• Tidak ada hasil yang ditemukan

Amfetamin, Metamfetamin dan MDMA dalam cuplikan a Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

C. Pemeriksaan Konfirmas

4. Amfetamin, Metamfetamin dan MDMA dalam cuplikan a Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

1) Prinsip

Sampel diekstraksi dengan metanol, elusi menggunakan eluen tertentu, sehingga terbentuk noda dengan Rf tertentu. Noda

discanning dengan spektrodensitometer, sehingga terbentuk

spektrum serapan sinar ultraviolet sebelum akhirnya noda pada pelat disemprot menggunakan penyemprot tertentu. Rf spektrum serapan sinar ultraviolet dan warna noda hasil penyemprotan dari sampel dibandingkan terhadap baku pembanding

2) Alat

a) . Peralatan kromatografi lapis tipis (KLT) terdiri dari - Pipet kapiler

- Plat KLT dilapisi silika gel berfluoresensi pada λ 254 nm dengan ketebalan 0,25 mm

- Tabung elusi (developing tank) - Lampu UV λ 254 nm

b) Spektrofotodensitometer 3) Reagen

a) Pelarut organik : metanol, etil asetat, amoniak b) Penampak noda ninhidrin

0,5 g ninhidrin ditambahkan pada 10 mL asam klorida dan diencerkan hingga 100 mL dengan aseton0,5 g ninhidrin ditambahkan pada 10 mL asam klorida dan diencerkan hingga 100 mL dengan aseton

c) Penampak noda Fast Black K - Larutan Fast Black K

1 g garam Fast Black K larutkan dalam 100 mL - Larutan Natrium hidroksida 1 N

4 g NaOH larutkan dalam 100 mL air d) Larutan sampel Larutan sampel

Satu dosis sampel (atau 50 mg cuplikan) larutkan dalam 10 mL metanol, bila perlu saring (A).

e) Larutan baku

Buat masing-masing larutan baku pembanding dalam metanol sebagai berikut :

- Amfetamin 5 mg/mL (B1)

- Metamfetamin 5 mg/mL (B2)

4) Cara Kerja

Larutan A, B1, B2 dan B3 masing-masing ditotolkan pada pelat

secara terpisah dan dilakukan kromatografi lapis tipis dengan kondisi sebagai berikut :

Fase diam : Silika gel GF 254

Fase gerak : 1. Metanol - amoniak (100 : 1,5) 2. Etil asetat - metanol - amoniak (85 :10 : 5)

Volume penotolan : Larutan A dan B masing-masing 20 µL. Jarak rambat : 15 cm

Penampak noda : 1. Sinar ultraviolet λ 254 nm, noda berwarna ungu,

2. Penampak noda ninhidrin

- Angkat lempeng, diamkan sampai kering

- Semprot dengan larutan penampak noda

- Panaskan lempeng pada suhu 1200 C selama 15 menit

Noda berwarna ungu 3. Penampak noda Fast Black K

- Angkat lempeng, diamkan sampai kering

- Semprot dengan larutan Fast Black K - Semprot dengan larutan Natrium

hidroksida 1 N

- Semprot dengan larutan Fast Black K Noda berwarna ungu (amfetamin, metamfetamin)

Noda berwarna jingga (MDMA) Konfirmasi :

Sebelum pelat disemprot dengan penampak noda, dilakukan pengukuran spektrum serapan ultra violet terhadap noda sampel yang mempunyai harga Rf atau tinggi noda yang sama dengan salah satu noda baku menggunakan alat spektrodensitometer. Interpretasi Hasil :

Cuplikan mengandung amfetamin bila :

- Larutan A memberi harga Rf dan warna noda yang sama dengan harga Rf dan warna noda larutan baku amfetamin (B1).

- Profil spektrum serapan ultraviolet noda sampel bersesuaian dengan spektrum serapan ultraviolet noda baku amfetamin serta

panjang gelombang serapan maksimum noda sampel dan baku berimpit.

Cuplikan mengandung metamfetamin bila :

- Larutan A memberi harga Rf dan warna noda yang sama dengan harga Rf dan warna noda larutan baku metamfetamin (B2).

- Profil spektrum serapan ultraviolet noda sampel bersesuaian dengan spektrum serapan ultraviolet noda baku metamfetamin serta panjang gelombang serapan maksimum noda sampel dan baku berimpit.

Cuplikan mengandung MDMA bila :

- Larutan A memberi harga Rf dan warna noda yang sama dengan harga Rf dan warna noda larutan baku MDMA (B3).

- Profil spektrum serapan ultraviolet noda sampel bersesuaian dengan spektrum serapan ultraviolet noda baku MDMA serta panjang gelombang serapan maksimum noda sampel dan baku berimpit.

Catatan :

1) Gunakan salah satu fasa gerak yang tercantum dalam metode, fasa gerak yang lain gunakan sebagai konfirmasi.

2) Sebagai penampak noda gunakan sinar ultra violet λ 254 nm dan salah satu penyemprot, penyemprot yang lain dapat gunakan untuk mempertegas hasil yang diperoleh

b. Kromatografi Gas 1) Prinsip

Pemisahan sampel dari zat lain menggunakan kromatografi gas, kemudian deteksi dengan detektor menghasilkan spektrum dengan waktu retensi tertentu yang dapat dibandingkan dengan waktu retensi baku pembanding

2) Alat

Kromatografi gas 3) Reagen

a) Metanol

b) Larutan sampel

Satu dosis sampel (± 50 mg cuplikan) larutkan dalam 10 mL metanol, bila perlu saring (A)

c) Larutan Baku

Buat masing-masing larutan baku pembanding dalam metanol sebagai berikut :

- Amfetamin 1 mg/mL (B1)

4) Cara Kerja

Suntikkan masing-masing larutan A, B1, B2 dan B3 secara terpisah

ke dalam kromatografi gas dengan kondisi sebagai berikut :

Kolom : Kaca, panjang 2 m, diameter dalam 2 mm, isi kolom 5 % OV-1, ukuran isi kolom 80-100, kolom penyangga kromosorb.

Detektor : Ionisasi nyala (FID)

Suhu : Detektor 2550 C, injektor 2550 C, kolom 1800 C

Gas pembawa : Nitrogen

Laju aliran fase gerak : 40-60 mL/menit Volume penyuntikkan

: Larutan A, B1, B2 dan B3 masing-

masing 2 µL Interpretasi Hasil :

- Cuplikan mengandung amfetamin bila larutan A memberikan waktu retensi yang sama dengan waktu retensi larutan baku amfetamin (B1). Jika larutan A dan B1 dicampur dan diinjeksikan

ke sistem kromatografi maka akan terbentuk satu spektrum utama yang sama.

- Cuplikan mengandung metamfetamin bila larutan A memberikan waktu retensi yang sama dengan waktu retensi larutam baku metamfetamin (B2). Jika larutan A dan B2 dicampur dan

diinjeksikan ke sistem kromatografi maka akan terbentuk satu spektrum utama yang sama.

- Cuplikan mengandung MDMA bila larutan A memberikan waktu retensi yang sama dengan waktu retensi larutam baku MDMA (B3). Jika larutan A dan B3 dicampur dan diinjeksikan ke sistem

kromatografi maka akan terbentuk satu spektrum utama yang sama.

c. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) 1) Prinsip

Pemisahan sampel dari zat lain menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi, kemudian dideteksi dengan detektor menghasilkan spektrum dengan waktu retensi tertentu yang dapat dibandingkan dengan waktu retensi baku pembanding.

2) Alat

Kromatografi cair kinerja tinggi 3) Reagen

a) Pelarut metanol b) Larutan Sampel

Satu dosis sampel (± 50 mg cuplikan) larutkan dalam 10 mL metanol, bila perlu saring (A)

c) Larutan Baku

Buat masing-masing larutan baku pembanding dalam metanol sebagai berikut :

- Amfetamin 1 mg/mL (B1)

- Metamfetamin 1 mg/mL (B2)

- MDMA 1 mg/mL (B3)

4) Cara Kerja

Suntikkan masing-masing larutan A, B1, B2 dan B3 secara terpisah

ke dalam kromatografi cair kinerja tinggi dengan kondisi sebagai berikut :

Kolom : C-18

Fasa gerak : Asetonitril - amonium asetat 1 % - dietilamin 2,5 % (40 : 45 : 15)

Detektor : Ultra violet λ 254 nm Laju aliran fase gerak : 1,0 mL/menit

Volume penyuntikkan

: Larutan A, B1, B2 dan B3 masing-

masing 20 µL Interpretasi Hasil

- Cuplikan mengandung amfetamin bila larutan A memberikan waktu retensi yang sama dengan waktu retensi larutan baku amfetamin (B1). Jika larutan A dan B1 dicampur dan diinjeksikan

ke sistem kromatografi maka akan terbentuk satu spektrum utama yang sama.

- Cuplikan mengandung metamfetamin bila larutan A memberikan waktu retensi yang sama dengan waktu retensi larutam baku metamfetamin (B ). Jika larutan A dan B dicampur dan

diinjeksikan ke sistem kromatografi maka akan terbentuk satu spektrum utama yang sama.

- Cuplikan mengandung MDMA bila larutan A memberikan waktu retensi yang sama dengan waktu retensi larutam baku MDMA (B3). Jika larutan A dan B3 dicampur dan diinjeksikan ke sistem

kromatografi maka akan terbentuk satu spektrum utama yang sama.

5. Barbital dan Fenobarbital dalam cuplikan