1. Pendahuluan
3.1. Peran Entitas Terkait
Selain entitas yang secara langsung terlibat dalam pembiayaan proyek, entitas publik juga memainkan peranan penting dalam mengembangkan dan menjalankan proyek. Peran mereka akan dijabarkan di bawah.
3.1.1. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia
Kementerian ESDM dibantu oleh dua Direktorat Jenderal: 1) Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) dan 2) Direktorat Jenderal Kelistrikan (DJK) menetapkan kebijakan dan program yang mengatur sektor energi terbarukan. Lembaga ini juga menetapkan norma, standar, prosedur teknis dan kriteria bagi pembangunan yang sesuai dan mengikuti target Pemerintah Indonesia, yakni 23%
energi terbarukan dalam bauran energi pada tahun 2025.
Skema saat ini, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri No. 50/2017, mengatur bahwa harga jual tenaga listrik final yang merupakan hasil negosiasi antara PLN dan Pembangkit Listrik Swasta (IPP) memerlukan persetujuan dari Menteri, yang dapat menunjuk Ditjen EBTKE atau DJK untuk mengkaji harga yang disepakati dalam PJBL. PLN dan pemilik proyek baru dapat menandatangani PJBL setelah mendapatkan persetujuan Menteri. Lihat Lampiran A.2 untuk mendapatkan nomor kontak Ditjen EBTKE dan DJK.
3.1.2. PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Di masa lampau, PLN selalu menjadi pembeli wajib terkontrak (off-taker) tenaga listrik utama, tetapi dengan diterbitkannya Peraturan Menteri No. 12/2017 (yang sudah direvisi dalam Peraturan Menteri No.
50/2017), perusahaan utilitas milik negara ini kini mengemban tanggung jawab penuh dalam pengadaan energi terbarukan. Peraturan Menteri No. 50/2017 tidak hanya menetapkan harga tertinggi (ceiling price) untuk berbagai PJBL teknologi energi terbarukan tetapi juga mengalihkan banyak tanggung jawab kepada PLN. Jika tidak ada peraturan lain yang dikeluarkan untuk menggantikan Peraturan Menteri No. 50/2017, PLN harus melakukan pemilihan langsung dalam proyek-proyek energi terbarukan bukannya penunjukan langsung. Perubahan ini saja mensyaratkan agar PLN menyiapkan diri dan melakukan pra-seleksi para pengembang proyek yang akan diundang dalam tender untuk kalangan terbatas agar memenuhi kriteria pemilihan langsung. Pengembang proyek yang lulus dari proses pra-kualifikasi dimasukkan ke dalam “Daftar Penyedia Terpilih” dan dapat berpartisipasi dalam tender. Entitas asing dari negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia dapat berpartisipasi jika mereka bermitra dengan entitas lokal untuk memenuhi persyaratan kepemilikan Indonesia yang diwajibkan.
Kriteria pra-kualifikasi mencakup kepatuhan terhadap aspek teknis, finansial dan administrasi. Persyaratan teknis membutuhkan pengalaman dalam mengembangkan, membangun dan/atau mengoperasikan pembangkit listrik energi terbarukan yang sudah beroperasi secara sukses selama paling tidak satu tahun.
Perusahaan induk yang tidak memiliki pengalaman seperti ini tetapi memiliki anak perusahaan operasional yang memiliki keahlian yang disyaratkan (misalnya entitas proyek bertujuan khusus yang bertempat di wilayah yurisdiksi di mana proyek tersebut dijalankan), dapat mengajukan aplikasi pra-kualifikasi.
Dari aspek finansial, persyaratan yang ditetapkan adalah agar para bidder memiliki rating kredit tertentu yang dijaminkan oleh salah satu lembaga rating kredit yang diakui dan memenuhi ambang batas EBITDA historis minimum untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki aset yang memadai untuk membiayai porsi modal proyek. Surat dari bank yang memberikan konfirmasi mengenai hubungan dengan perusahaan juga diminta.
Tender PLN akan menetapkan lokasi khusus dan kapasitas bidding bagi para pengembang proyek. Pemenang lelang akan diputuskan berdasarkan harga terendah yang masih harus mendapatkan persetujuan dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Jika pengembang proyek sudah membuat simulasi dalam proposalnya yang menyatakan bahwa PJBL perlu menggunakan mata uang USD karena pendanaan dan/atau investasi dilakukan dalam USD, maka PLN juga terbuka terhadap opsi untuk membuat PJBL-kontrak menggunakan mata uang USD. Sebelum penandatanganan PJBL, para pengembang proyek perlu menyediakan jaminan bank sebesar 10% dari nilai proyek sebagai komitmen untuk merealisasikan proyek secara tepat waktu.
Setelah penandatanganan kontrak PJBL, pengembang proyek memiliki 6-12 bulan untuk mendapatkan persetujuan pembiayaan. Kontrak PJBL akan dibatalkan jika persetujuan pembiayaan tidak berhasil dicapai dan jaminan bank akan diberikan kepada PLN.
Lihat Lampiran A.2 untuk mendapatkan nomor kontak PLN.
3.1.3. PT Sarana Multi Infrastruktur (PT. SMI), Indonesia
PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (PT. SMI) merupakan badan usaha milik negara dengan spesialisasi pembiayaan infrastruktur, PT SMI bertindak sebagai katalis dalam mempercepat pembangunan infrastruktur di Indonesia. PT SMI didirikan pada bulan Februari 2009 sebagai lembaga keuangan non-bank dan menjadi jembatan untuk memfasilitasi pemilik proyek dan lembaga keuangan dalam tahap persiapan proyek dan jasa konsultasi. PT. SMI juga mendukung agenda pembangunan infrastruktur Pemerintah Indonesia, sebagaimana yang disebutkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Indonesia 2015-2019, melalui kemitraan dengan lembaga keuangan swasta dan/atau multilateral/bilateral dalam proyek Kerja Sama Pemerintah Badan Usaha (KPBU).
PT. SMI menawarkan pembiayaan jangka panjang serta jangka pendek dan terlibat di berbagai sektor, yang meliputi energi terbarukan dan efisiensi energi, dengan menyediakan berbagai produk investasi/pembiayaan dari investasi modal hingga pinjaman seperti pinjaman investasi, pinjaman modal kerja, bridging loans, take-out financing, promoter financing, pembiayaan subordinasi dan mezzanine loans.
PT. SMI berpengalaman dalam menetapkan struktur pembiayaan proyek untuk pembangkit listrik tenaga mini hydro dengan menyediakan senior loans dan mezzanine loans bagi proyek. PT SMI membutuhkan sponsor proyek yang kuat dari special purpose vehicle (SPV) yang mengembangkan proyek energi terbarukan.
Pada saat yang sama, PT SMI juga menyediakan layanan konsultasi, yang secara efektif mendukung fungsinya sebagai katalis karena peran ini memungkinkan pengembangan kapasitas di antara pejabat pemerintah dan badan usaha dalam pembiayaan pengembangan infrastruktur. Selain proyek energi terbarukan, PT SMI juga
menyediakan pembiayaan bagi pembangkit listrik bahan bakar fosil dan proyek infrastruktur lainnya seperti jalan, bandara, stasiun kereta api, dsb.
PT SMI mendapatkan akreditasi sebagai National Implementing Entity (NIE) dari Green Climate Fund (GCF).
Dengan lebih dari USD 10 miliar dalam bentuk mobilisasi di awal dan berbagai instrumen keuangan yang tersedia, termasuk hibah, pinjaman konsesi, pembiayaan subordinasi, modal, dan jaminan, yang memberikan fleksibilitas untuk menyesuaikan dengan kebutuhan proyek, PT. SMI akan memainkan peranan kunci dalam mendukung ambisi Indonesia untuk mewujudkan pembangunan rendah karbon.
Pada tahun 2011, PT SMI bersama-sama dengan Asian Development Bank (ADB), International Finance Corporation (IFC) dan Deutsche Investitions- und Entwicklungsgesellschaft GmbH (DEG) membentuk usaha bersama (joint venture company) yang berfokus pada pembiayaan proyek-proyek infrastruktur, yakni PT Indonesia Infrastructure Finance (PT IIF).
Melalui kerja sama dengan berbagai donor, PT. SMI mengembangkan berbagai produk untuk mendukung proyek-proyek energi terbarukan.
Program untuk Energi Terbarukan
Dengan bantuan finansial dari AFD, PT. SMI dapat menyediakan hingga 100 juta USD untuk investasi dalam proyek-proyek energi terbarukan. Terlebih lagi, program ini menawarkan hibah sejumlah 5 juta USD dalam bentuk subsidi suku bunga, jaminan dan mekanisme kerugian pertama.
Lihat Lampiran A.2 untuk mendapatkan nomor kontak PT SMI.
3.1.4. Asian Development Bank (ADB), Indonesia
Asian Development Bank (ADB) mengelola Leading Asia’s Private Infrastructure Fund (LEAP) sebagai kendaraan pembiayaan bersama (co-financing vehicles) yang didedikasikan bagi infrastruktur sektor swasta yang berkualitas dan berkelanjutan (antara lain mencakup produksi energi terbarukan) di Asia dan Pasifik.
Fund ini dapat menyediakan pembiayaan bagi perusahaan dan proyek. Japan International Cooperation Agency (JICA) telah memberikan kontribusi bagi fund senilai USD 1,5 miliar dalam bentuk komitmen modal saat dibentuk pada bulan Agustus 2016.
Fund ini menyediakan pembiayaan bersama (co-financing) bagi proyek infrastruktur skala besar pada berbagai tahap pengembangan termasuk tahap awal, tahap pertumbuhan, proyek greenfield dan brownfield. Dukungan yang diberikan kepada proyek diwujudkan dalam bentuk dampak pembangunan yang sudah diantisipasi dan diselaraskan dengan strategi-strategi ADB dan JICA. Fund akan mengambil alih pembiayaan proyek (non-recourse atau limited recourse) dan transaksi corporate finance, serta akan berupaya untuk memberikan dukungan bagi serangkaian modalitas partisipasi sektor swasta termasuk kerja sama pemerintah badan usaha, joint ventures, proyek inisiatif pembiayaan swasta, dan privatisasi, serta pembiayaan proyek konvensional.
Pembiayaan bersama ini disediakan dalam bentuk pinjaman, investasi modal, dan transaksi mezzanine.
ADB yang memiliki kantor pusat di Manila, berdedikasi untuk mengurangi kemiskinan di Asia dan Pasifik melalui pertumbuhan ekonomi inklusif, pertumbuhan berkelanjutan yang ramah lingkungan, dan integrasi
regional. ADB menyadari pentingnya investasi berkelanjutan bagi kawasan ini dan setiap tahunnya sudah menginvestasikan lebih dari $2 miliar untuk proyek-proyek energi bersih sejak tahun 2011.
Lihat Lampiran A.2 untuk mendapatkan nomor kontak ADB.