• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Aspek Peraturan dan Perundang-Undangan

4.3.4.2 Alternatif Pemecahan Permasalahan

Permasalahan dan kondisi yang berkembang dalam pengelolaan lumpur tinja di Indonesia, memerlukan suatu kebijakan dan strategi yang spesifik untuk dapat memelihara, mengembangkan dan meningkatkan pengelolaan lumpur tinja. Kantor Menteri Negara Departemen Pekerjaan Umum RI dalam rangka pengelolaan lumpur tinja tahun 2001/2005 menetapkan suatu kebijakan dalam pengelolaan lumpur tinja di wilayah perkotaan dan perdesaan, yang memerlukan keterlibatan semua Stakeholder.

Kebijakan bidang lumpur tinja diperkotaan dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Pengolahan lumpur tinja diprioritaskan pada kawasan yang sangat padat diperkotaan.

 Bantuan Pemerintah Pusat diberikan untuk pemantapan kelembagaan melalui pembinaan teknis di bidang manajemen pengolahan lumpur tinja dan bantuan peralatan berikut fasilitas pendukungnya kepada daerah yang betul-betul membutuhkan dan belum memiliki kemampuan sumber daya maupun manajemennya.

 Untuk kota-kota metropolitan dan kota besar, pembangunan prasarana dan sarana lumpur tinja diusahakan dengan sistem terpusat dan semaksimal mungkin menggunakan prinsip pemulihan biaya, dengan prioritas pelayanan pada kawasan hunian dengan kepadatan bangunan yang tinggi dan dengan permukaan air tanah yang tinggi.

 Penanganan lumpur tinja di kawasan permukimam pada dasarnya adalah tanggung jawab masyarakat sendiri, sedangkan fasilitas penunjangnya dapat dibantu atau disediakan oleh Pemerintah Daerah tanpa atau dengan bantuan Pemerintah Pusat, ataupun kerja sama dengan pihak swasta.

 Konsep dasar yang dapat digunakan dalam menangani lumpur tinja di kawasan perumahan dan permukiman adalah bagaimana mengelola lumpur tinja secara terintegrasi, sehingga tepat guna (efektif), berdaya guna (efisien) dan terjangkau serta dapat dioperasikan secara berkelanjutan, dengan bertumpu kepada kemitraan antara masyarakat, pemerintah dan dunia usaha.

Sedangkan kebijaksanaan lumpur tinja di perdesaan adalah:

 Bantuan pemerintah untuk pengelolaan lumpur tinja perdesaan dilaksanakan melalui Inpres (saat ini DAU) dan program sektoral.

 Pengelolaan lumpur tinja pedesaan melalui program sektoral terutama diprioritaskan untuk penyediaan sarana pembuangan lumpur tinja setempat, di desa permukiman transmigrasi, desa-desa pusat pertumbuhan, desa rawan penyakit dan rawan bencana atau desa kritis lainnya, baik secara individual maupun komunal.

Berdasarkan kepada kondisi yang berkembang dan kebijakan pengelolaan lumpur tinja, terdapat 4 (empat) pendekatan strategis dalam pengelolaan lumpur tinja terkait dengan fungsionalisasi IPLT, antara lain:

a. Strategi Teknis

Strategi teknis ini menekankan pilihan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kondisi. Strategi teknis dapat dirinci sebagai berikut:

1. Implementasi proyek Communal System (pengelolaan lumpur tinja sistem komunal) di daerah yang baru dikembangkan dan di daerah yang tak dapat memakai sanitasi setempat, didasarkan pada pendekatan bertahap (stepwise approach). Proyek dibatasi dalam ukuran yang harus sanggup membiayai sendiri, paling sedikit untuk operasi dan pemeliharaannya.

2. Pemantapan teknis operasi dan pemeliharaan yang tepat pada IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) sehingga fasilitas IPLT dapat berfungsi secara efisien.

4. Penyediaan subsidi dan bantuan teknis bagi masyarakat kurang mampu untuk membangun dan merenovasi fasilitas pembuangan tinja individu dan komunal hendaknya dilanjutkan termasuk pengembangan proyek kredit seperti sistem dana berputar.

5. Pembangunan kakus umum/komunal bagi mereka yang tak mampu membangun asalkan masyarakat atau pengguna dapat menggunakan dan melakukan pemeliharaannya dengan patut.

6. Program pendidikan dan penyebaran informasi dapat dilakukan dan diarahkan kepada pengguna untuk menjamin kesinambungan manfaat, operasi dan pemeliharan fasilitas. Dalam hal ini, setiap kota harus memiliki alat penyedot tinja (Vacuum Truck) dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPTL) untuk melayani masyarakat yang menggunakan sistem setempat

7. Komponen program untuk strategi teknis terdiri dari :

- Daerah dengan kapadatan tinggi (≥300 orang/ha) dan daerah pengembangan baru harus dilayani dengan system terpusat , yang dibiayai developer dengan pengembalian oleh pengguna.

- Daerah kepadatan sedang (≥100 – 300 orang/ha) harus dilayani dengan interceptor dan fasilitas pengolahan lumpur tinja ukuran kecil atau komunal.

- Daerah kepadatan rendah (50 - 100 orang/ha) dengan lingkungan berkualitas tinggi harus dilayani dengan interceptor berkaitan dengan program Prokasih (Program Kali Bersih).

- Daerah kepadatan sedang dengan kecepatan perkolasi tinggi (≥ 3 cm/menit) atau muka air tanah tiggi (≤ 1,5 m) harus dilayani dengan shallow sewer dan tangki septic komunal.

- Daerah kepadatan rendah dengan kecepatan perkolasi rendah rendah (≤ 3 cm/menit) dan muka air tanah rendah (≥ 1,5 m) harus menggunakan tangki septic dengan desain khusus.

- Seleksi pemilihan metoda pengolahan lumpur tinja hendaknya dilakukan mulai dari teknologi yang paling sederhana (operasi dan pemeliharaan), biaya yang rendah (investasi dan operasi), teknologi yang tepat (diterima masyarakat, berguna dan efektif dalam pengolahannya)

Strategi institusi ini menekankan pada peningkatan kemampuan institusi yang ada, diuraikan dibawah ini:

1. Pemerintah Kota/Kabupaten harus membentuk dan mengkoordinasikan unit pelaksanaan yang bertanggung jawab atas penanganan lumpur tinja.

2. Pada umumnya, direkomendasikan untuk meningkatkan kemampuan unit pelaksana yang ada dan mengatur kembali unti-unit tersebut untuk melakukan tugas mereka yang baru. Namun demikian pendiriran organisasi baru hanya diperbolehkan ketika sangat diperlukan, dan sangat tergantung dari klasifikasi kota, karakteristik masyarakat, potensi masyarakat, serta peraturan yang berlaku.

3. Untuk mengelola lumpur tinja setempat termasuk pengangkutan dan pengolahan akhir di IPLT dapat diserahan kepada Dinas Pekerjaan Umum atau Dinas Kebersihan.

4. Untuk pengelolaan lumpur tinja sistem komunal pada jangka pendek, bentuk kelembagaannya dapat ditampung di bawah Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan, yang merupakan Unit Pengelola Unit Teknis Daerah (UPTD) tersendiri yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan terhadap permasalahan teknis, operasi/pemeliharaan. Hal ini dipertimbangkan mengingat Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan telah memiliki sumber daya, keahlian teknis dan administrasi. Namun demikian, perlu dilakukan kelayakan finansial dan ekonomi dikaitkan dengan tanggung jawab pemulihan biaya investasi dan biaya operasi/pemeliharaannya (cost recover) agar pengelolaan lumpur tinja ini tidak mengalami kerugian.

5. Untuk jangka menengah, bentuk kelembagaannya dapat ditampung dibawah Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan, dan merupakan Divisi IPAL tersendiri yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan terhadap permasalahan teknis, operasi, dan pemeliharaan.

6. Untuk jangka panjang, setelah tingkat ekonomi masyarakat lebih baik, pengelolaannya dapat ditingkatkan menjadi PDLT (Perusahaan Daerah Lumpur Tinja). Pilihan ini akan memungkinkan terdapatnya upaya yang lebih terkordinir di dalam penanganan lumpur tinja sekaligus

memberikan dasar yang lebih mantap secara organisatoris, manajemen, pembiayaan dan hukum.

7. Tanggung jawab pemerintah pusat yaitu memberi petunjuk, pemantauan dan strategi, pengembangan sumber daya manusia, peningkatan kemampuan pmerintah daerah dalam persiapan proyek dan pelaksanaan proyek pilot (Pilot Project), dan penyediaan investasi awal untuk pemerintah daerah dalam pembangunan prasarana sanitasi.

8. Program pelatihan bagi staf pemerintah daerah dan penyuluhan sanitasi yang bersifat nasional harus dimulai sebagai bagian dari strategi.

9. Tanggung jawab pemerintah daerah diantaranya adalah membuat rencana kegiatan (Action Plan) di daerah masing-masing dengan penekanan pada pelaksanaan sanitasi setempat, membangun fasilitas kakus komunal, melaksanakan proyek Communal System dengan bantuan dana dari pemerintah pusat jika memungkinkan dan penyedotan lumpur tinja serta mengawasi dan mengendalikan bantuan teknik bagi fasilitas sanitasi setempat.

10.Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT) harus memberikan kontribusinya dalam memperluas wawasan pemerintah daerah dalam menyiapkan rencana pengelolaan lumpur tinja domestik. 11.Proyek sanitasi setempat yang ada harus diperluas dan dikembangkan

menjadi suatu program yang berkesinambungan. Setahap demi setahap pemerintah daerah mengambil peran yang dibantu oleh konsultan.

12.Promosi partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan operasi serta pemeliharaan fasilitas sanitasi komunal harus diteruskan. Organisasi non Pemerintah (NGO) dan pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK) harus dilibatkan untuk mempromosikan partisipasi masyarakat secara aktif.

13.Penerbitan dan pelaksanaan peraturan daerah tentang :

- izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang mengatur bahwa setiap bangunan harus memiliki tangki septik yang sesuai dan/atau IPLT yang memenuhi standar efluen.

- mengendalikan proses pengumpulan dan pembuangan lumpur tinja.

Strategi pendanaan/keuangan untuk menunjang investasi dari masyarakat dan sektor swasta, dan untuk mempromosikan mekanisme pengembalian biaya dan peningkatan pendapatan;

1) Investasi swasta dan masyarakat dalam, pembuangan tinja harus ditunjang dan dipromosikan dengan upaya sebagai berikut:

- Kegiatan promosi.

- Spesifikasi dan peraturan bangunan.

- Pedoman teknis untuk konstruksi dan operasi serta pemeliharaan fasilitas sanitasi.

- Fasilitas pendanaan (sistem kredit) dan bantuan bagi konstruksi fasilitas pembuangan tinja secara individual atau komunal.

2) Mekanisme pengembalian biaya dan pengumpulan pendapatan perlu dirinci lebih lanjut.

3) Bantuan teknis dan bantuan keuangan bagi fasilitas individual atau komunal dengan sanitasi setempat harus diperpanjang dan dana dialokasikan untuk sistem kredit berbeda tergantung kondisi setempat. 4) Biaya bersama satu kelompok untuk sistem individual, harus juga

diperkenalkan bagi fasilitas komunal yang digunakan oleh sejumlah kecil rumah tangga.

d. Strategi Promosi

Strategi Promosi yang ekstensif secara nasional dan regional. Untuk mendidik dan menambah kesadaran pemerintah daerah dan masyarakat tentang pentingnya sanitasi yang baik, harus dilaksanakan strategi promosi. Promosi ini lebih baih dilaksanakan melalui program “Pemasaran Sosial” yang diharapkan untuk menunjang keinginan masyarakat untuk menggunakan fasilitas pengolahan lumpur tinja (IPLT) yang baik dan sehat. Secara sistematis pendekatan program pembangunan prasarana dan sarana air limbah dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 4.19.Perbandingan Alternatif Pemecahan Masalah Pengelolaan Air Limbah No. Aspek Pengelolaan Air Limbah

Alternatif-1 Alternatif-2

Teknis Manfaat Biaya Teknis Manfaat Biaya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) A. Kelembagaan: - Bentuk institusi Badan Melaksanakan dan mempermudah pekerjaan relatif - - relatif

- Dasar hukum pembentukan institusi Perda No. 3 Tahun 2008 Melaksanakan PP 41 tahun 2007 - - - - - SDM Kualitas SDM bertambah Mempermudah pekerjaan Relatif - - - B. Teknis Operasional:

No. Aspek Pengelolaan Air Limbah

Alternatif-1 Alternatif-2

Teknis Manfaat Biaya Teknis Manfaat Biaya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

2. Sanitasi Sistem On-Site - - - -

2.a. Pembangunan baru:

- MCK - Pelayanan umum APBD - Pelayanan

umum

APBN/APBD - Jamban Keluarga dan Septik

Tank/cubluk

Cubluk - - Komunal - -

- Septik tank komunal - - - -

- Sistem sanitasi berbasis masyarakat - - - -

- Truk Tinja Kurang Efisiensi Relatif Penambahan Mempercepat Pekerjaan

-

- IPLT - - - -

2.b. Rehabilitasi dan Peningkatan Kapasitas:

- Truk tinja - - - -

- IPLT - - - -

2.c. Operasi dan Pemeliharaan

- Truk tinja Mekanik Biaya Pengelola APBD Bengkel Biaya Optimal APBD/APBN

- IPLT Sebagian Tidak Optimal APBD UPTD Pelayanan

Umum

APBD/APBN 3. Sistem Off Site Sanitation:

3a Pembangunan Baru:

- Sambungan rumah - - - -

- Sistem sanitasi berbasis masyarakat - - - -

- Sistem jaringan pengumpul - - - -

- IPAL - - - APBD/APBN

3.b. Rehabilitasi dan Peningkatan Kapasitas:

- Sistem jaringan pengumpul - Individu - - Umum -

- IPAL - - - -

3.c. Operasi dan Pemeliharaan

- Sambungan jaringan pengumpul - Individu - - Umum -

- IPAL - - - -

C. Pembiayaan:

- Sumber dan Sistem pembiayaan - - - -

- Alokasi APBD - - - -

- Tarif Retribusi Individu - - Pihak ke-3 - -

- Mekanisme penarikan retribusi - - - -

- Realisasi penerimaan retribusi - - - -

D. Peraturan/Perundangan:

- Kelayakan pakai - - - -

- Penerapan sanksi - - - -

E. Peran serta Masyarakat dan swasta

- Penyuluhan - - - -

- Keterlibatan swasta - - - -

- Partisipasi masyarakat - - - -

Sumber : Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kab. Rejang Lebong

4.3.4.3Rekomendasi

Berikut ini adalah rekomendasi yang diberikan dalam bentuk matrik tentang Kebijakan, Strategi dan Rencana Tindak dalam Pengelolaan Prasarana dan Sarana Air Limbah:

Tabel 4.20. Matriks Kebijakan, Strategi dan Rencana Tindak

No Kebijakan Strategi Rencana Tindak

1 Peningkatan akses pelayanan air limbah baik melalui sistem

on site maupun sistem

off site diperkotaan dan perdesaan

a. Peningkatan pelayanan dan kualitas sistem air limbah untuk mencapai standard pelayanan minimal di perkotaan

b. Pengembangan pelayanan sistem air limbah terpusat di perkotaan secara bertahap berdasarkan tanggap kebutuhan (demand responsive)

c. Meningkatkan cakupanpelayanan air limbah yang dikelola oleh Badan dan Dinas.

d. Prioritas pembanguna pada masyarakat daerah miskin dan rawan penyakit terkait air e. Mendorong kerjasama antar

kota/kabupaten dalam upaya melindungi badan air dari

 Meningkatkan kapasitas pengolahan melaui pembangunan IPAL paket

 Meningkatkan pelayanan Air limbah melalui sistem terpusat (sewerage)

 Melakukan pembinaan teknis dalam peningkatan peran pemerintah propinsi, kota/kab. dalam pegembangan prasarana dan sarana air limbah

 Memprioritaskan pembangunan prasarana dan sarana air limbah untuk masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan

 Melakukan optimalisasi, rehabilitasi dan ekstensifikasi PS Air Limbah (IPAL & IPLT)

 Melaksanakan pembinaan dan bimbingan teknis dalam peningkatan kerja PS air limbah

No Kebijakan Strategi Rencana Tindak pencemaran air limbah

permukiman

bimbingan teknis dalam peningkatan PS Air Limbah untuk daerah tertentu :daerah endemi, daerah bencana, daerah terpencil pulau-pulau kecil dan kawasan

perbatasanMendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dalam bidang pegelolaan air limbah

2 Peningkatan

Pembiayaan pembangunan PS Air Limbah Permukiman

a. Mendorong peningkatan alternative sumber pembiayaan yang murah dan berkelanjutan b. Mendorong peningkatan prioritas

pendanaan pemerintah daerah dalam pengembangan sistem pengelolaan air limbah c. Meningkatkan pembiayaan

melalui kemitraan pemerintah dan swasta

d. Penyelenggaraan PS Air Limbah berbasis masyarakat (Community Based Development)

 Mendorong peningkatan pembiayaan pengelolaan air limbah

 Mendorong peningkatan dan fasilitasi kerjasama Pemerintah dan swasta (KPS) dalam penyelenggaraan air limbah

3 Meningkatkan peran serta Masyarakat dalam penyelenggaraan Pengembangan sistem Pengelolaan air limbah

a. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perlunya perilaku hidup bersih dan sehat. b. Meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah c. Meningkatkan peran serta badan

usaha swasta dan koperasi dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah

 Menyelenggarakan sosialisasi dan kampanye dalam pendidikan lingkungan dan kepedulian lingkungan

 Mendorong pembangunan PS Air Limbah berbasis masyarakat

 Menyelenggrakan deseminasi dan sosialisasi norma, standard, pedoman dan manual bidang air limbah

 Memberikan Bantuan teknis pembangunan air limbah berbasis masyarakat

4 Penguatan

kelembagaan

a. meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar kegiatan dan antar wilayah dalam

pembangunan air limbah b. Fasilitasi peningkatan manajemen

pembangunan air limbah di daerah

c. Fasilitasi peningkatan pengelolaan air limbah melalui pelatihan dan pendidikan SDM yang kompeten

 Memberikan Bantuan Teknis

penyelenggaraan kelembagaan PS Air Limbah

 Fasilitasi dan memberikan bantuan teknis dalam pembentukan badan pengelola air limbah

 Meningkatkan koordinasi dengan sector lain

 Mendorong peningkatan kemauan politik pemerintah dalam penanganan air limbah

 Melaksanakan peningkatan pengawasan kualitas air limbah pemukiman

 Menyelenggarakan peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM (Sumber Daya Manusia)

5 Pengembangan

Perangkat Peraturan dan Perundang- undangan

a. Revisi peraturan perundang- undangan yang melakukan pengaturan terhadap Badan/Dinas/BUMD yang bergerak dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah b. Peningkatan forum nasional

pengelolaan air limbah dalam mendorong pelaksanaan pengaturan yang lebih baik c. Meningkatkan tersedianya NSPM

dalam pengembangan sistem pembuangan air limbah

 Melakukan pengembangan perangkat hukum antara lain : PP, Permen, standard, pedoman dan manual (SPM) dalam penyelenggaraan sistem air limbah pemukiman

 Fasilitasi (Bantuan Teknis) penyusunan Perda dalam penyelenggraan sistem Air Limbah Permukiman

Dokumen terkait