 dan 2009.

Keterangan Domestik (%) Asing (%)

Biaya Pemeliharaan Induk

1. Pelet 7,6 92,4

2. Penyusutan Jaring Induk 100 0

a. Jaring Induk 100 0 b. Induk 93,5 6,5 3. TK Tetap 100 0 Biaya Penyuntikan 1. Ovaprim 39,5 60,5 2. Alat Suntik 42,3 57,7 3. Tenaga Kerja 100 0 Pemeliharaan Larva 1. Artemia 7,6 92,4 2. Cacing Tubifex 100 0 3. Pelet 7,6 92,4 4. Minyak Tanah 64,92 35,08 5. Bensin 64,92 35,08 6. Blitz ICH 39,5 60,5 7. Batu Aerasi 88,4 11,6 8. Corong 86,33 13,67 9. Serokan larva 100 0 10. TK Tukang 100 0 11. Penyusutan Peralatan a. Akuarium 100 0 b. Blower 38 62 c. Selang 86,33 13,67 e. Genset 85 15 f. Hi Blow 38 62 g. Rak Kayu 100 0 h. Kompor 100 0 i. Terpal 100 0 j. Jet Pam 38 62 Penetasan Artemia 1. Garam 100 0 2. Penyusutan Ember 100 0

Tabel 9. Lanjutan Pemanenan Larva 1. Serokan 100 0 2.. Penyusutan Peralatan a. Tabung gas 100 0 b. Baskom 100 0 c. Fiber 100 0 BIAYA OPERASIONAL 1. Telepon 100 0 2. Listrik 100 0

3. Sewa Rumah + lahan 100 0

BUNGA MODAL 100 0

BIAYA TATANIAGA

Penanganan 100 0

Sumber : Tabel Input-Output (2005), diolah

Metode perhitungan komponen domestik-asing dengan Tabel Input Output 2005:

% komponen asing nilai komponen produk domestik nilai komponen total x % % komponen asing nilai komponen produk asing nilai komponen total x % Keterangan:

Tabel 2 : Transaksi Total Atas Dasar Produsen – mencari komponen asing (nilai total - nilai domestik)

Tabel 4 : Transaksi Domestik Atas Dasar produsen – mencari komponen domestik Kolom : Input yang digunakan dalam usahatani

Baris : Bidang usahatani

2) Alokasi Biaya Tataniaga

Biaya tataniaga adalah biaya yang dikeluarkan untuk menambah nilai atau kegunaan suatu barang, yaitu kegunaan tempat, bentuk, dan waktu. Biaya tataniaga terbagi atas biaya biaya pengangkutan (transportasi) dan penanganan. Biaya pengangkutan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut barang dari produsen atau petani sampai ke eksportir, dimana pihak perusahaan tidak mengeluarkan biaya pengangkutan karena hasil produksi diambil oleh broker langsung di perusahaan. Biaya penanganan meliputi kegiatan sortir benih

dan pengepakan. Alokasi biaya tataniaga (penanganan) dimasukkan ke dalam komponen domestik 100% dan komponen asing 0% (Tabel Input Output, 2005).

4.4.2. Penentuan Harga Bayangan Input Output

Harga bayangan adalah harga yang terjadi dalam suatu perekonomian apabila pasar berada dalam kondisi persaingan sempurna dan dalam kondisi keseimbangan (Gittiger, 1986). Dalam pasar yang bersaing, biaya oportunitas suatu barang akan menjadi harga bayangan barang tersebut. Akan tetapi sulit menentukan harga oportunitas suatu barang. Oleh karena itu, untuk memperoleh nilai yang mendekati biaya imbangan bayangan atau harga bayangan perlu dilakukan penyesuaian terhadap harga yang berlaku di pasar, diantaranya dengan mengurangkan pajak tidak langsung atau menambahkan subsidi dari harga yang berlaku di pasar.

Menurut Monke dan Pearson (1989), cara untuk menentukan harga internasional dari suatu barang yang tradable yaitu dengan menggunakan harga paritas ekspor (fob) untuk barang yang exportable dan harga paritas impor (cif) untuk barang yang importable. Fob merupakan syarat penyerahan barang dimana penjual hanya menanggung biaya pengangkutan sampai dengan pelabuhan muat penjual, sisanya ditanggung pembeli. Cif adalah syarat penyerahan barang dimana penjual harus menanggung biaya pengangkutan dan asuransi atas suatu komoditas.

Ada beberapa cara untuk menentukan harga paritas yaitu: (i) nilai fob atau cif dari publikasi statistik atau statistik perdagangan internasional (ii) bila data tidak dapat diperoleh dari pusat statistik dalam negeri, bisa diperoleh dari publikasi statistik negara tetangga, kelompok industri, atau lembaga-lembaga

internasional seperti IMF, World Bank, ADB, dan lainnya (iii) bila diketahui kegagalan pasar tidak terjadi dan semua kebijakan diketahui dengan jelas dan dampaknya bisa diukur, maka harga sosial bisa dihitung dengan mengurangkan dampak divergensi dari harga privat.

Penentuan harga bayangan barang-barang nontradable, menurut Monke dan Pearson, 1989 berdasarkan langkah-langkah berikut: (i) menghitung opprtunity cost dari barang nontradable tersebut, namun cara ini sulit dilakukan, (ii) mengoreksi ada tidaknya divergensi baik yang disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah yang distorsif, ada tidaknya kegagalan pasar seperti struktur pasar monopoli, monopsoni, dan lain-lain; eksternalitas negatif atau positif, dan ketidaksempurnaan kelembagaan, (ii) apabila dampak divergensi tidak dapat diestimasi maka menggunakan harga barang substitusinya, (iii) jika langkah tersebut juga sulit untuk dilakukan maka gunakan harga barang/substitusinya di negara tetangga.

1) Menentukan Harga Bayangan Output

Pasar benih patin mendekati pasar persaingan sempurna. Hal ini karena harga benih patin ditentukan oleh penawaran dan permintaan pasar, antar petani benih patin saling bersaing dalam harga, banyaknya jumlah produsen maupun konsumen benih patin. Oleh karena itu,harga sosial benih patin sama dengan harga finansialnya.

2) Menentukan Harga Bayangan input a) Induk

Harga bayangan induk patin didekati dengan fob Vietnam sebesar US$ 830/ton18 ditambahkan dengan freight (biaya pengapalan) sebesar 10% dan biaya transportasi 0,5%19 sehingga harga cif Indonesia atas ikan patin tersebut yaitu US$ 917,57/ton. Selanjutnya nilai ini dikalikan dengan SER tahun 2008 sehingga nilai induk ikan masing-masing tahun yaitu Rp 8.997.798/ton dan Rp 9.544.713/ton. Nilai-nilai tersebut ditambahkan dengan biaya tataniaga dan penanganan sehingga menghasilkan harga bayangan induk sebesar Rp 9.249,45/kg. Bobot tiap induk ikan patin rata-rata 3 kg, sehingga tiap ekor induk memiliki harga bayangan Rp 27.748 (Lampiran 15).

b) Harga Bayangan Pakan

Harga bayangan untuk komponen pakan berupa pelet berdasarkan harga privat di lokasi penelitian. Hal ini didasari asumsi bahwa border price hanya pada komponen atau bahan baku pembuatan pelet yaitu tepung ikan sehingga sulit menentukan harga bayangan berdasarkan border price bahan baku. Oleh karena itu, harga bayangan pakan diperoleh dari harga finansial dikurangkan dengan PPN sebesar 10%. Harga bayangan pakan cacing tubifex juga didekati dengan harga finansial karena cacing tubifex diperoleh secara domestik dan tidak terdapat border price.

Harga bayangan pakan berupa artemia berdasarkan border price. Artemia merupakan produk impor sehingga digunakan harga cif. Patokan harga artemia dengan daya tetas 80% adalah harga fob Beijing yaitu

       18

http://www.fao.org/ diakses tanggal 4 Mei 2010 19

US$ 54.117,62/ton, ditambahkan dengan freight sebesar 10% dan biaya transportasi 0,5% sehingga harga CIF Indonesia atas produk tersebut adalah US$ 59.827,03/ton. Selanjutnya nilai ini dikalikan dengan SER tahun 2008 dan 2009 sehingga nilai artemia masing-masing tahun yaitu Rp 586.674.016/ton dan Rp 622.333.916/ton. Nilai-nilai tersebut ditambahkan dengan biaya tataniaga dan penanganan sehingga menghasilkan harga bayangan artemia sebesar Rp 586.926/kg dan Rp 622.586/kg. Berat artemia perkaleng adalah 425 gram, sehingga setelah dikonversi, harga tiap kaleng artemia masing-masing tahun yaitu Rp 249.443 dan Rp 264.599 (Lampiran 16 dan 17).

c) Harga Bayangan Garam

Indonesia merupakan negara pengimpor garam dalam jumlah besar20. Oleh karena itu harga bayangan yang digunakan adalah border price yaitu sebesar US$ 43,11/ton pada tahun 2008 dan US$ 53,52/ton pada tahun 2009. Kemudian ditambahkan dengan freight 10% dan biaya transportasi 0,5% menghasilkan cif 2008 sebesar US$ 49,79/ton dan cif 2009 sebesar US$ 61,82/ton. Selanjutnya nilai ini dikalikan dengan SER tahun 2008 dan 2009 sehingga nilai garam masing-masing tahun yaitu Rp 488.262/ton dan Rp 643.026/ton. Nilai-nilai tersebut ditambahkan dengan biaya tataniaga dan penanganan sehingga menghasilkan harga bayangan garam sebesar Rp 740/kg dan Rp 895/kg. Tiap bungkus garam berbobot 2,5 kg sehingga harga perbungkus yaitu Rp 1.850 dan Rp 2.237 (Lampiran 18 dan 19).

d) Harga Bayangan Obat-obatan

Harga dunia untuk hormon dan obat-obatan dalam perikanan seperti Ovaprim, Blitz Ich tidak ada. Oleh karena itu penentuan harga bayangan hormon dan obat-obatan didekati dengan harga finansial. Perhitungannya yaitu harga finansial dikurangkan dengan PPN sebesar 10%.

e) Harga Bayangan Perlengkapan dan Peralatan

Harga pasar peralatan dihitung berdasarkan harga penyusutan peralatan selama satu tahun dengan Metode Garis Lurus dengan formulasi sebagai berikut :

Harga bayangan peralatan dan perlengkapan seperti generator set, blower, jet pump, kompor, fiber, corong, serokan larva, selang, terpal, baskom, batu aerasi, ember, jaring, rak kayu, dan lainnya ditentukan berdasarkan harga finansial karena tidak ada harga dunia untuk barang-barang tersebut. Perhitungan harga bayangan dilakukan dengan mengurangkan harga finansial dengan PPN sebesar 10%.

f) Harga bayangan listrik dan telepon

Listrik dan telepon merupakan input nontradable. Menurut PP No. 7 tahun 2007, listrik dibebaskan dari PPN. Harga bayangan listrik dan telepon didekati berdasarkan harga finansialnya.

g) Harga bayangan BBM

Harga bayangan BBM ditentukan dari harga di tingkat bunker yaitu harga sebelum subsidi yang diperoleh dari Pertamina. Pada tahun 2008 harga

bensin adalah Rp 8.339/L dan harga minyak tanah adalah Rp 10.000/L, sedangkan tahun 2009 harga bensin adalah Rp 4.413/L dan harga minyak tanah adalah Rp 5.052/L21.

h) Harga Bayangan Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan input nontradable. Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha pembenihan ikan patin Deddy Fish Farm adalah tenaga kerja pria tidak terdidik. Perhitungan harga sosial tenaga kerja dalam penelitian ini berdasarkan upah tenaga kerja jika negara dalam keadaan full

employment (diasumsikan tidak terdapat pengangguran). Penentuan harga

sosial tenaga kerja yaitu menambahkan 100% dengan persentase tingkat pengangguran di wilayah penelitian (Jawa Barat) dikalikan dengan harga finansialnya. Tingkat angka pengangguran terbuka pada tahun 2008 dan 2009 masing-masing sebesar 11,85% dan 10,57%22. Oleh karena itu, harga bayangan tenaga kerja tidak terdidik tahun 2008 dan 2009 ditetapkan sebesar 111,85% dan 110,57% dari upah finansialnya.

i) Harga Bayangan Lahan

Biaya oportunitas lahan adalah nilai neto dari produksi yang hilang bila penggunaan tanah diubah dari penggunaan tanpa proyek menjadi penggunaan dengan proyek (Gittinger, 1986). Akan tetapi, sulit menentukan besarnya harga oprtunitas dari lahan. Salah satu pendekatan lain yang dipakai yaitu menggunakan sewa lahan karena ada sewa pasaran yang agak tesebar luas dan bersaing. Perhitungan harga bayangan lahan dalam penelitian ini

      

21 

menggunakan sewa tanah karena aktivitas sewa menyewa lahan di tempat penelitian cukup banyak.

j) Harga Bayangan Suku Bunga Modal

Deddy Fish Farm menggunakan modal sendiri dalam melakukan usahanya. Penentuan tingkat suku bunga modal kerja berdasarkan tingkat suku bunga deposito yang berlaku di bank BRI. Bank BRI merupakan bank yang lokasinya paling dekat dengan lokasi penelitian dengan bunga sebesar 6%. Harga bayangan bunga modal kerja berdasarkan tingkat bunga deposito di negara yang tingkat perkembangan perekonomiannya sama dengan Indonesia yaitu negara Malaysia23 sebesar 3,47% pada tahun 2008 dan 2,09% pada tahun 200924. 

k) Harga Bayangan Nilai Tukar

Harga sosial nilai tukar rupiah adalah harga uang domestik kaitannya dengan mata uang asing dalam kondisi pasar persaingan sempurna. Keseimbangan nilai tukar terjadi bila semua pembatas dan subsidi terhadap ekspor dan impor dihilangkan. Keseimbangan tersebut dapat didekati dengan SCF (Standard Conversion Factor). Rumus yang digunakan menurut Squire dan van der Tax (1975) dalam Gittinger (1986) yaitu:

OERt = Nilai tukar resmi (Official Exchange Rate) pada tahun t SERt = Nilai tukar bayangan (Shadow Exchange Rate) pada tahun t Keterangan : t dimaksud yaitu tahun 2008-2009

SCF dapat dihitung dengan rumus seperti yang telah digunakan oleh para peneliti yang lain, yaitu dengan membandingkan semua nilai impor dan

      

23 

http://www.bappenas.go.id/ diakses tanggal 19 Juli 2010 

24 

ekspor (berdasarkan harga batas) dengan nilai-nilai berdasarkan harga domestik. Secara matematis formulasi untuk mencari nilai SCF tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Rosegrant, 1987 dalam Novianti, 2003):

Keterangan:

SCFt = Faktor konversi baku untuk tahun t Mt = Nilai impor pada tahun t

Xt = Nilai ekspor pada tahun t Mxt = Pajak impor pada tahun t Txt = Pajak ekspor pada tahun t

Tabel 10. Perhitungan Standart Conversion Factor dan Shadow Price

Exchange Rate 2008-2009 (Milyar Rp)

Tahun Xt Mt Txt Mxt OER SCFt SER

2008 1.338.918,7 1.262.475,9 13578,3 22.763,8 9.771,67 0,996 9.806,17 2009 1.206.389,9 1.003.055,8 9335,6 19.160,4 10.356,17 0,996 10.402,218

Sumber : Departemen Perdagangan (2010)

Hasil perhitungan yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10menunjukkan bahwa nilai tukar bayangan pada tahun 2008 sebesar Rp 9.806,70 dan pada tahun 2009 Rp 10.402,22. Nilai tukar bayangan lebih besar daripada nilai tukar resmi karena SCF yang merupakan pembagi besarnya kurang dari satu.