• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

4.5. Policy Analysis Matrix (PAM)

4.5.1. Perhitungan Analisis PAM

Dari Tabel PAM, dapat dilakukan analisis sebagai berikut (Pearson et al., 2005):

1) Analisis Keuntungan

a) Keuntungan Privat (Privat Profitability - PP)

Keuntungan privat mengacu pada penerimaan dan pengeluaran aktual, menunjukkan daya saing dari suatu sistem. Jika nilai PP > nol, berarti sistem memperoleh keuntungan. Sebaliknya jika nilai PP < nol, berarti sistem komoditas tidak mendapatkan keuntungan. PP diperoleh dengan rumus:

b) Keuntungan Sosial (Social Profitability – SP)

Keuntungan sosial adalah perhitungan untung-rugi dengan menggunakan harga ekonomi/sosial yang mencerminkan tingkat efisiensi dari suatu sistem usahatani atau penggunaan lahan. Sebuah negara akan mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan mengedepankan aktivitas-aktivitas yang

menghasilkan keuntungan sosial yang tinggi. Jika nilai SP > nol, maka sistem memperoleh keuntungan. Sebaliknya, jika SP < nol, maka sistem komoditas tidak memperoleh keuntungan. SP diperoleh dengan rumus:

2) Analisis Daya Saing melalui Keunggulan Komparatif dan Kompetitif a) Rasio Biaya Privat (Privat Cost Ratio – PCR)

PCR adalah rasio biaya domestik terhadap nilai tambah dalam harga privat. Nilai PCR mencerminkan kemampuan sistem komoditas membiayai faktor domestik pada harga privat. Nilai ini juga digunakan sebagai ukuran efisiensi secara finansial dan menjadi satu indikator keunggulan kompetitif. Nilai PCR diusahakan kurang dari satu karena untuk meningkatkan nilai tambah sebesar satu satuan diharapkan tambahan biaya faktor domestik kurang dari satu. Semakin kecil nilai PCR maka semakin besar tingkat keunggulan kompetitif yang dimiliki. PCR dapat diperoleh dari rumus:

b) Rasio Biaya Sumberdaya Domestik (Domestic Resource Cost - DRC)

DRC adalah rasio biaya domestik terhadap nilai tambah dalam harga bayangan. Nilai ini digunakan sebagai ukuran efisiensi secara ekonomi dan menjadi satu indikator keunggulan komparatif. Suatu kegiatan ekonomi juga diharapkan memiliki nilai DRC yang kurang dari satu agar terjadi efisiensi secara ekonomi (menunjukkan keunggulan komparatif). Apabila nilai DRC>1 menunjukkan semakin besar penggunaan sumberdaya atau terjadi pemborosan sumberdaya domestik. DRC dapat diperoleh dari rumus:

Rasio Biaya Privat (PCR) = C / (A - B)

Rasio Biaya Sumberdaya Domestik (DRC) = G / (E - F) Keuntungan Sosial (H) = E – (F + G)

3) Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah a) Kebijakan Output

i. Transfer Output (Output Transfer – OT)

Analisis OT dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kebijakan pemerintah mampu memberikan intensif kepada pelaku ekonomi. Nilai OT positif menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah pada output menyebabkan harga privat output lebih besar dibandingkan harga bayangan output, yang menunjukkan besarnya intensif masyarakat atau konsumen terhadap produsen, dimana konsumen membayar lebih tinggi dari harga yang seharusnya dibayarkan. Nilai OT yang negatif menunjukkan bahwa dengan adanya distorsi kebijakan pemerintah, akan menyebabkan harga privat output menjadi lebih rendah dibandingkan harga bayangan output. Nilai OT negatif juga menunjukkan adanya kebijakan pemerintah pada harga output berupa subsidi negatif. Formula dari OT:

ii. Koefisien Proteksi Output Nominal (Nominal Protection Coefficient on Tradable Output - NPCO)

NPCO merupakan rasio yang dibuat untuk mengukur transfer output. Rasio ini menunjukkan seberapa besar harga domestik (privat) berbeda dengan harga sosial. Nilai NPCO yang lebih kecil dari satu (NPCO<1) menunjukkan adanya kebijakan pemerintah untuk menghambat ekspor komoditas dengan pajak atau hambatan ekspor. Hal ini menyebabkan harga output domestik lebih rendah dari harga dunia yang berarti harga output domestik didisproteksi. Jika NPCO>1 berarti harga domestik lebih tinggi dari harga dunia dan sistem usahatani menerima proteksi. Besarnya persentase NPCO

yang timbul akibat kebijakan pemerintah terhadap produsen output komoditas benih ikan patin ditunjukkan oleh nilai NPRO . Formula untuk NPCO dan NPRO: 

b) Kebijakan Input

i. Transfer Input (Input Transfer – IT)

IT merupakan selisih antar input yang diperdagangkan pada harga privat dan input yang diperdagangkan pada harga bayangan. Apabila nilai IT positif berarti terdapat kebijakan subsidi negatif atau pajak pada input produksi (menyebabkan transfer sumberdaya keluar dari sistem), sebaliknya jika nilai IT negatif menunjukkan adanya kebijakan subsidi pada input (menyebabkan transfer sumberdaya ke dalam sistem). Formula untuk IT:

ii.Koefisien Proteksi Input Nominal (Nominal Protection Coefficient in Tradable Input – NPCI)

NPCI merupakan rasio untuk mengukur besarnya transfer input tradable. NPCI menunjukkan tingkat proteksi atau distorsi yang dibebankan pemerintah pada input tradable bila dibandingkan tanpa adanya kebijakan. Nilai NPCI yang lebih besar dari 1 (NPCI>1) berarti terdapat kebijakan proteksi terhadap produsen input, sehingga biaya input domestik lebih mahal daripada biaya input pada tingkat harga dunia, seolah-olah sistem dibebani pajak oleh kebijakan yang ada. Sebaliknya jika nilai NPCI lebih kecil dari 1 (NPCI<1) berarti terdapat subsidi terhadap input tersebut yang menyebabkan biaya input domestik lebih rendah daripada biaya input pada tingkat harga

Koefisien Proteksi Output Nominal (NPCO) = A / E

Tingkat Proteksi Output Nominal (NPRO) = (NPCO – 1) x 100%

dunia. Besarnya persentase NPCI yang timbul akibat kebijakan pemerintah terhadap konsumen input ditunjukkan oleh nilai NPRI. Formula untuk NPCI dan NPRI:

iii. Trasfer Faktor (Factor Transfer – FT)

FT menunjukkan kebijakan pemerintah terhadap input domestik. FT merupakan selisih antara biaya produksi privat nontradable dengan biaya produksi nontradable yang dihitung pada harga bayangan. Jika nilai FT positif menunjukkan bahwa terjadi subsidi negatif pada input non tradable. Sedangkan jika nilai FT negatif , berarti terdapat subsidi positif pada input nontradable. Rumus dari FT:

c) Kebijakan Input-Output

i. Koefisien Proteksi Efektif (Effective Protection Coefficient - EPC)

EPC digunakan untuk menunjukkan dampak transfer gabungan yang disebabkan oleh sebuah kebijakan (policy transfer), baik transfer output

tradable maupun transfer input tradable. Nilai EPC menggambarkan sejauh

mana kebijakan pemerintah mampu melindungi atau menghambat produksi domestik secara efektif. EPC merupakan rasio antara selisih penerimaan dan biaya input tradable yang dihitung pada harga privat (nilai tambah pada tingkat harga domestik) dengan selisih penerimaan dan biaya input tradable yang dihitung pada harga bayangan (nilai tambah pada tingkat harga dunia). Nilai EPC lebih besar dari satu menunjukkan berarti kebijakan yang

Koefisien Input Nominal (NPCI) = B / F

Tingkat Proteksi Input Nominal (NPRI) = (NPCI – 1) x 100%

melindungi produsen domestik berjalan efektif, sedangkan jika nilai EPC lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa kebijakan yang melindungi produsen domestik tidak berjalan efektif. EPR merupakan bentuk lain dari EPC, menunjukkan distorsi perdagangan. Formulasi dari EPC dan EPR:

ii. Transfer Bersih atau Net Transfer (NT)

NT digunakan untuk melihat besarnya tambahan surplus produsen atau berkurangnya surplus produsen yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah. NT merupakan penjumlahan dari semua dampak transfer (transfer output, transfer input tradable, dan transfer faktor) baik positif maupun negatif. Transfer bersih juga menunjukkan selisih antara keuntungan privat dan keuntungan sosial. Nilai NT yang positif menjukkan bahwa adanya kebijakan insentif membuat surplus produsen bertambah, sedangkan nilai NT yang negatif mengakibatkan surplus produsen berkurang. Rumus dari NT:

iii. Koefisien Keuntungan (Profitability Coefficient - PC)

PC digunakan untuk mengukur dampak dari seluruh transfer atas keuntungan privat. Nilai PC menunjukkan pengaruh gabungan pada output, input tradable, dan input nontradable. Rasio PC digunakan untuk melihat dampak kebijakan yang menunjukkan perbedaan tingkat keuntungan privat dan keuntungan sosial. Nilai PC juga menunjukkan pengaruh keseluruhan dari kebijakan yang menyebabkan keutungan privat berbeda dengan keuntungan sosial. Formulasi dari PC:

Koefisien Proteksi Efektif (EPC) = (A - B) / (E - F) Tingkat Proteksi Efektif (EPR) = (EPC - 1) x 100%

iv. Rasio Subsidi Produsen (Subsidy Ratio to Producer – SRP)

SRP adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seluruh dampak transfer. SRP merupakan ukuran proteksi yang disetarakan dengan tarif atas output. SRP yang bernilai negatif artinya kebijakan pemerintah menyebabkan produsen mengeluarkan biaya produksi lebih besar dari biaya sosial (opportunity cost) untuk berproduksi. Formulasi dari SRP: