• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Peraturan / Perundangan

1. Drainase Makro

Sistem drainase induk yang ada di wilayah Kab. Rejang Lebong adalah sistem drainase alam, yaitu suatu sitem yang menggunakan sungai dan anak sungai sebagai sistem primer penerima air buangan dari saluran – saluran sekunder dan tersier yang ada. Keseluruhan sistem tersebut berfungsi untuk menyalurkan air hujan dan limbah rumah tangga. Sebagian dari saluran drainase sekunder yang ada di Kab. Rejang Lebong juga menggunakan saluran irigasi sebagai saluran pembuangannya. Pada dasarnya terdapat 3 (sungai) sungai utama sebagai badan penerima air di wilayah Kab. Rejang Lebong. Sungai – sungai tersebut membelah wilayah studi dari sisi Timur ke sisi barat dan bermuara di Samudera Hindia serta Sungai Musi yang melewati Kota Palembang bermuara di Selat Bangka (Propinsi Sumsel).

Sungai utama dimaksud adalah : a. Sungai Musi

b. Sungai Air Kati c. Sungai Air Kelingi d. Suangai Air Beliti

Dimana masing – masing DAS tersebut merupakan daerah tangkapan air yang fungsi ekonominya akan diambil manfaatnya oleh Kabupaten Rejang Lebong itu sendiri (kebutuhan air baku maupun industri) serta Kabupaten Kepahiang dengan PLTA Musi, maka dalam perkembangan Kabupaten Rejang Lebong dikemudian hari sebaiknya perlu melakukan langkah – langkah upaya pencegahan sejak dini melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pelestarian fungsi hidrologis dengan cara menjaga fungsi – fungsi lindung dari kawasan lindung.

b. Pemantapan penggunaan unsur produksi pertanian, yang berguna untuk mencegah kenaikan run off ( aliran ) permukaan.

c. Pemantapan effisiensi produk pertanian d. Ketersediaan alat kendali tata ruang DAS. e. Pengendalian banjir.

f. Pengendalian pembangunan pada daerah hulu DAS.

2. Kawasan Sempadan Sungai

Mengingat wilayah Kabupaten Rejang Lebong berada pada ketinggian yang berada di atas Kabupaten lain dalam lingkup Provinsi Bengkulu serta merupakan sumber air bagi PLTA Musi di Kabupaten Kepahiang, maka sebaiknya sempadan sungai dijadikan sebagai wilayah pengendalian ketat dengan ketentuan 100 m dikanan kiri sungai besar, 50 m dikanan kiri sungai kecil diluar permukiman, sedang untuk sempadan sungai yang melewati permukiman besarnya antara 10 – 15 m, sempadan sungai selain juga telah ditetapkan untuk dikonservasi juga sebagai upaya pencegahan dini akibat dari kegiatan masyarakat disekitarnya yang dapat mengakibatkan penurunan debit mata air di sungai – sungai tersebut, seperti pembuangan sampah, limbah rumah tangga dll, hendaknya upaya pencegahan ini perlu ditindak lanjuti dengan program lainnya.

Drainase mikro berupa saluran – saluran pembuang dari suatu kawasan, dimana sistem yang ada masih menjadi satu antara pembuangan air hujan dengan limbah rumah tangga. Pada umumnya saluran drainase yang ada

mengikuti alur jalan yang ada dan belum terbagi menurut hirarki sistem aliran maupun sistem blok pelayanan.

Secara umum jaringan drainase yang ada berupa saluran alami dan saluran buatan, baik saluran terbuka atau tertutup, saluran pasangan/beton maupun saluran galian tanah. Saluran drainase yang ada sebagian besar menjadi satu dengan saluran drainase jalan.

Sebagai suatu kota dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan tata guna lahan yang didominasi oleh kawasan tertutup, serta aktifitas perdagangan yang sangat dinamis, maka Kab. Rejang Lebong menghadapi permasalahan yang cukup spesifik menyangkut kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga kebersihan saluran drainase yang ada, dan juga diperlukan kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pembuatan sumur peresapan.

Tabel 4.35. Kondisi Saluran Drainase yang Ada di Kota Curup

No. Lokasi Dimensi (m) Tipe Panjang (m)

1 Tl. Rimbo – Ps. Baru -Air Rambai - Adirejo 2,5 x 1,5 Terbuka 3.500

2 Jl. Merdeka – Jl. MH. Thamrin 1,0 x 1,0 Tertutup 4.000

3 Kel. Air Bang 0,8 x 0,9 Terbuka 2.600

4 Jl. DI. Pandjaitan 1,0 x 1,0 Tertutup 1.500

5 RSUD Curup Dwi Tunggal 1,0 x 1,0 Terbuka 600

6 Jl. S. Sukowati – Jl. Juanda 1,0 x 1,0 Terbuka 1.500

7 Kel. Banyumas – Kel. Sidorejo 0,8 x 0,9 Terbuka 1.000

8 Jl. Diponogoro 1,0 x 1,0 Tertutup 1.500

9 Jl. Ahmad Marzuki 1,0 x 1,0 Tertutup 800

10 Ds. Simpang Nangka 1,0 x 1,0 Tertutup 3.000

11 Ds. Teladan – Sapta Marga 0,8 x 0,9 Terbuka 1.500

12 Kel. Dusun Curup 1,0 x 1,0 Terbuka 1.000

13 Jl. Santoso 0,6 x 0,7 Terbuka 750

14 Jl. Baru 1,0 x 1,0 Tertutup 2.000

15 Kel. Sukaraja 0,8 x 0,9 Terbuka 700

Sumber : Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kab. Rejang Lebong

Tabel 4.36. Lokasi Genangan di Kota Curup

NO. Lokasi Data Genangan

Tinggi (cm) Luas (Ha) Lama (menit)

Kejadian dalam 1 tahun

1 Jl. Basuki Rahmat (Depan Polres) 10 0,025 < 30 -

2 Jl. Hasyim Ashari 10 0,04 < 30 -

3 Jl. Madrasah 10 0,06 < 30 -

4 Sekitar Stadion Air Bang 10 0,08 < 30 -

Sumber : Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kab. Rejang Lebong

Tabel 4.37. Saluran Drainase Utama di Kota Curup

NO. Lokasi Jenis Saluran Panjang (m)

Primer (m) Sekunder (m) Tersier (m)

1 Jl. Cokrominoto-Iskandar Ong 1.839 965 2.804

2 Jl. DI. Pandjaitan 1.036 233 1.263

3 Kel. Karang Anyar 221 221

4 Belakang Kodim 343 343

5 Jl. Sapta Marga 377 377

6 Belakang Kompi 277 277

8 Jl. DR. AK. Gani 40 546 698 1.244

Panjang Drainase 1.873 2.457 2.548 6.844

Sumber : Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kab. Rejang Lebong

4.5.2.3 Aspek Kelembagaan

Institusi yang bertanggung jawab pada sektor drainase adalah Seksi Permukiman Dinas Pekerjaan Umum Kab. Rejang Lebong.

4.5.2.4 Aspek Pendanaan

Pengelolaan drainase dibiayai oleh APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten.

4.5.2.4 Aspek Peraturan Perundangan

Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor : 34 /PERMEN/M/2006 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) Kawasan Perumahan.

4.5.2.4 Aspek Peran Serta Masyarakat

Pembangunan serta pengelolaan suatu rencana pengembangan dan pembangunan kawasan sub bidang drainase akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, sesuai dengan kepentingan dan kompetensinya.

Masyarakat selaku pemilik lahan perlu diperankan sebagai pelaku aktif pengembangan rencana pengembangan dan pembangunan kawasan sub bidang drainase termasuk penyediaan dan pengelolaan sehingga dapat memperoleh manfaat dari pengembangan dan penyelenggaraan keterpaduan antara rencana pengembangan dan pembangunan kawasan sub bidang drainase dengan rencana pengembangan dan pembangunan kawasan sub bidang perumahan dan permukiman.

4.5.3 Permasalahan yang Dihadapi

4.5.3.1Permasalahan Sistem Drainase yang Ada

Pada prinsipnya ini merupakan bagian awal dari proses pendefinisian masalah yang menjadi bagian awal dari proses perencanaan system secara keseluruhan. Indikasi permasalahan merupakan hasil analisis detail berdasarkan data – data hasil survai. Karena terbatasnya data – data drainase yang bersifat data teknis detail, maka Inventarisasi permasalahan

sebagai hasil analisis pada tahap ini lebih merupakan permasalahan yang bersifat umum atas dasar masukan dari berbagai sumber. Meskipun demikian konsultan tetap berupaya melakukan pendalaman melalui analisis – analisis yang relevan sehingga didapatkan gambaran permasalahan yang sebenarnya.

Meskipun demikian gambaran permasalahan yang dilaporkan dalam laporan ini tetap penting, sebab dari pelaksanaan diskusi dengan berbagai pihak yang terkait, konsultan mendapatkan masukan – masukan penting terkait dengan kegiatan perumusan masalah dimaksud dalam konteks perencanaan system. Dengan masukan tersebut konsultan dapat melakukan penyaringan informasi, sehingga didapat informasi – informasi yang valid untuk ditindak-lanjuti melalui proses analisis.

Indikasi permasalahan menyangkut isu – isu penting yang terkait dengan Program Investasi Jangka Menengah untuk komponen drainase di wilayah studi, yaitu meliputi permasalahan genangan, kebijakan pembangunan antar kawasan, koordinasi pengawasan pembangunan dan kondisi eksisting system drainase.

1. Genangan

Genangan dengan parameter luas genangan, tinggi genangan, dan lamanya genangan merupakan permasalahan utama yang menjadi fokus perhatian studi. Terjadinya genangan pada beberapa lokasi di wilayah studi secara pasti akan menimbulkan permasalahan berkelanjutan pada system interaksi sosial, ekonomi, budaya, dan aspek interkasi masyarakat lainnya.

Dokumen terkait