Tinggi:
1319 m dpl Tipe Gunung Api:
Strato Lokasi Administratif:
Kecamatan Ili Ape, Kabupaten Lembata
Kota Terdekat:
Larantuka Lokasi Pos PGA:
Desa Laranwutun, Kecamatan Ili Ape, Kabupaten Lembata
G
unung Ili Lewotolok tumbuh di atas batu gamping. Tubuhnya sendiri dibangun dari perselingan piroklastik berupa endapan abu, pasir hingga bom vulkanik, serta lava. Di puncaknya ada kawah. Di sisi barat daya muncul pula kerucut yang merupakan titik tertinggi Ili Lewotolok saat ini dan memiliki kawah yang disebut sebagai K2.Gunung ini diketahui pertama kali meletus pada 1660 berupa letusan normal. Letusan lainnya terjadi pada 1819, 1849, 1852, 1864, 1889, dan 1920.
Letusan tahun 1852 menghasilkan kawah baru (Kawah K2). Pada tahun 1951, ada kepulan asap dari puncak, tetapi tidak ada keterangan berlanjut terjadi letusan atau tidak.
Gunung Ili Lewotolok dapat dicapai dari Larantuka dengan perahu motor ke Loeleba, dilanjutkan dengan berkendara ke Waikupang. Dari sini dilanjutkan berjalan kaki ke Baupukang hingga ke puncak. Kondisi jalan berupa jalan setapak yang tertutup ilalang dengan kemiringan jalan 30-400. Waktu tempuh pendakian sampai ke puncak sekitar 5 jam.
50
Gunung Ili Lewotolok 2020, foto: Anselmus Bobyson Lamanepa
Gunung Ili Lewotolok 2020, foto: Yeremias Kristianto Pugel
Erupsi malam Gunung Ili Lewotolok, foto: Stainlaus Ara Kian
SIRUNG
Tinggi:
862 m dpl Tipe Gunung Api:
Strato dengan kaldera berdanau Lokasi Administratif:
Kec. Alor pantar, Kab. Alor, NTT Nusa Tenggara Timur
Kota Terdekat:
Kakamauta Lokasi Pos PGA:
Desa Tude, Kec. Alor pantar, Kab. Alor, NTT
K
ompleks Sirung merupakan daerah gunung api aktif, terletak di deretan pegunungan yang panjang di bagian barat Pulau Pantar. Produk awal Pegunungan Sirung adalah magma encer basaltis yang mengalir ke arah barat, sedangkan yang agak kental dari magma basal andesitis mengalir ke arah timur. Letusan freatik menjadi ciri khas letusan Gunung Sirung. Gunung ini pertama kali meletus pada 1852. Letusan lainnya terjadi antara lain pada tahun 1953, 1960, 1975, 1988, dan 2004.Sirung dalam bahasa setempat berarti asap belerang. Karena di tengah kaldera terdapat danau yang mengeluarkan asap tebal berwarna kuning dari uap belerang yang menjadi daya tarik wisatawan.
Sirung dapat dicapai dari Larantuka, menyusuri tepian Lembata dan merapat di Pantar. Ketika tiba di pelabuhan Baranusa, pengunjung disuguhi pemandangan air terjun dan kolam air hangat.
Setelah Kampung Airpanas, perjalanan dilanjutkan ke Kelabahi, diteruskan menuju puncak Kaldera Sirung. Pendakiannya dimulai dari Desa Kakamauta, dilanjutkan berjalan kaki hingga puncak kaldera.
51
Gunung Sirung, foto: Fransiskus D.M
BATUTARA
Tinggi:
sekitar +470 m dpl atau 3.750 m di atas dasar laut.
Tipe Gunung Api:
Strato
Lokasi Administratif:
Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (berada di laut Flores, 48 km
di utara Pulau Lembata Kota Terdekat:
Patar - Lembata Lokasi Pos PGA:
Pos G. Lewotolo di P. Lembata
G
unung Batutara adalah gunung api di pulau tak berpenduduk yang terletak di sebelah utara Pulau Lembata. Gunung ini antara tahun 1849 hingga 1852 meletus hampir setiap tahun.Letusannya selalu berakhir dengan efusif. Pada 2007, Batutara meletus lagi yang berlangsung hingga 2009.
Karakter letusan gunung api ini umumnya berupa strombolian yang didahului letusan abu.
Kawahnya berbentuk bulan sabit mengarah ke timur hingga ke pantai. Ada kawah lainnya, tetapi tidak aktif dan terletak di sebelah selatan.
Potensi wisata di sekitar Batutara sangat menarik terutama untuk kegiatan menyelam. Dasar laut tampak jelas di sekitar pantai, terlihat pemandangan dasar laut yang sangat indah dan belum terjamah oleh kegiatan manusia. Karena pulau gunung api ini tidak berpenduduk, sehingga tidak ada sarana transportasi rutin ke sana, kecuali kapal atau perahu layar di Pantar atau Bala Uring, Pulau Lembata.
Pelayaran dari Pantar membutuhkan waktu tempuh sehari bila cuaca dalam keadaan baik.
52
Gunung Batutara, foto: Octory Prambada
COLO
Tinggi:
486,9 m dpl (Bukit Sakora) Tipe Gunung Api:
Strato
Lokasi Administratif:
Pulau Una-una, Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah
Kota Terdekat:
-Lokasi Pos PGA:
Kec. Wakai, Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah
G
unung Colo adalah satu-satunya gunung api yang tumbuh di luar untaian rangkaian gunung api Indonesia. Gunung ini tumbuh menyendiri di tengah Teluk Tomini dan membentuk Pulau Una-Una. Dalam bahasa Bugis, colo berarti korek api.Dulu di sekitar gunung ini terbentuk kaldera yang bergaris tengah 2.000 m dengan danau kawah. Dalam aktivitas tahun 1898 atau awal 1900 terjadi erupsi normal yang meninggalkan sumbat lava yang kemudian dikenal dengan sebutan Gunung Colo yang berdampingan dengan danau Kawah Pokai.
Dalam sejarah letusannya, Gunung Colo baru meletus dua kali, yaitu tahun 1983 dan 2003.
Letusan tahun 1983 membumihanguskan 2/3 Pulau Una-Una serta menyebabkan sumbat lava terlontar habis dan menyisakan tiga kawah, masing-masing Kawah I (Utama), Kawah II, dan Kawah III.
Gunung Colo dapat dicapai melalui Kampung Awo menyusuri Sungai Awo dan Sungai Tanjung Marola, langsung menuju puncak kemudian turun ke kawah dengan waktu tempuh 2-3 jam.
53
Gunung Colo, foto: Munawir Salelang
AMBANG
Tinggi:
Puncak G. Ambang, 1795 m dpl Tipe Gunung Api:
A Strato Lokasi Administratif:
Kabupaten Bolaang Mongondow dan Kabupaten Minahasa Selatan,
Sulawesi Utara Kota Terdekat:
-Lokasi Pos PGA:
Desa Purworejo, Kec. Modayag, Kab. Bolaang Mongondow, Kotamobagu, Sulawesi Utara
G
unung Ambang berada di tapal batas Sulawesi Utara dan Gorontalo. Gunung ini dibentuk oleh sederetan kerucut yang memanjang utara-selatan (Kompleks Ambang), yakni Ambang, Moyayat, dan Mooat. Kompleks ini merupakan kerucut gunung api muda berumur Kuarter yang aktivitasnya berkembang melalui sisa tubuh kaldera.Terbentuknya kompleks Ambang akibat evolusi vulkano-tektonik sejak Pliosen. Dimulai dengan terbentuknya kubah lava Tudutalong dan Pinupulan.
Setelah itu terbentuk kubah lava Kompleks Ambang dimulai dari Mooat, Ambang, dan Moyayat.
Letusan pertama Gunung Ambang berupa freatik terjadi pada 1839, terbentuk tembusan solfatara bertekanan kuat di kerucut Moyayat. Pada 1966 muncul dua lubang tidak jauh dari Kali Putih pada lereng kawah sebelah utara. Pada November 2005, terjadi letusan freatik yang menyemburkan lumpur di dinding tenggara kerucut Gunung Moyayat.
Gunung Ambang dapat dicapai dari dua arah:
Melalui Desa Purworejo, Kecamatan Modayag, jarak 7 km, dengan waktu tempuh 5 jam; dan dari Desa Bangkudai Baru, jarak 3 km, ditempuh 1,5 jam.
54
Gunung Ambang, foto: Jandri Arnold Wolla
SOPUTAN
Tinggi:
Tinggi puncak 1785 m dpl Tipe Gunung Api:
A Strato Lokasi Administratif:
Kabupaten Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan dan Minahasa.
Kota Terdekat:
Amurang Lokasi Pos PGA:
Desa Silian Tiga, Kecamatan Silian Raya, Kabupaten Minahasa Tenggara
G
unung Soputan adalah satu-satunya gunung api di Sulawesi Utara yang memiliki tubuh parasit.Kompleks gunung ini terbentuk pada akhir Tersier.
Pada awal Kuarter terbentuk Kaldera Tondano yang mengakibatkan munculnya beberapa titik letusan, antara lain Gunung Rindengan, Kelewung, Manimporok, Kelelondei, Temboan, dan Soputan.
Lalu terbentuknya tubuh parasit, yaitu Aeseput dan Aeseput Weru.
Dalam sejarah aktivitasnya, Gunung Soputan mulai meletus tahun 1785 dari Kawah Utama.
Letusan lainnya terjadi pada tahun 1786, 1833, 1845, dan 1890, dan seterusnya hingga sekurang-kurangnya mencapai 25 kali letusan pada tahun 2000, baik bersifat eksplosif maupun efusif. Sejak letusan 1991 terbentuk sumbat lava di dasar kawah hingga akhirnya meluber melampaui bibir kawah.
Gunung Soputan dapat dicapai dari Kampung Tombasian Atas dan Kampung Pinebetengan dari arah utara; melalui Kampung Tumaratas atau Kampung Nongan menyusuri bagian timur; dan dari selatan melalui Kampung Silian atau Kampung Winorangenan.
55
Gunung Soputan, foto: Steve Stuward Muaja Rotti
LOKON
Tinggi:
Lokon 1579,5 m dpl Empung 1340 m dpl Tompaluan 1140 m dpl
Tipe Gunung Api:
A Strato Lokasi Administratif:
Kota Tomohon, Sulawesi Utara Kota Terdekat:
Tomohon, Tondano, Manado Lokasi Pos PGA:
Desa Kakaskasen, Kota Tomohon
G
unung Lokon tumbuh pada pelana Kompleks Lokon-Empung. Aktivitas Lokon mulai tercatat ketika terjadi letusan normal di Kawah Tompaluan pada tahun 1829. Sekitar 64 tahun kemudian terjadi letusan yang sama dari tempat yang sama.Memasuki abad 20, Lokon antara lain meletus pada 1942, 1949, 1951, 1952, 1958, 1959, 1961, 1969, 1975, 1976, 1977, 1986, 1987, 1988, 1989, 1990, 1991, 1997, 2001, 2002, pada 2003 terjadi letusan yang membongkar sumbat tersisa di Kawah Tompaluandan meletus kembali pada 2011.
Karakter letusannya lazimnya diawali dengan letusan asap/abu, kadang-kadang disertai gemuruh atau dentuman lemah. Bila letusan asap mulai berkurang, gempa vulkanik tipe A mulai terekam disusul gempa tipe B. Letusan bertipe vulkanian yang membubungkan asap tinggi membentuk kembang kol.
Puncak Gunung Lokon dapat dicapai melalui Desa Kakaskasen II atau Kinilow, dengan waktu tempuh 45 menit, pendakian langsung ke bibir Kawah Tompaluan. Ke Puncak Lokon diperlukan waktu 60 menit.
56
Erupsi Lokon Malam Hari, foto: Iyan Mulayana
MAHAWU
Tinggi:
1331 m dpl Tipe Gunung Api:
Strato
Lokasi Administratif:
Kota Tomohon, Sulawesi Utara Kota Terdekat:
-Lokasi Pos PGA:
Kakaskasen, Kota Tomohon
G
unung Mahawu dan Gunung Lokon berdekatan.Jarak antara kedua puncaknya sekitar 5 km.
Gunung Mahawu merupakan kerucut paling utara dari deretan gunung api yang berarah selatan barat daya-utara timur laut (Neumann van Padang, 1951).
Sebelum 1789, Mahawu pernah 3 kali letusan dari kawah pusat. Kemudian meletus lagi pada 1846, 1904, dan 1958. Sebelum letusan 1958, pernah ada penambangan belerang di dasar kawah Mahawu.
Letusan 1958, selain menghancurkan semua peralatan tambang yang ada, juga menyebabkan lapangan solfatara yang memasok belerang berkurang drastis. karena itu, tambang belerang tersebut tidak dilanjutkan lagi. Peningkatan aktivitas terjadi tahun 1974, 1977, 1978, 1987 dan 1990 berupa semburan lumpur dan kepulan asap.
Untuk mencapai puncak Mahawu dari Kakaskasen dapat digunakan kendaraan umum sampai ke dekat desa Rurukan. Dari wilayah Desa Rurukan ini perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki melalui jalan setapak yang cukup baik hingga puncak Mahawu dalam waktu 1 sampai 2 jam.
57
Gunung Mahawu, foto: Farid R. Bina
TANGKOKO
Tinggi:
1149 m dpl Tipe Gunung Api:
Strato
Lokasi Administratif:
Desa Makewide, Kecamatan Bitung, Kabupaten Minahasa
Kota Terdekat:
Bitung Lokasi Pos PGA:
Desa Winenet, Kec. Bitung Timur, Kota Bitung, Sulawesi Utara
K
awasan Gunung Tangkoko merupakan bagian Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkoko-Batu Angus menjadi rumah bagi satwa langka Sulawesi, seperti tangkasi (Tarsius spectrum).Tangkoko merupakan rangkaian dari Gunung Dua Sudara dan merupakan wilayah pegunungan di tepi pantai. Kawahnya berukuran 2x1 km sedalam 200 m dan memiliki sumbat lava setinggi 100 m.
Sumbat ini terbentuk dalam aktivitas tahun 1801.
Letusan Tangkoko bersifat eksplosif dan efusif.
Pertama kali meletus pada 1680 berupa letusan normal dari kawah pusat. Kemudian 1683 dan 1694. Letusan pada 1801 dan 1821 terjadi sumbat lava, dikenal dengan Batu Angus, terjadi leleran lava hingga ke pantai. Pada 1843-1845 terjadi letusan normal dari kawah Batu Angus. Letusan normal berulang kambali pada 1880 dari lokasi yang sama.
Puncak Tangkoko dapat dicapai melalui tiga jalur: dari Pelabuhan Bitung menuju Kampung Pinangunian kemudian langsung menuju puncak;
dari Kampung Makewide menuju Kampung Loari selanjutnya ke puncak; dan dari Kampung Batuputih ke Kampung Paring langsung ke puncak.
58
Cinder cone Tangkoko, foto: David Adriansyah
RUANG
Tinggi:
725 m dpl Tipe Gunung Api:
Strato dengan kubah lava Lokasi Administratif:
Kabupaten Sitaro, Propinsi Sulawesi Utara
Kota Terdekat:
Tagulandang Lokasi Pos PGA:
Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Sitaro, Propinsi Sulawesi Utara
G
unung Ruang adalah gunung api pulau, Pulau Ruang. Gunung api ini merupakan gunung api strato yang menjulang tinggi mulai dari batas pantai sekaligus membentuk satu pulau tersendiri yang terpisah dengan pulau yang lainnya (Tagulandang).Bentuk pulau yang dibangun oleh hasil letusan gunung api, berupa lava, jatuhan piroklastik, aliran piroklastik, bom vulkanik, dan endapan abu ini hampir berbentuk lingkaran. Pulau Ruang, selain sebagai pulau gunung api, juga merupakan habitat burung maleo (Macrocephalon maleo).
Letusan Gunung Ruang tercatat pertama kali terjadi pada tahun 1603. Kemudian pada 1808, 1810, 1840, 1870, 1871, 1874, 1889, 1904, 1905, 1914, 1915, 1946, 1949. Selama lima puluh tahun lebih mengalami masa istirahat, pada 25 September 2002 terjadi letusan yang disertai dengan awan panas ke arah selatan.
Gunung Ruang dapat dicapai dari Pulau Tagulandang dengan menggunakan perahu. Cara pencapaiannya: Dari Desa Laimpatehi atau Desa Pompente, tepi pantai Pulau Ruang, waktu tempuh 2 jam.
59
Gunung Ruang, foto: Heymans Tamaka
KARANGETANG
Tinggi:
1784 m dpl Tipe Gunung Api:
Strato dengan kubah lava Lokasi Administratif:
Kabupaten Sitaro, Propinsi Sulawesi Utara
Kota Terdekat:
Ondong Lokasi Pos PGA:
Maralawa, Desa Salili,
Kecamatan Siau Barat, Kabupaten Sitaro, Propinsi Sulawesi Utara
G
unung Karangetang tumbuh di Pulau Siau.Gunung api ini termasuk paling aktif di Indonesia karena hampir setiap tahun terjadi letusan magmatik.
Letusannya berupa letusan abu disertai suara gemuruh, letusan strombolian yang menyala, atau leleran lava yang membara.
Gunung Karangetang tercatat pertama kali meletus dalam tahun 1675, 1712, 1825, 1864, 1883, 1887, 1892, dan seterusnya. Leleran lava terbesar selama ini terjadi pada 1976 dari titik samping (Lava Arengkambing).
Aktivitas lain Gunung Karangetang adalah terbentuknya kawah solfatara baru di atas Desa Batubulan pada 1978 dikenal dengan kawah Maralebuhe.
Gunung ini dapat dicapai melalui Kampung Batubulan, arah utara puncak, dengan perahu motor dulu dari Ulu Siau selama 1 jam ke Batubulan.
Waktu tempuh pendakian 5 jam.
60
Sinar Api Karangetang, foto: Richard Korompis
AWU
Tinggi:
1320 m dpl Tipe Gunung Api:
Strato dengan kubah lava Lokasi Administratif:
Kabupaten Sangir Talaud, Pulau Sangir Besar, Propinsi Sulawesi Utara
Kota Terdekat:
Tahuna Lokasi Pos PGA:
Jl. Radar Kp. 116 Tahuna 95811, Sulawesi Utara
C
ikal bakal Awu dimulai dengan terbentuknya Gunung Tahuna yang memiliki kaldera.Kemudian muncul Kompleks Gunung Posong, yaitu Gunung Bahu dan Gunung Sahengbaliral. Setelah periode Kompleks Posong berhenti, aktivitas Gunung Awu Tua dimulai dengan menghasilkan kawah besar. Aktivitas terakhir pembentukan Gunung Awu (Muda). Gunung Awu berada paling utara dari rangkaian pulau-pulau gunung api atau Gugusan Sangihe berbatasan dengan Filipina bagian selatan.
Periode letusan Gunung Awu yang terpanjang adalah 101 tahun dan yang terpendek adalah 7 tahun, dengan durasi letusan hanya beberapa jam.
Dari tahun 1640 hingga 1966, Awu tercatat 12 kali meletus. Pada 2004, terjadi letusan magmatik, dengan kolom asap setinggi 1000 - 3000 m di atas puncak dan ketebalan abu di Kec. Tabukan Utara setebal 0.5 - 1 mm.
Gunung Awu dapat dicapai melalui Kampung Anggis di pantai selatan, antara Sungai Muade dan Sungai Malebuhe, dengan jarak sekitar 6,5 km dan waktu tempuh selama 3 jam.
61
Kawah Gunung Awu, foto: Tommy Luhut Marbun
GAMALAMA
Tinggi:
1715 m dpl 1690 m di atas Kota Ternate
Tipe Gunung Api:
Gunung api berlapis (strato) tipe A
Lokasi Administratif:
Kota Ternate (Pulau Ternate) Provinsi Maluku Utara
Kota Terdekat:
Ternate Lokasi Pos PGA:
Jl. Cengkeh Afo, Desa Marikrubu, Ternate, Propinsi Maluku Utara.
62
G
unung Gamalama membentuk Pulau Ternate.Puncaknya dikenal sebagai Piek van Ternate (Puncak Ternate). Pulau Ternate yang dibentuk oleh Gamalama mengambil tempat di atas jalur penunjaman yang miring ke timur dengan sudut yang kecil.
Gamalama pertama kali tercatat meletus pada tahun 1538. Hingga tahun 1770 interval letusannya selalu panjang, rata-rata lebih dari 10 tahun. Tetapi setelah itu sampai dengan tahun 1994 interval letusannya singkat, antara 1-2 tahun.
Letusan Gamalama umumnya berlangsung di kawah utama dan hampir selalu magmatik.
Kecuali letusan yang terjadi dalam tahun 1907 yang mengambil tempat di lereng timut (letusan samping) dan menghasilkan leleran lava (Batu Angus) hingga ke pantai. Letusan 1980 juga menghasilkan Kawah Baru, lokasinya sekitar 175 m ke arah timur dari kawah utama.
Gunung ini dapat ditempuh melalui jalur Marikrubu dengan waktu tempuh 3-4 jam dan jalur Ake Tege-Tege.
Gunung Gamalama, foto: Darno Lamane