• Tidak ada hasil yang ditemukan

Amati Lelanguan

USAHA MENCAPAI KESELAMATAN DALAM PERSPEKTIF HINDU

MAKNA HARI RAYA NYEPI UNTUK KESELAMATANIV.

4. Amati Lelanguan

Amati lelanguan berarti tidak berfoya-foya dalam arti menghamburkan keuangan kesana kemari untuk memuaskan indria. Kesenangan dan kerakusan indria tidak ada habisnya. Pikiran adalah pusat segala kegiatan indria-indria. Karena itu, apabila kita mendengar tentang objek-objek indria, pikiran langsung terangsang menjadi gudang segala ide untuk kepuasan indria. Sebagai akibatnya, pikiran dan indria-indria menjadi tempat menyimpan hawa nafsu. Pikiran menyeret kecerdasan untuk semakin meningkatkan cara memuaskan sang indria. Padahal kecerdasan itu sebenarnya adalah tetangga dekat dengan sang roh. Oleh karena itu, kecerdasan yang penuh hawa nafsu mempengaruhi sang roh untuk memperoleh keakuan yang palsu (egois). Sang roh yang sudah egois menjadi kecanduan dalam kenikmatan indria duniawi. Sang roh salah paham dengan menganggap bahwa kenikmatan indriaduniawi adalah kebahagiaan yang sejati. Berawal dari sinilah sang roh terjebak tidak menyadari ada kenikmatan yang sejati di alam rohani dan tidak mempedulikan program keselamatan oleh Tuhan.

Pada kesempatan Nyepi yang bagus inilah umat Hindu berjuang untuk mengendalikan indrianya. Umat Hindu pada saat ini juga berjuang untuk memilah dan memilih kesenangan mana yang bersifat spirtual dan mana yang material. Pengendalian indria secara total juga merupakan jalan menuju ketenangan. Memang ketenangan dan ketabahan hati adalah salah satu cara mempertebal sradha (keimanan). Dengan ketebalan rasa iman maka diharapkan semakin tekun dalam pelaksanaan spiritual kepada Tuhan. Kalau seseorang tidak memiliki keimanan yang kuat sudah pasti ia tidak sanggup mematuhi aturan dan peraturan Kitab Suci. Jika seseorang tidak menghayati pesan Kitab Suci dan tidak membatasi indrianya, maka tidak mungkin baginya menjadi mantap dalam kesadaran terhadap Tuhan. Contoh yang dikemukakan di atas mengenai kura-kura sangat bagus. Setiap saat ia menarik kaki dan kepala (indria)-nya, pada saat yang lain memunculkannya untuk tujuan tertentu. Begitu juga orang yang sadar kepada Tuhan, indrianya akan digunakan hanya untuk tujuan tertentu. Dengan begitu bagi mereka yang sungguh-sungguh maju

dalam kehidupan spiritual akan senantiasa mencintai dan dicintai oleh Tuhan dan pada akhirnya diselamatkan.

Sehari setelah Nyepi, pada tanggal satu Saka, umat Hindu saling mengunjungi sanak keluarga mereka. Kunjungan itu intinya untuk shimakrama yaitu acara saling memaafkan. Dalam kehidupan sehari- hari setiap orang pada umumnya mempunyai empat kelemahan: (1) kecenderung untuk berbuat salah, (2) kecenderungan untuk menipu, (3) indria tidak sempurna, dan (4) mudah dipengaruhi oleh khayalan.

Kecenderungan seseorang untuk berbuat salah yang tidak disadari adalah penyebab adanya salah paham dan menimbulkan pertengkaran di seluruh dunia. Pertengkaran itu dapat terjadi antarindividu, antarkeluarga, antarkampung, antar-komunitas, antarsuku, dan bahkan tidak menutup kemungkinan antarbangsa. Seharusnya setiap orang secara jujur secepatnya mengakui kesalahannya dan saling memaafkan sehingga pertengkaran dapat dicegah. Dalam acara shimakrama inilah umat Hindu dengan rendah hati mengakui kesalahan baik ucapan maupun perbuatan yang pernah dilakukan dalam satu tahun silam dan kemudian saling memaafkan. Jika hati merasa lega karena sudah saling memaafkan, maka bila selanjutnya mau belajar tentang keinsyafan diri dan kesadaran akan Tuhan menjadi mudah.

Kecenderungan tipu-menipu ini, sangat kuat mempengaruhi setiap orang, entah dalam kapasitas yang besar maupun yang kecil. Tipu-menipu dengan alasan apapun pada akhirnya memuncak dalam rangka ingin memuaskan indria sendiri atau mungkin sekedar untuk membela diri. Hal ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut, sebab akan menjadi hambatan dalam kemajuan rohani atau keinsyafan diri. Untuk meningkatkan keinsyafan diri inilah dalam kontemplasinya umat Hindu berupaya memperbaiki masalah tipu menipu dalam satu tahun silam dan memperbaiki pada saat Nyepi dalam acara shimakrama.

Ketidaksempurnaan indria juga merupakan salah satu penyebab kesalahpahaman antara satu orang dengan orang lain. Misalnya salah pendengaran, salah penglihatan, salah perasaan bisa menimbulkan

kebencian. Kebencian menimbulkan pertengkaran. Kesalahan dan kebencian bukan hanya merugikan bagi dirinya sendiri namun sudah pasti juga merugikan orang lain. Di sinilah manfaat nasehat yang berbunyi “berpikirlah sebelum berucap atau bertindak.” Yang dimaksudkan supaya tidak menimbulkan kesalahpahaman. Hal ini juga dapat dipakai dalam upaya menjaga keharmonisan hubungan satu dengan yang lain. Keharmonisan dalam hal apa pun akan menjadi indah untuk meningkatkan kesadaran akan Tuhan. Oleh karena itu, program Nyepi sesungguhnya dimaksudkan untuk menghilangkan ampas emosi sebagiamana dijelaskan di atas, sehingga akan memperbaiki empat kecenderungan tersebut. Jika empat kecenderungan itu diperbaiki maka berangsur-angsur timbullah unsur-unsur kesucian untuk memperoleh keselamatan.

Rangkaian terakhir adalah Dharma shanti (malam perdamaian). Hal ini disesuaikan dengan kemampuan desa, kala, dan patra (tempat, waktu, dan keadaan). Pada umumnya umat Hindu di seluruh Indonesia, dari tingkat kecamatan sampai tingkat nasional, mengadakan dharma shanti. Salah satu acara penting di dalam dharma shanti itu adalah dharma wacana, yaitu dharma (kebenaran/kewajiban) yang diwacanakan sebagai ceramah keagamaan untuk menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan Nyepi dan menyambut tahun baru Saka. Adapun topik atau isi ceramah tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi, situasi, dan kebutuhan dalam pembinaan umat Hindu setempat. Untuk tingkat Nasional biasanya selain dharma wacana juga menghadirkan Presiden atau Wakil Presiden. Jika mereka berhalangan hadir, maka dihadirkan Menteri Agama. Para pejabat ini dimohon untuk memberi sambutan dalam upaya menambah wawasan umat Hindu agar tetap patuh pada aturan pemerintah demi ikut menjaga ketentraman masyarakat. Dengan situasi yang tentram kita dapat belajar kerohanian dengan nyaman.

Secara singkat, makna hari raya Nyepi melalui Catur Brata Penyepian, adalah untuk mengendalikan diri sekaligus mulat sarira (mawas diri) dan menjaga hubungan yang harmonis dengan sesama manusia dan dengan Tuhan. Sedangkan upacara terhadap bhuana

agung (alam), dimaksudkan untuk menjalin keharmonisan dengan lingkungan hidup sebagaimana dijelaskan di atas.

PENUTUP

Keselamatan dalam ajaran Hindu adalah suatu kondisi di mana sang roh sudah mencapai kebahagian, kedamaian yang sejati di alam rohani. Alam rohani merupakan tempat yang tidak diterangi matahari, bulan, api, maupun listrik, namun bukan berarti gelap, sebab ada cahaya yang sangat cemerlang dari Tuhan sendiri. Cahaya Tuhan melebihi ratusan ribu cahaya matahari yang kita miliki di dunia ini (Bhagavad-gita 10.12). Di sana pula sang roh menikmati hidup kekal, dengan pengetahuan sempurna, dan penuh kebahagiaan, tanpa mengalami sakit, usia tua dan kematian. Keselamatan hanya bisa dicapai dengan cara menghayati rumus-rumus atau ajaran di atas, termasuk melaksanakan empat brata penyepian dengan sepenuhnya. DAFTAR PUSTAKA

Bhaktivedanta, Swami, A.C. 1986. Bhagavad-gita Menurut Aslinya. Jakarta: Tim Penterjemah.

Bhaktivedanta, Swami, A.C. 1982. Bhagava Purana. Philippines: The Bhaktivedanta Book Trust.

Ngurah, I Gusti Made. 1999. Pendidikan Agama Hindu untuk Perguruan Tinggi. Surabaya: Paramita.

Pandit, Bansi. 2006. Pemikiran Hindu. Surabaya: Paramita.

Puja Gede. 1984. Sarasamauccaya. Jakarta: Proyek Pembinaan Hindu.

Raharjo, Budi. 2006. Serial Khutbah Anti Korupsi Perspektif Agama Hindu. Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika.

Sura, Gede. 1981. Pengantar Tattwa Dharsana. Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia.

Yayasan Sanatana Darmasrama. 2003. Intisari Ajaran Hindu. Surabaya: Paramita.

MEMAKNAI HARI RAYA SEBAGAI