Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Deva Muda
II. ANĀTHAPIṆḌIKA
11 (1) Candimasa
Di Sāvatthī. Pada larut malam, deva muda bernama Candimasa, dengan
keindahan memesona, menerangi seluruh Hutan Jeta, [52] mendekati
Sang Bhagavā. Setelah mendekat, ia memberi hormat kepada Sang Bhagavā, berdiri di satu sisi, <118> dan melantunkan syair ini di hadapan Sang Bhagavā:
290. “Mereka pasti akan mencapai titik aman
Bagaikan rusa di rawa yang bebas dari nyamuk, Ia, setelah mencapai jhāna-jhāna,
Disatukan, waspada, penuh perhatian.”160
[Sang Bhagavā:]
291. “Mereka pasti akan mencapai pantai seberang Bagaikan seekor ikan ketika jaring dirobek,
Ia, setelah mencapai jhāna-jhāna,
Tekun, dengan cacat ditinggalkan.”161
12 (2) Veṇhu
Di Sāvatthī. Berdiri di satu sisi, deva muda Veṇhu melantunkan syair ini di hadapan Sang Bhagavā:162
292. “Sungguh bahagia umat manusia
Mendengarkan Yang Sempurna,
Menerapkan Ajaran Gotama,
Yang berlatih dengan tekun.”163 <119>
293. “Ketika ajaran dibabarkan oleh-Ku, [O, Veṇhu,” Sang Bhagavā berkata,]
“Para meditator itu yang berlatih di sana, Dengan tekun pada saat yang sesuai, Tidak akan jatuh dalam kuasa kematian.”
13 (3) Dīghalaṭṭhi
Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang
berdiam di Rājagaha, di Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai. Kemudian, pada larut malam, deva muda bernama Dīghalaṭṭhi, dengan keindahan memesona, menerangi seluruh Hutan Bambu, mendekati Sang Bhagavā. Setelah mendekat, ia memberi hormat kepada Sang Bhagavā, berdiri di satu sisi, dan melantunkan syair ini di hadapan Sang Bhagavā:
294. “Seorang bhikkhu seharusnya adalah seorang meditator, Seorang yang pikirannya bebas,
Jika ia menginginkan pencapaiannya,
Condong pada hal itu sebagai keuntungannya.
Setelah mengetahui timbul dan lenyapnya dunia, <120> Pikirannya menjadi luhur dan tidak melekat.”
14 (4) Nandana
Sambil berdiri di satu sisi, deva muda Nandana berkata kepada Sang Bhagavā dalam syair:
295. “Aku bertanya kepada-Mu, Gotama, yang berkebijaksanaan luas—
Pengetahuan dan penglihatan Sang Bhagavā adalah tidak terhalangi: [53]
Bagaimanakah ia yang disebut bermoral? Bagaimanakah ia yang disebut bijaksana?
Bagaimanakah ia yang telah melampaui penderitaan?
Bagaimanakah ia yang dipuja oleh para devatā?”
296. “Seorang yang bermoral, bijaksana, dengan batin terlatih,
Terkonsentrasi, penuh perhatian, menikmati jhāna,
Bagi mereka semua kesedihan lenyap, ditinggalkan,
297. “Orang yang demikian disebut bermoral, <121> Orang yang demikian disebut bijaksana,
Orang yang demikian telah melampaui penderitaan,
Orang yang demikian dipuja oleh para devatā.”
15 (5) Candana
Sambil berdiri di satu sisi, deva muda Candana berkata kepada Sang Bhagavā dalam syair:
298. “Siapakah di sini yang menyeberangi banjir, Tanpa lelah siang dan malam?
Yang tidak tenggelam,
Tanpa penyokong, tanpa pegangan?”164
299. “Seseorang selalu sempurna dalam moralitas, Memiliki kebijaksanaan, terkonsentrasi baik, Seseorang bersemangat dan teguh
Menyeberangi banjir yang sulit diseberangi. 300. “Seseorang yang berhenti dari persepsi indria,
Yang telah mengatasi belenggu bentuk, <122> Yang telah menghancurkan kegembiraan dalam
kehidupan—
Ia tidak tenggelam dalam kedalaman.”165
16 (6) Vasudatta
Sambil berdiri di satu sisi, deva muda Vasudatta melantunkan syair ini di hadapan Sang Bhagavā dalam syair:
301. “Bagaikan tertusuk oleh pedang, Bagaikan kepalanya terbakar,
Seorang bhikkhu harus mengembara dengan penuh perhatian
Untuk melepaskan nafsu indria.” 302. “Bagaikan tertusuk oleh pedang,
Bagaikan kepalanya terbakar,
Seorang bhikkhu harus mengembara dengan penuh perhatian
Untuk melepaskan pandangan akan diri.”
17 (7) Subrahmā
<123> Sambil berdiri di satu sisi, deva muda Subrahmā berkata kepada Sang Bhagavā dalam syair:166
303. “Selalu ketakutan dalam pikiran, Pikiran selalu gelisah [54]
Tentang persoalan yang belum muncul Dan tentang persoalan yang telah muncul, Adakah jalan keluar dari ketakutan,
Karena ditanya, mohon jelaskan kepadaku.”167
304. “Tidak terpisah dari penerangan dan latihan keras, Tidak terpisah dari pengendalian indria-indria, Tidak terpisah dari melepaskan segalanya,
Apakah Aku melihat keselamatan bagi makhluk-makhluk hidup.”168
Ini adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā…. Ia [deva muda
itu] lenyap dari sana.
18 (8) Kakudha
Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang
berdiam di Sāketa, di Hutan Añjana, Taman Rusa. Kemudian, pada larut malam, deva muda bernama Kakudha, <124> dengan keindahan
memesona, menerangi seluruh Hutan Añjana, mendekati Sang
Bhagavā. Setelah mendekat, ia memberi hormat kepada Sang Bhagavā, berdiri di satu sisi, dan berkata kepada Beliau:
“Apakah Engkau bergembira, Petapa?” “Setelah memperolah apakah, Sahabat?” “Kemudian, Petapa, apakah Engkau bersedih?”
“Apakah yang hilang, Sahabat?”
“Kemudian, Petapa, apakah Engkau tidak bergembira juga tidak bersedih?”
“Ya, Sahabat.”
305. “Aku berharap agar Engkau tidak terganggu, Bhikkhu. Aku berharap tidak ada kegembiraan dalam diri-Mu.
Aku berharap bahwa ketika Engkau duduk sendirian
Ketidakpuasan tidak meliputi-Mu.”169
306. “Sungguh, Aku tidak terganggu, Deva, Juga tidak ada kegembiraan dalam diri-Ku. Dan ketika Aku duduk sendirian <125> Ketidakpuasan tidak meliputi-Ku.”
307. “Bagaimanakah Engkau tidak terganggu, Bhikkhu? Bagaimanakah tidak ada kegembiraan dalam diri-Mu? Bagaimana mungkin, ketika Engkau duduk sendirian, Ketidakpuasan tidak meliputi-Mu?”
308. “Kegembiraan datang pada seseorang yang bersedih, Kesedihan pada seseorang digantikan dengan kegembiraan,
Sebagai seorang bhikkhu yang tidak bergembira, tidak
terganggu:
Demikianlah seharusnya engkau mengenal-Ku, sahabat.” 309. “Setelah sekian lama, akhirnya aku melihat
Seorang brahmana yang sepenuhnya padam,
Seorang bhikkhu yang tidak bergembira, tidak terganggu,
Yang telah menyeberangi kemelekatan terhadap dunia.”170
19 (9) Uttara
Di Rājagaha. Sambil berdiri di satu sisi, deva muda Uttara melantunkan syair ini di hadapan Sang Bhagavā: [55] <126>
310. “Kehidupan tersapu, hidup ini singkat;
Tidak ada tempat berlindung bagi seseorang yang berusia tua.
Melihat dengan jelas bahaya dalam kematian,
Seseorang harus melakukan perbuatan baik yang membawa
kebahagiaan.”
311. “Kehidupan tersapu, hidup ini singkat;
Tidak ada tempat berlindung bagi seseorang yang berusia tua.
Melihat dengan jelas bahaya dalam kematian,
Pencari kedamaian harus melepaskan umpan dunia.”
20 (10) Anāthapiṇḍika
Sambil berdiri di satu sisi, deva muda Anāthapiṇḍika melantunkan syair ini di hadapan Sang Bhagavā:
312. “Sungguh ini adalah Hutan Jeta, Tempat bagi para bijaksana, Didiami oleh Sang Raja Dhamma,
Tempat yang memberikan kegembiraan kepadaku. 313. “Perbuatan, pengetahuan, kebajikan,
Moralitas, kehidupan yang baik:
Dengan ini umat manusia dimurnikan, <127> Bukan dengan suku atau kekayaan.
314. “Oleh karena itu, seorang yang bijaksana, Demi kebaikannya, [56]
Harus dengan seksama menyelidiki Dhamma:
Demikianlah ia dimurnikan di dalamnya.
315. “Sāriputta sungguh memiliki kebijaksanaan,
Dengan moralitas dan kedamaian batin.
Bahkan seorang bhikkhu yang telah melampaui Paling jauh hanya dapat menyamainya.”
Ini adalah apa yang dikatakan oleh deva muda Anāthapiṇḍika. Setelah mengatakan hal ini, ia memberi hormat kepada Sang Bhagavā, dan dengan Beliau di sisi kanannya, ia lenyap dari sana.
Kemudian, ketika malam berlalu, Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Para bhikkhu, kemarin, ketika malam telah larut, deva
muda tertentu … mendekatiKu … dan di hadapanKu melantunkan
syair-syair ini:
316-19 “’Sungguh ini adalah Hutan Jeta, … <128> Paling jauh hanya dapat menyamainya.’
“Ini adalah apa yang dikatakan oleh deva muda itu. Setelah
mengatakan hal ini, ia memberi hormat kepada-Ku, dan dengan Aku di sisi kanannya, ia lenyap dari sana.”
Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Ānanda berkata kepada Sang Bhagavā: “Yang Mulia, deva muda itu pastilah Anāthapiṇḍika. Karena Anāthapiṇḍika, si perumah tangga, berkeyakinan penuh terhadap Yang Mulia Sāriputta.”
“Bagus, bagus, Ānanda! Engkau telah menarik kesimpulan dengan
logika.171 Karena deva muda itu, Ānanda, adalah Anāthapiṇḍika.”
<129>