• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pendahuluan

3.2. Alur Lembaga

Pemilik proyek atau investor perlu menyadari bahwa mereka harus dapat mengelola proyek secara sukses dengan mengatasi hambatan-hambatan di berbagai lembaga. Manajemen sesungguhnya dapat mengarahkan proyek dan profil resiko proyek untuk mematuhi standar-standar tertinggi. Profil resiko proyek yang rendah akan berdampak pada mudahnya mendapatkan pembiayaan dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah.

Investor harus menyadari bahwa formulir aplikasi, proposal, perizinan, perjanjian dsb., yang menjelaskan mengenai proyek bioenergi harus dipahami dari sudut pandang masing-masing lembaga terkait.

Bank memiliki proses due diligence sendiri yang biasanya lebih rinci dibandingkan dengan persyaratan perusahaan utilitas. Akan tetapi, Peraturan Menteri No 50/2017 yang memberikan mandat agar PLN mengambil tanggung jawab penuh atas pengadaan energi terbarukan mengatur agar dokumentasi serupa diberikan kepada PLN dan bank. Mempertimbangkan bahwa proses due diligence bank dilakukan terhadap setiap detail proyek khususnya di bawah skema project finance, maka kerja sama dengan pihak perbankan, idealnya dan sangat disarankan, dilakukan sejak tahap paling awal. Selain itu, deskripsi proyek - bahkan untuk PLN - harus disampaikan secara komprehensif dan rinci kepada bank.

Gambar 6:

Alur lembaga dan checklist yang membantu (lihat bab 3.4.)

Checklist yang dicantumkan pada bab 3.4. berisi daftar dokumen dan perizinan yang diminta oleh PLN dan bank. Gambar 6 menunjukkan ketergantungan langkah-langkah pengembangan proyek selanjutnya hingga mencapai keputusan “

‘Iya” atau “tidak” final dari masing-masing Lembaga terkait . Kasus di mana dokumentasi proyek tidak memenuhi standar yang diperlukan atau tidak lengkap atau jika harga yang disepakati antara sponsor proyek dan PLN tidak disetujui oleh Kementerian ESDM, dapat menjadi dasar penolakan. Oleh karena itu, investor harus menyampaikan deskripsi proyek dari sudut pandang lembaga-lembaga ini untuk finalisasi yang sukses.

Panduan merekomendasikan agar dokumentasi proyek ini disiapkan untuk memenuhi persyaratan due diligence bank, mulai dari dokumentasi pertama yang disiapkan untuk PLN.

3.3. Manajemen Resiko

Salah satu elemen penting dalam penetapan stuktur pembiayaan adalah penilaian rinci mengenai resiko-resiko yang mungkin terjadi sepanjang masa proyek untuk menentukan aksi mitigasi dan alokasi resiko-resiko yang optimal. Kategori-kategori resiko dapat dibagi berdasarkan pihak yang menanggung resiko, baik perusahaan yang menjalankan proyek (resiko proyek) atau bank (resiko pemberi pinjaman). Akan tetapi, pemberi pinjaman juga akan mengevaluasi resiko-resiko proyek karena resiko ini berdampak langsung terhadap cash flow proyek dan juga kelayakan kredit proyek. Dampak terhadap cash flow bisa terjadi dari sisi pemasukan, yang berarti pemasukan yang berkurang atau tertunda, atau dari sisi pengeluaran, artinya bertambahnya pengeluaran.

Strategi-strategi manajemen resiko akan dijelaskan di bawah.

1) Penghindaran Resiko

Penghindaran resiko mengeliminasi resiko khusus dengan mengabaikan resiko tersebut. Akan tetapi, penghindaran resiko biasanya mengarah kepada hilangnya laba dan/atau munculnya resiko lainnya.

Misalnya, seorang pemilik proyek bermaksud untuk membeli mesin custom-made berkualitas tinggi untuk meningkatkan efisiensi dan laba. Akan tetapi, teknologi ini memiliki resiko, jika mesin tersebut rusak, suku cadang atau mekanik yang dapat memperbaiki mesin tersebut mungkin tidak tersedia. Untuk menghindari resiko ini, pemilik proyek dapat memutuskan apakah dia memilih untuk membeli mesin standar yang dapat berakibat pada berkurangnya laba.

2) Pengalihan Resiko

Pengalihan resiko adalah cara untuk mengalihkan resiko kepada pihak ketiga, umumnya dengan membayar biaya tertentu.

Non-asuransi sebagai mitra untuk pengalihan resiko

Prinsip hukum menyatakan bahwa dalam transaksi penjualan, resiko yang timbul dari penjualan produk, dialihkan dari pemasok kepada pembeli yang memegang barang tersebut, artinya setelah pengembang proyek membeli mesin, resiko-resiko yang timbul seperti kerusakan menjadi tanggungan pembeli. Salah satu cara paling umum untuk mengalihkan resiko semacam ini adalah dengan tidak melibatkan perusahaan asuransi adalah melalui garansi. Garansi ini merupakan kepastian yang mengikat secara hukum, biasanya dengan batas waktu, yang mendeskripsikan ketentuan yang mengatur kapan pemasok harus memperbaiki,

mengganti atau memberikan kompensasi untuk sebuah produk atau layanan. Garansi ini, misalnya, dapat menetapkan bahwa pemasok harus mengganti mesin jika rusak karena gagal beroperasi.

Asuransi sebagai mitra untuk transfer resiko

Tidak ada perusahaan asuransi yang menanggung semua jenis resiko dan perusahaan asuransi selalu merupakan pilihan terbaik kedua setelah kualitas material dan operasional. Pemilik proyek harus memilih berbagai jenis perusahaan asuransi yang paling sesuai untuk proyeknya. Kontrak dengan perusahaan asuransi harus meliputi cakupan asuransi yang ditanggung dan yang tidak ditanggung, serta tugas kedua belah pihak dan cara untuk mengatasi perselisihan hukum. Perusahaan asuransi umum, seperti asuransi tanggung gugat (liability insurance) yang menanggung kerusakan yang dialami pihak lain seperti kecelakaan pekerja atau asuransi peralatan listrik yang meliputi kerusakan peralatan, misalnya karena kebakaran atau banjir. Dalam skema project finance, asuransi kerusakan mesin merupakan hal yang wajib, asuransi terbaik adalah yang menanggung kerugian saat downtime akibat kerusakan.

3) Pembagian Resiko

Pembagian resiko atau distribusi resiko merupakan metode manajemen resiko di mana biaya yang ditimbulkan dari konsekuensi resiko dibagi oleh para mitra. Salah satu bentuk pembagian resiko adalah sindikasi, artinya membentuk sekelompok orang atau perusahaan, yang disebut sindikat. Bank seringkali menggunakan sindikasi untuk membagi resiko kredit dari sebuah proyek. Dalam kasus seperti ini, bank bermitra dengan sindikat untuk memberikan berbagai pinjaman dengan jumlah pinjaman yang lebih kecil daripada satu bank memberikan pinjaman volume besar dan menanggung resiko kredit sendirian.

4) Pengurangan Resiko

Pengurangan resiko berarti secara aktif memitigasi kemungkinan sebuah resiko terjadi atau mengurangi paparan terhadap resiko. Istilah ini didefinisikan secara luas dan mencakup kegiatan-kegiatan seperti membeli lebih banyak persediaan untuk mengurangi resiko kekurangan pasokan serta meningkatan kapasitas karyawan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya resiko operasional. Berbeda dengan penghindaran resiko, resiko khusus tidak sepenuhnya diabaikan melainkan dikurangi.

5) Penerimaan Resiko

Penerimaan resiko dipilih sebagai strategi manajemen resiko yang sesuai dalam hal di mana biaya pengelolaan resiko dianggap terlalu tinggi dibandingkan kemungkinan terjadi atau paparan resiko tersebut. Pengembang proyek bioenergi, misalnya, menanggung resiko secara teoritis bahwa bahan baku rusak karena kemarau.

Akan tetapi, pengembang proyek tersebut beranggapan bahwa kondisi seperti itu nyaris tidak mungkin terjadi, oleh karena itu pengembang proyek tidak secara aktif mengelola resiko ini melainkan menerimanya.

Gambar 7:

Profil resiko sejak tahap pengembangan proyek hingga tahap operasional pembangkit listrik biomassa.

3.3.1. Kategori-Kategori Resiko Proyek

Gambaran di bawah mendeskripsikan resiko-resiko proyek yang paling umum terjadi dan strategi-strategi mitigasi terkait6 :

6 Beberapa elemen dambil dari

http://ppp.worldbank.org/public-private-partnership/financing/risk-allocation-mitigation#construction

Resiko-resiko Tindakan Mitigasi

I. Resiko Konstruksi:

Biaya penyelesaian akan sangat menentukan kelayakan finansial proyek karena asumsi dan rasio keuangan semuanya bergantung pada asumsi biaya konstruksi proyek.

Investor memerlukan mekanisme untuk mengelola resiko seperti kontrak EPC yang rinci dan sistem kontrol proyek sehari-hari di lokasi konstruksi, red/yellow/green flag reports untuk tindakan-tindakan pengendalian yang perlu diambil.

Keterlambatan dalam konstruksi yang memundurkan tanggal penyelesaian.

Kontrak membahas dengan jelas mengenai penyelesaian;

EPC yang dipilih harus bertanggung jawab atas keterlambatan yang diakibatkan dan kompensasi yang ditimbulkan

Resiko-resiko Tindakan Mitigasi II. Resiko Kinerja:

Pemberi pinjaman ingin memastikan bahwa penyelesaian mengharuskan agar pekerjaan diselesaikan dengan kualitas baik agar kontraktor konstruksi dibebaskan dari kewajiban untuk memberikan ganti rugi akibat kinerja yang tidak memenuhi standar.

Kinerja harus diperiksa selama penyelesaian serta sebelum masa garansi dan jaminan berakhir; EPC bertanggung jawab atas kinerja yang tidak memenuhi standar. Kinerja akan dibandingkan dengan tolok ukur selama periode operasional untuk memastikan dasar teknis bagi arus pendapatan. Opini pihak ketiga mungkin diperlukan.

III. Resiko Operasional:

Kelayakan proyek bergantung pada biaya operasional yang diproyeksikan. Jika biaya operasional meningkat, pemberi pinjaman akan menginginkan perlindungan untuk segala sesuatu yang berdampak terhadap arus pendapatan.

Proyek, dalam hal ini cicilan utang (debt service), harus mempunyai perlindungan terhadap kenaikan biaya bahan baku biomassa yang tidak dapat diprediksi (biomassa untuk pembangkit listrik atau POME untuk pembangkit listrik biogas); biaya operasional utama lainnya adalah biaya pekerja dan asumsi inflasi upah yang biasanya dimasukkan ke dalam perjanjian dengan mengacu kepada indeks seperti indeks harga eceran.

Resiko-resiko Tindakan Mitigasi IV. Resiko Permintaan:

Kemampuan jaringan listrik untuk menerima tenaga listrik yang dihasilkan harus dipastikan.

Proyeksi permintaan pembeli wajib terkontrak untuk lokasi tertentu harus dinilai, misalnya melalui perkiraan pertumbuhan, pergerakan demografis; bankability pembeli wajib terkontrak dalam membayar tarif.

V. Force Majeure dan Perubahan Undang-undang:

Perjanjian pembiayaan tidak meliputi force majeure atau perubahan dalam ketentuan undang-undang.

Kewajiban untuk melunasi pinjaman akan terus berjalan dalam keadaan force majeure atau perubahan dalam undang-undang dan tergantung kepada kemampuan finansial pemberi pinjaman; jika tidak, proyek mungkin tidak akan berjalan.

Resiko-resiko Tindakan Mitigasi VI. Resiko Politik dan Regulasi:

Keputusan mengenai harga pembelian tenaga listrik (feed-in tariff) atau skema promosi lainnya dapat dibatalkan atau diubah oleh pemerintah.

Umumnya, investor harus menanggung resiko ini. Untuk proyek-proyek besar, ada beberapa instrumen keuangan seperti derivatif, kontrak berjangka atau hedging tetapi ini tidak berlaku bagi proyek skala kecil seperti PLTBg.

VII. Resiko Nilai Tukar Mata Uang:

Pembiayaan utang bisa didapatkan dari pemberi pinjaman asing, dalam mata uang asing selain dari, atau sebagai tambahan dari, pinjaman dalam negeri.

Permen No. 50/2017 memungkinkan PLN untuk membayarkan renumerasi dalam USD. Pengembang proyek harus membuat simulasi dalam proposal yang menyatakan diperlukannya PJBL dalam USD. Jika pembayaran dikaitkan dengan nilai tukar USD dan disesuaikan setiap bulannya, resiko ini dapat dimitigasi menjadi fluktuasi bulanan.

Tabel 4:

Daftar resiko-resiko umum dan tindakan-tindakan mitigasi yang bisa diambil.

Resiko-resiko Tindakan Mitigasi

VIII. Resiko Tingkat Suku Bunga:

Tingkat suku bunga yang digunakan dapat berupa suku bunga tetap selama jangka waktu tertentu atau suku bunga yang bervariasi selama periode penebusan (redemption period).

Pinjaman project finance cenderung memiliki suku bunga tetap paling tidak untuk jangka waktu yang dapat diperkirakan, agar pelunasan dapat dilakukan secara stabil.

Jika suku bunga tetap tidak dapat diberikan, investor harus menanggung resiko untuk proyek-proyek kecil; hedging hanya berlaku untuk proyek-proyek besar.

3.3.2. Kerja sama antara Pengembang Proyek dan Bank Pembiayaan

Setelah perjanjian pembiayaan berlaku, pembangunan proyek akan dimulai dan diikuti oleh tahap operasional. Di bawah skema project finance, kerja sama antara pengembang proyek dan bank akan dimulai - atau bank dan pengembang proyek, dari segi total kontribusi modal - untuk mewujudkan proyek dengan kinerja baik. Kemitraan ini berarti bahwa bank tersebut menjadi mitra proyek sesungguhnya dengan wawasan penuh tentang setiap detail kemajuan, masalah dan keterlambatan. Terkait dengan kemajuan, bank mengontrol rekening dan menyetujui pembayaran. Semua biaya dan pengeluaran yang berkaitan dengan keterlibatan bank atau advisor akan ditanggung oleh SPV. Elemen-elemen utama yang dilakukan oleh bank dalam melakukan control adalah sebagai berikut:

Tahap Konstruksi:

■ Pelaporan periodik mengenai kemajuan yang dicapai sesuai dengan jadwal (investasi, waktu);

masalah, keterlambatan, dampak dan konsekuensi (potensi keterlambatan, pembengkakan anggaran dan kinerja yang tidak memenuhi standar) harus dianalisis dan dijelaskan. Periode dan tingkat pelaporan bergantung kepada definisi yang ditetapkan oleh bank.

■ Di pembangkit listrik skala besar atau saat masalah terjadi, bank mungkin akan menugaskan engineer atau advisor mereka untuk mengontrol manajemen proyek di lokasi perusahaan atau di lokasi pembangunan. Engineer dari bank harus diterima oleh pengembang proyek sebagai mitra yang memberikan bantuan.

■ Semua pembayaran dalam jumlah besar kepada pihak ketiga seperti EPC, subkontraktor dan

kewajiban lainnya harus disetujui oleh bank dan bank akan melakukan transfer dari rekening SPV kepada penerima. Bank umumnya menerapkan prinsip empat mata untuk mengurangi risiko kredit macet.

■ Prosedur pengujian untuk penerimaan akhir harus dilakukan oleh engineer independen atau badan yang memiliki sertifikat penerimaan resmi. Pengalihan kepemilikan pembangkit listrik dari EPC kepada SPV dilakukan pada tanggal operasi komersial (COD), yang mengikuti langkah berikut. Bank akan menerima COD dan melakukan transfer untuk pembayaran terkait jika punch list sudah disetujui.

Tahap Operasional:

■ Pelaporan periodik (misalnya setiap triwulan) mengenai kinerja ekonomi dan teknis pembangkit listrik; masalah, penggantian, downtime, dampak dan konsekuensi (potensi downtime di masa depan, pembengkakan OPEX dan kinerja yang tidak memenuhi standar) harus dianalisis dan dijelaskan. Rencana aksi harus disusun setelah ancaman-ancaman berat sudah diidentifikasi; bank mungkin akan melibatkan engineer mereka atau pihak ketiga.

■ Semua pembayaran dalam jumlah besar kepada pihak ketiga seperti biaya OPEX atau kewajiban lainnya harus disetujui oleh bank dan bank akan melakukan transfer dari rekening SPV kepada penerima. Sekali lagi, prinsip empat mata digunakan untuk mengurangi risiko kredit macet.

■ Pengawasan bank berakhir dengan pembayaran pelunasan akhir.

3.3.3. Upaya Manajemen yang Mendukung

Bank akan mengevaluasi investor, tim proyek dan struktur manajemen untuk memastikan manajemen yang kuat dan kualitas yang baik. Pengembang proyek dan investor sangat disarankan untuk mempekerjakan tim manajemen proyek yang berpengetahuan luas dan mahir serta seorang project manager yang berpengalaman.

Untuk tahapan pengembangan dan tantangan tertentu, engineer dari perusahaan pemilik mungkin akan diperlukan. Instrumen-instrumen berikut akan memberikan beberapa gagasan mengenai langkah-langkah pengendalian seperti software manajemen proyek, red-flag reports dan protokol.

Jadwal Proyek Rinci - Gantt Chart

Jadwal proyek, seringkali disebut Gantt chart, menggambarkan secara rinci kapan dimulainya dan berakhirnya sebuah proyek. Chart ini menjabarkan milestone dan titik-titik akhir dari sebuah proyek yang dibagi berdasarkan jenis kegiatan, dan menunjukkan ketergantungan antara setiap kegiatan seperti prosedur pemberian persetujuan utama serta minor sub-supplier, pelaksanaan, commissioning dan pengujian untuk penerimaan akhir. Daftar tersebut dapat disusun dalam berbagai tingkat kedetailan, antara lain misalnya:

detail kontrak pemasok yang harus dipenuhi pada waktu tertentu, dokumen, rencana, foto, protokol, dll.

Manajemen database dan alat analisis yang sesuai untuk mencakup semua rincian proyek yang relevan untuk menghitung ketergantungan masing-masing sebaiknya digunakan untuk membantu kontrol proyek.

Ketergantungan dapat bersifat sementara sebagai keterlambatan milestone atau pembengkakan biaya dalam kasus di mana keterlembatan ini akan menimbulkan biaya tambahan. Alat seperti ini memberikan masukan proyek yang terperinci pada saat tertentu dan memberikan sinyal peringatan jika jadwal yang direncanakan tidak terpenuhi. Aspek-aspek yang berguna dari alat tersebut adalah bahwa investor menyetujui untuk

Gambar 8:

Software manajemen proyek profesional menyediakan alat kontrol untuk waktu dan anggaran.

mengikuti logika internal alat tersebut untuk mengurangi risiko-risiko proyek sepanjang pelaksanaan. Ada banyak jenis software Gantt chart profesional yang tersedia secara komersial.

Daftar Komponen dan Interface

Sebagai elemen tambahan manajemen, daftar dan deskripsi komprehensif untuk semua komponen teknis utama seperti infrastruktur teknis dan pekerjaan sipil, akses ke jaringan listrik, pengolahan bahan bakar, boiler pembangkit listrik dan generator dsb harus disiapkan, mencakup data teknis dan interface relevan. Daftar ini harus dikaitkan dengan pengadaan dan pasokan komponen untuk memastikan manajemen interface yang sesuai. Terlebih lagi, daftar ini harus mencakup status flags untuk informasi dan detail yang relevan, kontrak, perjanjian dsb. Yang terakhir, daftar ini akan menjadi bagian penting dari manajemen proyek dan rangkaian alat kontrol.

Gambar 9:

Protokol untuk menunjukkan struktur red-flag untuk tingkatan tindakan yang diperlukan

Daftar tersebut harus disiapkan dengan menggunakan coloured-flag alert system. Ide di balik struktur ini adalah untuk menentukan peringkat setiap langkah proses ke dalam mekanisme peringatan dan untuk memberikan flag merah, kuning atau hijau sesuai status peringatan

Contoh Management Control List Tindakan MERAH

- Hampir tidak sesuasi spesifikasi - Keterlambatan mungkin terjadi - Anggaran terancam

Peringkat setiap langkah dalam proses kontrol manajemen

Protokol

Investor perlu mempekerjakan construction site supervisor yang akan memantau progres implementasi proyek secara keseluruhan. Untuk alasan kontrol, supervisor harus mencatat semua kejadian, barang yang masuk, pencapaian, milestone dsb ke dalam construction site diary serta mengevaluasi dampak terhadap jadwal proyek. Supervisor harus mengadakan pertemuan berkala dengan kontraktor, EPC dsb., setiap hari jika diperlukan, untuk memperbaiki kondisi di lokasi proyek dan mencatat hal-hal ini secara detail.

Protokol ini harus ditanda tangani oleh semua pihak yang terlibat. Protokol ini berfungsi sebagai enabler untuk pembayaran bertahap (sesuai kemajuan) untuk pemasok, jika tujuan-tujuan tercapai dan disepakati.

Pengendalian ini diakhiri dengan pengujian untuk penerimaan akhir yang sukses di mana semua data kinerja untuk pembangkit listrik akan diperiksa, didaftarkan dan dicatat, sedangkan item pada punch list mengenai kekurangan-kekurangan akan diselesaikan. Alhasil, mekanisme pengendalian terperinci diterapkan untuk memastikan kualitas proyek.

Software, laporan dan protokol merupakan instrumen yang membantu tidak saja untuk manajemen dalam kontrol sebuah proyek tetapi juga dalam menyediakan struktur laporan periodik kepada lembaga keuangan.

Pengalaman yang terbukti dengan instrument-instrumen tersebut dalam proyek-proyek sebelumnya akan meningkatkan tingkat kepercayaan antara investor dan bank. Sebagai manfaat tambahan, negosiasi di masa depan dengan bank akan lebih mudah dan lancar. Pada akhirnya, tingkat suku bunga untuk porsi utang proyek akan mendapat manfaat dari control team yang ahli dan profesional.

3.4. Menyiapkan Permohonan Pembiayaan yang Sukses

Proposal pembiayaan yang sudah disiapkan dengan baik merupakan kunci untuk mendapatkan sumber pembiayaan yang diharapkan. Permintaan proyek harus jelas dan lengkap. Kata “jelas” disini mengacu kepada seberapa mudah dipahami permintaan pembiayaan tersebut.

Lembaga keuangan di Indonesia masih belum terlalu berpengalaman dalam membiayai proyek-proyek bioenergi dan oleh karenanya, kapasitas mereka untuk menganalisis aspek-aspsek teknis serta hukum untuk proyek-proyek seperti ini masih terbatas. Oleh karena itu, pengembang proyek harus menyiapkan proyek mereka agar rancangan proyek dapat dipahami oleh mereka yang tidak memiliki latar belakang teknis. Terlebih lagi, karena kepentingan utama lembaga keuangan tergantung kepada kelayakan kredit pemilik proyek, - saat pemilik proyek mampu melunasi kredit dan membayar bunga -, presentasi proyek harus menyoroti aspsek-aspek ekonomi. Oleh karena itu, presentasi tersebut harus menyampaikan secara jelas mengenai cara proyek akan menghasilkan pendapatan dan bagaimana perusahaan dapat memastikan keberlanjutan pembayaran kepada lembaga keuangan jika kinerja proyek di bawah standar.

Yang kedua, permohonan pembiayaan yang lengkap memfasilitasi analisis proyek untuk investor potensial dan dapat mempercepat proses pembuatan keputusan. Dokumen dan informasi yang diperlukan untuk presentasi proyek yang lengkap dijabarkan di bawah. Data disiapkan menggunakan sumber-sumber dari Ditjen EBTKEN, PLN, PT. SMI dan bank lokal. Data tersebut didasarkan pada asumsi bahwa para pemangku kepentingan ini umumnya meminta dokumen dan informasi yang sama. Akan tetapi, tabel di bawah hanya bisa memberikan panduan dan berbagai pihak dapat meminta informasi lebih lanjut.

CHECKLIST No. Dokumen Informasi yang tercantum PLN / Bank

Dokumen mengenai perusahaan Dokumen Umum

1 Struktur perusahaan Organigram, profil tim manajemen X

2

Deskripsi mengenai sektor di mana perusahaan

berkiprah X

3 Laporan Tahunan Deskripsi mengenai kegiatan

perusahaan X

4 Laporan Keuangan X

CHECKLIST No. Dokumen Informasi yang tercantum PLN / Bank

Dokumen Administrasi

5 Akta Pendirian X

6 Surat Izin Usaha

Perdagangan (SIUP) X

7 Tanda Daftar Perusahaan

(TDP) X

8

Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

(SPPKP)

X

9 Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP) X

CHECKLIST No. Dokumen Informasi yang tercantum PLN / Bank

Informasi mengenai Proyek Perizinan

10 Izin Prinsip X

11 Izin Lokasi X

12 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) X

13

Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (jika pembangkit listrik dibangun

di kawasan hutan)

X

CHECKLIST No. Dokumen Informasi yang tercantum PLN / Bank

Informasi mengenai Proyek Studi Kelayakan

15 Gambaran umum proyek

deskripsi lokasi, akses ke lokasi, geografi, pihak berwenang terkait, kondisi sosial-ekonomi, gambaran geografis, gambaran umum geologi wilayah, klimatologi, gambaran umum daerah sumber bahan baku

X

17 Kajian Interkoneksi

Kondisi elektrifikasi, pasokan tenaga listrik, keseimbangan tenaga listrik, beban dan proyeksi permintaan, rencana penambahan kapasitas listrik, kondisi jaringan listrik termasuk SLD, rencana titik interkoneksi jaringan listrik ke jaringan listrik PLN, biaya energi teraras (levelized cost of energy), komposisi pelanggan, dll.

X

CHECKLIST No. Dokumen Informasi yang tercantum PLN / Bank

Informasi mengenai Proyek Studi Kelayakan

18 Studi Pasokan Bahan Baku

Pasokan, sumber, pemasok biomassa, penggunaan biomassa secara bersaing, dampak musiman, penyimpanan dan logistik, transportasi

X

19 Uji laboratorium biomassa Perkiraan, analisis akhir, nilai kalor dan

analisis komposisi abu X

20 Teknologi konversi panas Teknologi yang sesuai X

CHECKLIST No. Dokumen Informasi yang tercantum PLN / Bank

Informasi mengenai Proyek Studi Kelayakan

21

Studi Teknologi

Teknologi yang akan diterapkan,

Teknologi yang akan diterapkan,

Dokumen terkait