• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANAK RANAKAH

Dalam dokumen ALBUM GUNUNG API INDONESIA (Halaman 102-118)

Tinggi:

± 2247,5 m dpl Tipe Gunung Api:

Strato

Lokasi Administratif:

Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Kota Terdekat:

Ruteng Lokasi Pos PGA:

Desa Waerii, Kab. Manggarai, Ruteng 86551 - NTT

G

unung Anak Ranakah bisa dikatakan gunung api termuda di Indonesia. Kemunculannya dari celah perbukitan tidak ada yang menyangka, karena sejak ribuan tahun lalu tidak pernah ada gejala gunung api di lembah Perbukitan Mandosawu itu.

Letusan yang terjadi pada tahun 1987 menjadi letusan pertama dalam catatan untuk gunung api ini. Meski sebenarnya, dulu di sekitar kompleks gunung api Mandosawu, terdapat beberapa bukit atau pocok di antaranya, Pocok Mandosawu, Pocok Ranakah, dan Pocok Ngkaros.

Pada pagi 28 Desember 1987, lahirlah gunung api muda, gunung api aktif yang ke-129 di Indonesia.

Oleh J.A. Katili diberi nama Anak Ranakah dan penduduk setempat menamakannya Namparnos (batu yang terbakar).

Anak Ranakah merupakan kerucut gunung api yang memiliki panorama indah serta udaranya yang segar menarik bagi wisatawan domestik dan mancanagara. Gunung ini dapat dicapai dari Ruteng menuju Kampung Robo dengan berkendara, dilanjutkan berjalan kaki selama 45 menit.

37

Gunung Anak Ranakah, foto: Vinsensius Tuku

INELIKA

Tinggi:

Puncak 1559 m dpl Tipe Gunung Api:

Strato

Lokasi Administratif:

Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Kota Terdekat:

Bajawa Lokasi Pos PGA:

Ngelapadi, Desa Wololika, Kec. Bajawa, Kab. Ngada - NTT

P

ada November 1905, Gunung Inelika naik kelas menjadi Tipe A. Padahal sebelumnya, hanya dikenal sebagai gunung api dengan lapangan solfatara/fumarola tanpa pernah meletus. Gunung Inelika merupakan salah satu kompleks kerucut vulkanik di dalam kaldera hasil erupsi eksplosif Wolo Ngada. Kemmerling (1929) menyebutkan ada sepuluh kawah aktif di puncak Inelika dan kini hanya ada dua lokasi kompleks fumarola, yaitu Kawah Inelika Barat dan Kawah Inelika Timur.

Letusan 1905 terjadi selama 5 jam, bersifat semi magmatik dengan material vulkanik melalanda daerah timur laut. Pada tahun 2001, Inelika meletus lagi. Sumber letusannya berasal dari Kawah Inelika Barat, tepatnya di pematang barat Danau Utara.

Periode letusannya yang terpendek selama 16 tahun, dan terpanjang selama 96 tahun.

Untuk mencapai puncak Inelika dapat ditempuh dari lereng timur melalui Kampung Menge, 13 km dari Bajawa. Pendakian melalui lereng barat melalui Kampung Bolonga. Perjalanan menuju puncak Wowolika atau Inelika dengan lama perjalanan antara 4 sampai 5 jam.

38

Gunung Inelika, foto: Yohannes Paulus Wisang

INERIE

Tinggi:

2230 m dpl Tipe Gunung Api:

Strato dengan bentuk kerucut sempurna Lokasi Administratif:

Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Kota Terdekat:

Bajawa Lokasi Pos PGA:

Jalan Raya Bajawa - Ende, Desa Bomari, Kec. Bajawa, Kab. Ngada

Nusa Tenggara Timur

G

unung Inerie merupakan kerucut tertinggi di Pulau Flores. Dari sejarah, gunung api diketahui hanya meletus pada tahun 1882. Pada 1911 dilaporkan ada kepulan asap dari puncak, tetapi tidak jelas apakah letusan atau asap solfatara.

Namun, melihat jejak satuan batuan di sekitar Inerie merupakan hasil erupsi yang terdiri dari aliran lava disertai aliran dan jatuhan piroklastik.

Setelah meletus tahun 1882, di Inerie hanya terdapat kawah dengan solfatara/fumarola.

Bentang alam indah dapat dilihat dari puncak gunung ini. Laut Sawu membiru di selatan, kerucut Gunung Ebulobo di timur, serta punggungan perbukitan yang menawan. Ada pula sumber air panas di kaki gunung, seperti air panas Wae Belah, Wae Pana, dan Wae Bena.

Untuk mengunjungi wilayah ini sangat mudah, karena tersedia sarana transportasi melalui pesawat terbang dari Denpasar, atau dengan berkendara dari Maumere. Bila hendak mendaki puncaknya, perjalanan dimulai dari Bajawa, kemudian pendakian ke puncak melalui Desa Watumeja di lereng timur, selama tiga jam perjalanan.

39

Gunung Inerie, foto: Marsianus Meo Lako

EBULOBO

Tinggi:

2123 m dpl Tipe Gunung Api:

Strato

Lokasi Administratif:

Kabupaten Ngada, Flores - Nusa Tenggara Timur

Kota Terdekat:

Boa Wae Lokasi Pos PGA:

Desa Leguderu, Kec. Boawae, Kab. Sikka 86462 - NTT

40

G

unung Ebulobo tumbuh pada zona depresi dalam suatu kompleks gunung api tua.

Pembentukan zona ini diduga dikontrol oleh struktur sesar. Tubuh Ebulobo sebagian menumpang di atas lereng gunung api tua serta batuan sedimen, dan bagian lainnya menempati zona depresi.

Gunung ini mulai tercatat meletus pada tahun 1830. Setelah itu, ada lagi pada 1888, 1910, hingga tahun 1947 terjadi peningkatan aktivitas.

Letusannya umumnya mengeluarkan aliran lava yang membentuk tumpukan-tumpukan lava sebagai ketinggiannya cepat dan belum pernah terjadi letusan paraksimal, sebagian bentuk tubuhnya masih simetris. Periode letusannya antara 3 - 58 tahun.

Pendakian ke puncak Ebulobo biasanya dilakukan dari daerah Boa Wae (522 m) yang dapat dicapai dengan kendaraan bermotor dari Ende melewati Nata Merah. Udara di sekitar Gunung Ebulobo yang sejuk sangat baik untuk dikembangkan menjadi tempat pariwisata, perkemahan, dan tempat-tempat istirahat serta tempat-tempat rekreasi lainnya.

Gunung Ebulobo, foto: Andri Yunianto

IYA

Tinggi:

637 m dpl Tipe Gunung Api:

Strato

Lokasi Administratif:

Kampung Rate, Kelurahan Paupanda,

Kab. Ende, NTT Kota Terdekat:

Ende Lokasi Pos PGA:

Jl. Ikan Paus/Jl. G. Iya Kel. Paupanda, Kec. Ende Selatan Kab. Ende

G

unung Iya, gunung paling muda dalam kompleks Gunung Ende. Kompleks gunung api tersebut terdiri atas Gunung Roja, Pui atau Meja, dan Iya yang paling muda. Iya pertama kali tercatat meletus pada tahun 1671. Setelah hampir 200 tahun istirahat, pada 1844 Gunung Iya meletus luar biasa. Gunung ini meletus lagi pada 1867, 1968, 1871, dan 1882.

Gunung Iya memiliki dua kawah, yaitu Kawah K1 dan kawah K2. Pada 27 Januari 1969 terjadi letusan dari Kawah K2. Letusan tersebut menghembuskan asap warna putih, kuning, dan biru. Letusan tipe vulkanian ini disertai lontaran abu, lapili dan bom.

Dengan demikian, mengembanglah asap letusan, membentuk bunga kol, tingginya mencapai 4.000 meter dari atas puncak. Akibatnya, dasar kawah turun sekitar 75 m, bibir kawah meluas ke arah barat dan barat laut, dan Kawah K1 sebagian tertimbun.

Pendakian ke Gunung Iya dapat dimulai dari Kota Ende dengan berkendara sampai di Kampung Rate, dilanjutkan ke Mutmainah, terus ke Gunung Roja sampai ke puncak.

41

Gunung Iya, foto: Agusthinus Bili Da Silva

KELIMUTU

Tinggi:

1384,5 m dpl Tipe Gunung Api:

Strato

Lokasi Administratif:

Kabupaten Ende, Flores Nusa Tenggara Timur

Kota Terdekat:

-Lokasi Pos PGA:

Kampung Kolorongo, Desa Koa Nora, Kabupaten Ende

G

unung Kelimutu merupakan satu-satunya gunung api di Indonesia yang memiliki tiga danau kawah yang berbeda warna airnya. Ketiganya adalah Tiwu Ata Mbupu, Tiwu Nua Muri Kooh Fai, dan Tiwu Ata Polo. Suku Lio yang mendiami di sekitarnya percaya bahwa orang yang meninggal (mae) akan ditempatkan di antara tiga danau kawah sesuai umur dan tabiatnya ketika hidup. Mereka juga melakukan upacara ritual disertai tarian setiap tahunnya di Kelimutu.

Kelimutu pernah meletus pada 1860 dan 1870.

Letusan besar yang menyebabkan runtuhnya sebagian dinding antara Tiwu Nua Kooh Fai dan Tiwu Ata Polo. Pada 1938 terjadi letusan freatik di Tiwu Nua Muri Kooh Fai. Pada 1967 terjadi peningkatan aktivitas di kawah yang sama, terjadi peningkatan endapan belerang di dinding kawah, yang dapat mengubah warna air danau dari hijau menjadi putih. Pada 1968 terjadi letusan dari Tiwu Nua Muri Kooh Fai.

Untuk mencapai puncak Kelimutu atau kawah dapat melalui Desa Koanora, di jalan utama Ende- Maumere. Kendaraan dapat mencapai tepi kawah.

42

Kawah Kelimutu, foto: Irwan Ka Uman

ROKATENDA

Tinggi:

875 m dpl atau

± 3000 m di atas dasar laut Tipe Gunung Api:

Tipe A (strato) Lokasi Administratif:

Pulau Palue, sebelah utara Flores Tengah.

Kecamatan Awa di pulau Palue bagian utara, Kabupaten Sikka, Propinsi Nusa Tenggara Timur

Kota Terdekat:

Desa Awa yang merupakan pusat Kecamatan di pulau Palue.

Roka kampung terdekat di pulau Flores Lokasi Pos PGA:

Ropa, Desa Keliwumbu, Kec. Maurole, Ende

D

i sekitar gunung api ini ada produk Rokatenda Tua dan Muda. Rokatenda Tua tersusun dari batuan lava dan aliran piroklastik di lereng barat dan selatan Rokatend, serta sisa-sisa kerucut kecil di kaki barat, barat daya dan tenggara. Sementara Rokatenda muda menghasilkan lava, aliran piroklastik, dan membentuk gumuk-gumuk kecil (Igan S. Sutawidjaja, dkk., 2000).

Letusan Rokatenda mulai tercatat sejak tahun 1928. Periode letusan terpendeknya satu tahun, yaitu 1972 dan 1973. Keduanya letusan abu.

Periode letusan terpanjang selama 35 tahun, yaitu antara 1928-1963, berupa letusan efusif yang menghasilkan kubah lava. Selain itu, Rokatenda tercatat meletus pada 1964, 1981, 1985, 2012, dan 2013.

Gunung Rokatenda merupakan destinasi wisata kawah dan gunung api di tengah laut.

Dapat dicapai dari pos pengamatan Rokatenda menggunakan perahu bermotor. Pendakian ke puncak dapat ditempuh melalui Kampung Ona dan Kampung Awa. Puncaknya dapat didaki sekitar 3 jam perjalanan.

43

Gunung Rokatenda 2012, foto: Sofyan Primulyana

EGON

Tinggi:

1703 m dpl Tipe Gunung Api:

Tipe A (strato) Lokasi Administratif:

Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur

Kota Terdekat:

Maumere Lokasi Pos PGA:

Desa Nangatobong, Kec. Waigete, Kab. Sikka

G

unung Egon tercatat meletus pada 1888, 1891, 189, 1907, dan 1925. Di puncak Egon terdapat kawah dengan garis tengah 350 m dengan kedalaman 200 m. Bila musim hujan, dasar kawah terisi air, tetapi bila kemarau, airnya mengering dan terbentuk kubangan lumpur. Lapangan solfatara terdapat di dinding bagian selatan.

Setelah 79 tahun istirahat, pada 2004, Gunung Egon meletus lagi. Kolom abu letusannya warna hitam menjulang setinggi 5.000 m dari puncak, jatuh di radius 7 km., letusannya terus susul-menyusul.

Pada tahun 2005 dan 2008 juga terjadi letusan dari Egon. Karena kerap merasakan goncangan gempa bumi dan menyaksikan letusan, masyarakat di sana menganggap bahwa di bumi Flores bersemayam naga yang dapat mengatur kehidupan. Bila sang naga terganggu, ia akan marah, dan menyebabkan gempa bumi dan gunung meletus.

Untuk mencapai puncak Egon dapat ditempuh dari Maumere dengan kendaraan roda empat melalui Waigete menuju Blidit, dilanjutkan berjalan kaki melalui Wair Puat. Dari lokasi ini, puncak dapat dicapai dalam waktu 2-3 jam.

44

Gunung Egon, foto: Yosef Suryanto

Dalam dokumen ALBUM GUNUNG API INDONESIA (Halaman 102-118)

Dokumen terkait