• Tidak ada hasil yang ditemukan

LIBUR NASIONAL DAN MAKNANYA DALAM KONTEKS KESELAMATAN

MEMAKNAI HARI BESAR DALAM AGAMA ISLAM

LIBUR NASIONAL DAN MAKNANYA DALAM KONTEKS KESELAMATAN

Hari besar Islam yang tidak termasuk hari libur nasional adalah:

1. Ramadhan

Ramadhan merupakan bulan kebaikan dan bulan penuh berkah. Allah SWT menurunkan al-Qur’an pada bulan Ramadhan. Allah SWT juga menganugrahkan malam seribu bulan (lailatul qadar)14 pada

bulan Ramadhan.

Ramadhan dimasukkan kedalam pembahasan kali ini meskipun bukan menjadi hari libur nasional, sebab Ramadhan dan Idhul Fitri merupakan satu paket. Sebuah keniscayaan bagi umat Islam setelah menjalankan puasa Ramadhan sebulan penuh kemudian merayakan Idhul Fitri.

Selama bulan Ramadhan seluruh umat Islam yang baligh dan mampu diwajibkan berpuasa. Puasa bagi umat Islam dimaknai sebagai tindakan menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa, dimulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Adapun hal-hal yang membatalkan puasa adalah memasukkan suatu benda dengan sengaja ke dalam lubang yang sampai ke lambung, melakukan hubungan seksual dengan sengaja, mengobati kemaluan dan dubur, muntah disengaja, keluar air mani karena sentuhan, haid, nifas, gila, murtad.

Puasa melatih untuk meningkatkan kepekaan sosial dan kecerdasan emosional terhadap lingkungan masyarakat, terutama

14 Hadits dari Aisyah mengatakan : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di

sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dan beliau bersabda, yang artinya: “Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Romadhon” (HR: Bukhari - Muslim). Lailatul Qadar berasal dari dua kata laila berarti malam dan Qadr (qadar) berarti mulia, sempit, pengaturan dan ketetapan. Mulia di sini artinya karena malam itu terpilih sebagai waktu turunnya al-Qur’an. Sempit berarti karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang tertera dalam al-Qur’an surat al-Qadr. Pengaturan artinya karena Allah pada malam itu mengatur strategi Rasul-Nya untuk mengajak manusia menuju jalan yang benar. Ketetapan bermakna ketetapan perjalanan hidup manusia. M Quraish Shihab, Lentera Hati,cet. ke-31(Bandung: Mizan 2007), hlm. 188

terhadap yang lemah dan menderita. Orang yang berpuasa dengan benar tentu merasakan bagaimana derita orang lapar dan dahaga. Dengan kata lain, Ia dapat mengambil pelajaran dengan mudah dari pengalamannya selama berpuasa, ketika harus menahan lapar, dahaga dsb.

Di samping itu, puasa bisa membersihkan diri dari hal-hal yang buruk, karena ketika seseorang berpuasa, saluran tubuhnya yang biasa dilewati oleh hal-hal yang menggoda (setan) akan semakin menyempit. Dengan kata lain, jika puasanya memang benar-benar, maka seorang Muslim akan jauh dari godaan keinginan-keinginan hawa nafsu yang menyesatkan. Singkat kata, puasa merupakan zakat jiwa (pembersihan jiwa). Ketika rasul hijrah ke Medinah, Rasul telah melakukan puasa, misalnya puasa tiga hari setiap bulan dan puasa asyura (puasa tanggal 10 bulan Sya’ban). Baru setelah itu turun surat 3:183 yang mewajibkan puasa Ramadhan kepada umat Islam.15

Secara kesehatan, manfaat berpuasa adalah membentuk tubuh ideal dan kulit yang bagus, memelihara organ-organ pencernaan, memelihara dan melatih fi sik, dan perbaikan kondisi lambung akibat

terhentinya asupan makanan.16

Dalam Islam terdapat beragam sebutan puasa, namun yang wajib bagi semua umat Islam yang baligh dan mampu hanyalah puasa bulan Ramadhan. Beragam sebutan puasa itu antara lain: puasa Asyura (tanggal 10 Syaban), puasa Rajab, puasa Sya’ban, puasa Senin dan Kamis, puasa Daud (puasa selang seling, hari ini puasa besok tidak), puasa tiga hari tiap bulan (tanggal 13, 14 dan 15 kalender Hijriyah), dan lain-lain. Ragam puasa tersebut disebut puasa sunnah, sebab secara syar’i hukum mengerjakan puasa tersebut adalah sunnah; yakni, jika puasa-puasa tersebut ditinggalkan tidak apa-apa, dan jika dilakukan akan mendapatkan pahala.

Puasa mempunyai makna yang sangat mendalam bagi umat Islam. Al-Ghazali dalam master piece-nya, Ihya’ Ulum ad-Din, membagi orang yang berpuasa itu dalam tiga tingkatan. Pertama, syaum al’am,

15 Ibnu Katsir, al-Misbah al-Munir Tahzib Tafsir Ibnu Katsir, TP. hlm. 103.

yaitu puasanya orang-orang yang menahan lapar, haus, syahwat seksual, dan larangan lainnya yang telah ditentukan dalam syara’. Ini adalah puasanya orang kebanyakan, jika diibaratkan naik kereta puasa ini adalah kelas ekonomi.

Kedua, syaum al-khash, yaitu puasa seperti syaum al’am ditambah dengan kemampuan menahan pendengaran, pembicaraan, kaki, tangan dan pikiran dari perbuatan dosa. Inilah puasa pertengahan yang kalau diibaratkan naik kereta puasa ini adalah kelas bisnis.

Ketiga, shaum khas al-khash (puasa sangat khusus), yaitu puasa yang paling tinggi tingkatannya, yaitu puasa seperti pertama dan kedua ditambah kepasrahan yang mendalam terhadap Allah SWT. Puasa ini diibaratkan kelas eksekutif. Dari tingkatan ini, setiap orang dapat mengukur sejauh mana kualitas puasanya, meskipun pada akhirnya hanyalah Allah yang dapat menilai karena puasa adalah ibadah yang akan dinilai langsung oleh-Nya.17

2. Nuzulul Qur’an

Nuzulul Qur’an secara bahasa berarti turunnya al-Qur’an, yakni waktu kejadian penurunan al-Qur’an (wahyu Allah) kepada Rasul Muhammad SAW, melalui malaikat Jibril yang terjadi di Gua Hira. Adapun ayat yang pertama kali turun adalah lima ayat pertama dari surat al-Alaq. Terkait tanggal tepat turunnya di kalangan umat Islam terjadi perdebatan. Sebagian menyakini peristiwa tersebut terjadi pada bulan Rabiul Awal pada tanggal 8 atau 18. Bertepatan pada tanggal 18 Rabiul Awal tersebut berdasarkan riwayat Ibnu Umar.

Sebagian lainnya, berdasarkan pendapat Abu Hurairah yang mengatakan pada bulan Rajab pada 17 atau 27. Lainnya menyebutkan terjadi pada bulan Ramadhan pada tanggal 17 (menurut Al-Bara’ bin Azib), tanggal 21 Ramadhan (menurut Syekh Al-Mubarakfuriy) dan terakhir menurut pendapat Aisyah, Jabir dan Watsilah bin Asqo’ bahwa peristiwa turunnya al-Qur’an terjadi pada tanggal 24

17 Saifuddin Zuhri Qudsy, “Frequently Asked Questions (FAQ)Dalam Agama Islam”, dalam

Ignatia Esti Sumarah, ed., Pluralisme Agama dalam Prespektif Kesatuan (Yogyakarta: USD, 2012).

Ramadhan.18 Pada umumnya umat Islam memperingatinya pada

tanggal 17 Ramadhan.

Memperingati Nuzulul Qur’an merupakan bentuk ungkapan syukur umat Islam atas diturunkannya al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia di muka bumi ini. Di dalamnya terkandung keterangan-keterangan tentang petunjuk yang benar dan salah, sehingga al-Qur’an disebut al-Furqan sebagaimana tertera dalam surat al-Furqan ayat 1: “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam” (QS. al-Furqaan [25]:1).19

SIMPULAN

Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hari-hari raya Islam memiliki makna yang besar bagi umat Islam, karena di dalamnya tersirat peristiwa-peristiwa yang spektakuler dalam pembentukan ajaran Islam awal. Dalam perkembangan selanjutnya, wajar bagi umat Islam jika merayakannya dan terus- menerus mengingat serta mengabadikannya hingga saat ini. Di samping, karena sebagian besar peringatan dan perayaan hari besar Islam tidak hanya sekedar peringatan, perayaan dan seremoni saja, tetapi didalamnya mengandung makna menjalankan sebagian ajaran- ajaran Islam juga. Wa Allahu ‘alam.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, Charles F. 1971. Islam. Dalam Geoffrey Parrinder, Man and his Gods: Encyclopedia of the World’s Religion. London: Hamlyn Publishing Group.

Akhmad Iqbal. 2009. Panen Pahala Dengan Puasa. Yogyakarta: Jogja Great Publisher.

Datoo, Bashir A. 2006. Perspectives on Islamic Faith and History: A Collection of Analytical Essays. NewYork: Tahrike Tarsile Qur’an Inc.

18 http://id.wikipedia.org/wiki/Nuzulul_Qur’an. Diunduh pada 9 Mei 2013

19 Akhmad Iqbal, Panen Pahala Dengan Puasa (Yogyakarta: Jogja Great Publisher, 2009), hlm.

Hilmi Ali Sya’ban. 2004. Nabi Ishaq.Terj.: Saifuddin Zuhri Qudsy. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Ibnu Katsir. al-Misbah al-Munir fi Tahzib Tafsir Ibnu Katsir. TP. Muhammad Nasib Ar Rifa’i. 2008. Ringkasan Tafsir Ibn Katsir:

Kemudahan Dari Allah, Terj. Syihabuddin. Cet. 12. Jakarta: Gema Insani.

Muhammad Sholikhin, 2010. Ritual dan Tradisi Islam Jawa, Yogyakarta: Narasi

Nasution, Muslim H. 1999. Tapak Sejarah Seputar Makkah Madinah, Jakarta: Gema Insani Press

Pohl, Florian. 2010. Islamic Belief, Practices, and Cultures, Selangor: Marshall Cavendis Coorporation.

Saifuddin Zuhri Qudsy. 2012. “Frequently Asked Questions (FAQ) Dalam Agama Islam.” Dalam Ignatia Esti Sumarah, ed., Pluralisme Agama dalam Prespektif Kesatuan. Yogyakarta: USD. Shihab, M. Quraish. 1998. Wawasan al-Qur’an. Cetakan VII. Bandung:

Mizan.

Shihab, M. Quraish. 2007. Lentera Hati,cet. 31. Bandung: Mizan 2007 Sularto, St., ed. 2004. Haji Agus Salim (1884–1954) Tentang Perang,

Jihad dan Pluralisme.Jakarta: Gramedia.

Walker, Robert. 2010. Eid Azha. New York: Crabtree Publishing Company.

Sumber Internet

http://id.wikipedia.org/wiki/Nuzulul_Qur’an. Diunduh pada 9 Mei 2013.

“Makna Tahun Baru Hijriyah.” Dalam http://www.anneahira.com/ makna-tahun-baru-hijriyah.htm. Diunduh pada 10 Mei 2013. Marmapaung, Watni. “Memetik mutiara hikmah Isra’ Mi’raj.” Dalam

http://.waspada.co.id/:memetik-mutiara-hikmah-isra-miraj. Diunduh pada 10 Mei 2013.

www.wikipedia.org/wiki/Kalender_Hijriyah. Diunduh pada 23 April 2013.

MAKNA KESELAMATAN YANG