• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.5. Manajemen Budidaya Ikan Patin

5.5.2. Pemijahan Buatan

  Pemijahan buatan terdiri dari beberapa hal. Sebelum pemijahan perlu persiapan berupa estimasi jumlah induk dan persiapan bahan serta peralatan. Selanjutnya dilakukan seleksi induk, penyuntikan hormon, striping, inseminasi, serta pengamatan perkembangan telur dan larva.

5.5.2.1. Persiapan Pemijahan Buatan Estimasi Jumlah Induk

Estimasi jumlah induk yang akan disuntik harus dilakukan. Membuat target pada kegiatan pemijahan sangat penting untuk menjaga produksi yang stabil dan efektif. Faktor utama yang membatasi jumlah induk yang disuntik yaitu jumlah larva yang diinginkan dan kapasitas akuarium sebagai tempat pemeliharaan larva. Selain itu, faktor yang menentukan apakah induk boleh diovulasikan yaitu kematangan gonad. Kematangan gonad dilihat dari letak oosit yang berada di pinggir ovum. Ovum yang matang akan cenderung berwarna

bening yang berarti ovum memasuki fase sempurna untuk dibuahi. Kondisi induk juga menentukan siap atau tidaknya induk diovulasi. Misalnya induk yang baru dipindahkan dari daerah lain cenderung stres. Induk tersebut belum boleh diovulasikan karena ikan yang stres tidak akan berovulasi, kalaupun berovulasi telur yang keluar cenderung berwarna putih (kurang baik untuk dibuahi). Jumlah induk jantan lebih sedikit daripada induk betina karena sperma yang dihasilkan satu induk jantan cukup untuk membuahi ovum dari beberapa induk betina.

Persiapan Bahan dan Peralatan

Setelah diketahui berapa induk yang akan disuntik, maka empat hari sebelum diseleksi induk dipuasakan (minimal 24 jam sebelum seleksi). Pemberian pakan pada induk dapat menyebabkan induk stres. Langkah-langkah dalam persiapan meliputi perencanaan, pengecekan kondisi peralatan, dan inkubasi induk.

5.5.2.2. Seleksi Induk

Seleksi induk betina harus dilakukan lebih dahulu daripada induk jantan, sebab biasanya induk betina lebih sulit mencapai kematangan dibandingkan induk jantan. Seleksi induk dilakukan dengan menangkap induk terlebih dahulu menggunakan jaring. Kegiatan penangkapan induk harus dilakukan dengan hati- hati untuk meminimalisir stres pada induk. Induk yang tertangkap dengan jaring harus diangkat dan dimasukkan ke wadah penanganan yang lebih kecil (kolam pemberokan). Saat diangkat maupun dipindahkan, induk ditutupi dengan kain agar induk tidak berontak. Induk ditempatkan di kolam pemberokan selama satu hari dan tidak diberi pakan.

Setelah satu hari, induk diperiksa apakah sudah siap ovulasi atau belum. Siap atau tidaknya induk untuk diovulasikan bisa dilihat melalui pengamatan visual. Ciri-ciri induk yang baik yaitu bagian perut besar dan mengembang, alat kelaminnya berwarna merah, apabila bagian bawah perut diraba maka terasa lembut dan apabila ditekan maka akan kembali seperti semula. Cara lainnya yaitu dengan kanulasi. Ovum (telur) dicek menggunakan selang (kateter). Kateter dimasukkan ke dalam alat kelamin induk untuk diambil telurnya, kemudian kateter dihisap dan ditarik secara perlahan. Telur yang diperoleh dicek apakah bentuk dan ukurannya sudah seragam atau belum. Jika sudah, berarti induk siap diovulasikan. Induk tersebut dipindahkan ke dalam fiber untuk selanjutnya dilakukan penyuntikan.

5.5.2.3. Penyuntikan Hormon

Ovulasi tidak bisa terjadi tanpa stimulasi hormon buatan, sehingga penyuntikan hormon pada induk betina harus dilakukan. Bahan untuk merangsang ovulasi pada ikan patin yaitu pada awalnya menggunakan hipofisa ikan mas (sebagai donor). Kemudian DFF beralih ke hormon buatan yaitu ovaprim karena lebih murah dibandingkan hipofisa ikan mas. Tetapi karena ovaprim bukan hormon alami maka memiliki kelemahan yaitu dosis yang disuntikkan harus dibatasi karena bisa mengakibatkan overegg. Hormon disuntikkan pada punggung atas kanan/kiri (intramuscular) atau di bawah sirip dada (intrapheriptonial).

Penyuntikan dilakukan dua kali dengan jarak antar penyuntikan yaitu jika musim penghujan 20 jam, jika musim kemarau 24 jam (bila kondisi tidak bagus bisa lebih dari itu). Penyuntikan pertama dilakukan sore hari menjelang malam dengan tujuan agar penetasan larva terjadi pada pagi hari yang akan

mempermudah proses pemeliharaan larva ke depan. Setelah penyuntikan pertama, induk betina diletakkan di kolam kecil bersama dengan induk jantan sampai tahap penyuntikan berikutnya. Jika induk siap ovulasi sebelum waktu yang telah ditentukan maka penyuntikan kedua tidak perlu dilakukan.

5.5.2.4. Striping

Striping merupakan pengecekan ovulasi, dilakukan dengan cara mengurut perut induk dengan pijatan yang lembut pada bagian abdomen dari arah kepala ke lubang genital. Jika tidak bisa diovulasikan dengan striping yang lembut atau dengan kata lain membutuhkan pijatan yang kuat pada abdomen, berarti ovulasi belum terjadi. Proses striping harus dihentikan dan induk harus dikembalikan ke wadah inkubasi induk dan ditunggu sekitar satu jam lagi. Striping yang dipaksakan menyebabkan sel telur yang diovulasikan tidak total atau parsial, lebih lanjut menyebabkan ikan sangat stres dan akhirnya mati. Jika waktu striping optimum (tepat), maka sel telur keluar dengan lancar sehingga waktu striping dan handling menjadi lebih singkat dan induk segar kembali dengan stres yang minimal.

Selanjutnya dilakukan striping pada induk jantan. Ciri induk jantan yang siap membuahi yaitu mengeluarkan cairan sperma putih kental dengan mudah. Setelah diketahui kualitas sperma bagus maka dilakukan striping pada induk jantan untuk mengambil spermanya. Striping dilakukan dengan pijatan tangan sepanjang posisi testis pada abdomen jantan. Spema yang keluar langsung ditampung pada wadah yang sudah berisi sel telur.

5.5.2.5. Inseminasi (Pembuahan)

Sel telur dan sperma yang sudah terkumpul dicampur dengan NaCl dan diaduk secara perlahan menggunakan sendok. Tujuannya untuk mengencerkan sperma agar sperma dan sel telur tercampur lebih merata. Setelah diaduk secara merata, maka langkah selanjutnya adalah pembuahan. Sel telur yang telah dibuahi sperma akan menjadi telur yang berwarna putih. Telur-telur tersebut kemudian dipindahkan ke akuarium yang telah disiapkan. Telur yang baik akan menempel di dasar akuarium, sedangkan telur yang jelek akan melayang di dalam air. Selanjutnya ke dalam akuarium yang telah berisi telur-telur tadi dimasukkan antibiotik dengan tujuan untuk mencegah telur terserang jamur yang bisa menyebabkan telur gagal menetas.

5.5.2.6. Pengamatan Perkembangan Telur dan Larva

Setelah pembuahan, perubahan bentuk (transfomasi) drastis terjadi pada telur dan akhirnya didapatkan larva menetas setelah 20-24 jam dari pembuahan. Selama proses transformasi, beberapa telur atau larva tidak dapat berkembang secara normal. Kondisi ini disebabkan oleh penyebab internal dan atau eksternal yang mengakibatkan rendahnya derajat pembuahan atau kelangsungan hidup larva. Oleh karena itu sangat penting untuk mengamati telur dan larva secara hati- hati selama proses transformasi. Hal itu bertujuan untuk mengevaluasi kualitas larva/telur dan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan teknik pemeliharaan larva. Telur yang akan menetas berwarna bening/transparan sedangkan telur yang gagal menetas berwarna putih. Telur menetas tidak bersamaan tetapi secara bertahap.