• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTA

A. Infiltrasi

7. Analisa Debit Kala Ulang

Menurut D.Suryanto,ME (2015), bahwa pernyataan yang menyangkut besaran debit banjir menurut kala ulang, (biasanya disebut dengan debit banjir periode ulang) seperti : debit banjir 2 tahunan, 10 tahunan, 100 tahunan. Besarnya debit banjir yang ditetapkan sebagai dasar penentuan kapasitas dan mendimensi bangunan-bangunan hidraulik (termasuk bangunan di sungai), sedemikian hingga kerusakan yang dapat ditimbulkan baik langsung maupun tidak langsung oleh banjir tidak boleh terjadi selama besaran banjir tidak terlampaui.

Maksud analisa ini antara lain juga untuk memberikan informasi tentang debit banjir yang terjadi pada setiap tahun, dimana estimasi besarnya debit tersebut secara hydrology kemungkinannya akan terulang kembali pada periode - periode mendatang. Dalam frekuensi banjir analisis ini digunakan beberapa metode (probability distribution) untuk menghitung estimasi besarnya debit periode ulang tertentu tersebut antara lain :

1. Normal Distribution 2. Log Normal Distribution 3. Peorson Type III Distribution 4. Gumel E-VI Distribution

Metode Hujan rencana adalah hujan harian maksimum yang akan digunakan untuk menghitung intensitas hujan. Untuk mendapatkan curah hujan rancangan (Rt) dilakukan melalui analisa frekuensi antara lain :

1. Metode Distribusi Normal

Distribusi normal, disebut pula distribusi Gauss, adalah distribusi probabilitas yang paling banyak digunakan dalam berbagai analisis statistika. Distribusi normal baku adalah distribusi normal yang memiliki rata-rata nol dan simpangan baku satun (Suewarno, 1995).

(7)

(8) keterangan:

XT = besarnya curah hujan yang terjadi dengan kala ulang T tahun

X = rata-rata hitung variat Sx = standard deviasi

k = faktor frekuensi (nilai variabel reduksi Gauss)

2. Metode Distribusi Log Normal

Distribusi log normal menggunakan dua parameter, yaitu yang merupakan parameter bentuk dan sebagai parameter lokasi yang merupakan nilai tengah dari suatu distribusi kerusakan (Suewarno, 1995).

(9)

(10)

(11)

keterangan:

X = nilai variat pengamatan Slog X = standart deviasi dari logaritma n = jumlah data

log X = logaritma rata-rata k = faktor frekuensi

3. Metode Distribusi Frekuensi Log Person Type III

Metode yang dianjurkan dalam pemakaian distribusi Log Pearson Type III adalah dengan mengkorvesikan rangkaian datanya menjadi bentuk logaritmis. Banyak

digunakan dalam analisis hidrologi, terutama dalam analisis data maksimum (banjir) dan minimum (debit minimum) dengan nilai ekstrem (Suewarno, 1995).

(12)

(13)

(14)

Nilai X bagi setiap probabilitas dihitung dari persamaan:

(15) keterangan:

log X = logaritma rata-rata

Slog X = standart deviasi dari logaritma Cs = koefisien kemencengan k = faktor frekuensi

n = jumlah dataketerangan:

XT = besarnya curah hujan yang terjadi dengan kala ulang T tahun X = rata-rata hitung variat

Sx = standard deviasi

k = faktor frekuensi (nilai variabel reduksi Gauss) 4. Metode Distribusi Frekuensi Gumbel

Dalam Soewarno (2000), dikatakan bahwa distribusi gumbel tipe 1 atau disebut juga dengan distribusi ekstrim 1 umunya digunakan untuk analisa

data maksimum, misal untuk analisis frekuensi banjir. Persamaan garis lurus model matematik distribusi gumbel tipe 1 yang ditentukan dengan menggunakan metode momen adalah

(16) (17) (18)

keterangan:

XT = besarnya curah hujan yang terjadi dengan kala ulang T tahun X = rata-rata x maksimum dari seri data Xi

k = faktor frekuensi

(19)

Yn, Sn = besaran yang mempunyai fungsi dari jumlah pengamatan Yt = reduksi sebagai fungsi dari probabilitas

N = jumlah data

8. Peranan Akar Untuk Meningkatkan Kapasitas Infiltrasi

Menurut Sugeng (2016), bahwa rambut akar adalah bulu-bulu atau rambut berbentuk serabut halus pada akar tumbuhan, biasanya berukuran kecil dan terdapat pada sisi-sisi akar utama atau percabangan akar. Rambut akar merupakan perluasan permukaan dari lapisan epidermis akar yang berfungsi untuk mengoptimalkan penyerapan air dan mineral mineral hara. Semakin banyak rambut akar maka luas

permukaan akar akan semakin besar sehingga memungkinkan tumbuhan untuk menjangkau air dan mineral hara di tempat yang jauh dari tumbuhan tersebut tumbuh.

Rumput yang terbentuk di bawah kondisi yang lebih ideal menanggapi lahan dalam yang jauh dengan akar yang jauh lebih besar di bawah 15 cm, menunjukkan ini sebagai faktor penting dalam mempertahankan tingkat filtrasi (Matthew A. Haynes, et al., 2013)

Pergerakan air tanah tersebut dipengaruhi oleh tekstur tanah dan partikeltanah.

Model aliran air tanah itu sendiri akan dimulai pada daerah resapan airtanah atau sering juga disebut sebagai daerah imbuhan air tanah (recharge zone). Daerah ini adalah wilayah dimana air yang berada di permukaan tanah baik air hujan ataupun air permukaan mengalami proses penyusupan (infiltrasi) secara gravitasi melalui lubang pori tanah/batuan atau celah/rekahan pada tanah/batuan. Proses penyusupan ini akan berakumulasi pada satu titik dimana air tersebut menemui suatu lapisan atau struktur batuan yang bersifat kedap air (impermeabel). Titik akumulasi ini akan membentuk suatu zona jenuh air (saturated zone) yang seringkali disebut sebagai daerah lahan air tanah (discharge zone).

Menurut Peng LiA, C, et al (2004), bahwa pada plot vegetasi tahunan, laju infiltrasi tanah lebih tinggi karena kondisi aerasi lebih baik. Dengan meningkatnya tutupan vegetasi, infiltrasi tanah diturunkan. Tingkat infiltrasi stabil pada bulan abadi diturunkan dari pada plot tahunan.

B. Karakteristik Tanah 1. Tanah

Menurut Braja M. Das bahwa tanah adalah hasil pelapukan batuan yang berupa gumpalan butiran-butiran yang ikatan antara butirnya sangat lemah. Tanah terdiri dari agregate (butiran) mineral-mineral padat yang tidak terikat secara kimia satu sama lain, atau merupakan yang dinamakan butiran tanah itu sendiri. Zat cair yang biasanya merupakan air, gas atau udara yang mengisi ruang-ruang kosong diantara butiran mineral padat atau butiran tanah tersebut. Ruang ini disebut dengan pori (voids). Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat tererosi.Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan bagian dari tanah.

2. Jenis Tanah

Beberapa organisasi telah mengembangkan batasan-batasan ukuran golongan jenis tanah (soil separate size limits) berdasarkan ukuran-ukuran partikelnya. Pada Tabel 1 ditunjukkan batasan-batasan ukuran golongan jenis tanah yang telah dikembangkan oleh beberapa organisasi yang ahli di bidangnya.

Tabel 1. Batasan-Batasan Ukuran Golongan Tanah.

Nama Kelompok Organisasi

Ukuran Butiran (mm)

Kerikil Pasir Lanau Lempung

Massachusetts Institute of

Technology (MIT) > 2 2-0,06 0,06-0,002 < 0,002

Sumber : Mekanika Tanah, Braja M Das

a. Kerikil (gravels) adalah kepingan-kepingan dari batuan yang kadang-kadang juga mengandung partikel-partikel mineral quartz, feldspar dan mineral-mineral lain, diameter butiran > 5 mm.

b. Pasir (sand) sebagian besar terdiri dari mineral quartz dan feldspar. Butiran dari mineral yang lain mungkin juga masih ada pada golongan ini, diameter butiran 0,0075 – 5,0 mm.

c. Lanau (silt) sebagian besar merupakan fraksi mikroskopis (berukuran sangat kecil) dari tanah yang terdiri dari butiran-butiran quartz yang sangat halus, dan sejumlah partikel-partikel berbentuk lempengan-lempengan pipih yang merupakan pecahan dari mineral-mineral mika, diameter butiran 0,002 – 0,0075 mm.

d. Lempung (clays) sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis dan submikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya dengan mikroskopis biasa) yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan

Nama Kelompok Organisasi

Ukuran Butiran (mm)

Kerikil Pasir Lanau Lempung

U.S. Departement of Agriculture

(USDA) > 2 2-0,05 0,05-0,002 < 0,002

American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO)

76,2 - 2 2-0,075 0,075-0,002 < 0,002

Unified Soil Classification System (U.S. Army Corps of Engineers, U.S. Bureau of Reclamation)

76,2 -4,75

4,75-0,075

Halus (yaitu lanau dan lempung)< 0,0075

merupakan partikel-partikel dari mika. Lempung didefinisikan sebagai golongan partikel yang berukuran kurang dari 0,002 mm (= 2 mikron).

3. Tekstur Tanah

Tekstur tanah, biasa juga disebut besar butir tanah, termasuk salah satu sifat tanah yang paling sering ditetapkan. Hal ini disebabkan karena tekstur tanah berhubungan erat dengan pergerakan air dan zat terlarut, udara, pergerakan panas, berat volume tanah, luas permukaan spesifik (specific surface), kemudahan tanah memadat (compressibility).

Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat, yaitu partikel tanah yang diameter efektifnya ≤ 2 mm. Di dalam analisis tekstur, fraksi bahan organik tidak diperhitungkan.Bahan organik terlebih dahulu didestruksi dengan hidrogen peroksida (H2O)2. Tekstur tanah dapat dinilai secara kualitatif dan kuantitatif. Cara kualitatif biasa digunakan surveyor tanah dalam menetapkan kelas tekstur tanah di lapangan.

4. Kepadatan Tanah

Tes sand cone pada tanah dilakukan untuk menentukan kepadatan di tempat dari lapisan tanah atau perkerasan yang telah dipadatkan. Alat yang diuraikan disini hanya terbatas untuk tanah yang mengandung butiran kasar tidak lebih dari 5 cm.

Kepadatan lapangan ialah berat kering persatuan isi.

a. Perhitungan tes send cone Laboratorium teknik unismuh makassar.

Isi botol = berat isi = ( W2 – W1 ) cm3 Berat isi pasir = (Wa-W1)/(W2-W1) gram

Berat pasir dalam corong = (w4-w5) gram.

Berat isi pasir dalam lubang = (w6-w7)-(w4-w5) gram.

Isi lubang = (w10 / p) x Ve cm3 Berat tanah = ( W8 – w9 ) gram

Berat isi tanah = (w8-w9)/we = gram/cm3. Berat isi kering tanah =Yd

=

𝑌 𝑥 100

100+𝑤 gram/cm3 Derajat kepadatan di lapangan = (dalam % )

5. Karakteristik Tanah dan Pengaruh Terhadap Infiltras

Karakteristik tanah dalam pengaruhnya terhadap infiltrasi yang terpenting adalah terstur dalam, struktur dan kandungan bahan organik pada lapisan permukaan tanah.Tekstur tanah sangat dominan pengaruhnya terhadap pori-pori partikel tanah, semakin besar pori-pori partikel tanah infiltrasinya semakin besar pula, misalnya pasir.Sebaliknya tanah lempung karena pori-pori partikel tanahnya kecil maka infiltrasinya kecil.

Struktur tanah dipengaruhi oleh agregate tanah dan bahan organik yang membentuknya, apabila lapisan topsoilnya mempunyai struktur yang kompak, kondisi ini akan banyak menghambat terjadinya infiltrasinya. Bahan organik tanah terbentuk dari sisa-sisa daun yang jatuh ke tanah kemudian membusuk tentu saja ini akan dapat menghambat aliran permukaan tanah, disamping itu bahan organik ini juga dapat menyimpan air hujan yang kemudian meresap kedalam tanah.

Berdasar kapasitas infiltrasinya dapat dikatakan bahwa kemungkinan terjadinya aliran permukaan pada tanah – tanah yang berat lebih besar dibanding pada tanah yang berstruktur ringan. Hal ini sesuai dengan pendapat bermana kusumah (1978), bahwa kapasitas infiltrasi tanah ikut menentukan banyaknya air yang mengalir di atas permukaan tanah, sebagai aliran permukaan. Jadi, semakin besar kapasitas infiltrasi, maka aliran permukaan yang terjadi akan semakin kecil (Erwin, 2012).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian

Lokasi penilitian dilakukan di Laboratorium Hidrologi Teknik Sipil Pengairan Unismuh Makassar dan lokasi pengambilan sampel tanah ini dilaksanakan pada pemukiman masyarakat padat penduduk tepatnya di Jl. Tamalate 3 dalam pengambilan sampel tanah.

Gambar 6. Jl. Tamalate 3 sampel tanah (sumber gambar google Earth)

Titik Sampel

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 04 Juni 2016 sampai dengan tanggal 15 Mei 2017. Dengan waktu penelitian berjalan selama 1 tahun, dimana pada bulan pertama dan kedua yakni bulan Juni dan Juli merupakan pelaksanaan pengambilan sampel tanah serta penyediaan alat lab guna pengelolaan data sampel tanah untuk dapat di duplikat sebagai bahan penilitian jangka panjang, pada proses kedua bulan Agustus dan September penyediaan alat lab serta pembuatan bahan cetakan uji kuat tekan tanah hingga pelaksanaan pengambilan data uji kuat tekan tanah dan prose ketiga bulan Oktober sampai dengan Mei 2017 pelaksanaan pengambilan data infiltrasi pada alat rainfall simulator.

B. Jenis Penelitian dan Sumber Data 1. Jenis penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian menggunakan alat 1 set rainfall simulator dengan mencoba menganalisis fungsi akar pohon dalam proses infiltrasi.

2. Sumber data

Sumber data dari penelitian ini berupa dari :

a. Data primer yakni data yang diperoleh dari hasil simulasi, pengamatan langsung dari model fisik dan sampel di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Makassar.

b. Data sekunder yakni data yang diperoleh dari intensitas terkait data curah hujan wilayah kota makassar dari Dinas PU dan BMKG kota makassar, serta data yang di

peroleh dari literatur dan hasil penelitian yang sudah ada, baik penelitian laboratorium maupun penelitian langsung di lapangan yang terkait dengan penelitian ini.

C. Alat Penelitian

1. Alat dan bahan untuk pengambilan nilai kapasitas infiltrasi.

a. 1 Set rainfall simulator b. Air

c. Tanah d. Mistar

2. Bahan dan alat untuk pengujian kepadatan tanah.

a. 1 set sand cone test b. Pasir

c. Scop d. Kubus e. Paku f. Multi

g. Hummer (palu)

3. Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel tanah a. Hand bor (bor tangan)

b. Wadah (untuk mengambil sampel) c. Scop

D. Desain Alat Penelitian

1. Perangkat basic hydrology study system (tampak depat)

Sebelum melakukan penilitian kita perlu mngetahui terlebih dahulu fungsi dan perangkat-perangkat yang terdapat pada alat rainfall simulator.

Gambar 7. Tampak Depan rainfall simulator 1. Bak percobaan utama.

2. Pintu keluaran air bak percobaan utama.

3. Bejana pengukuran keluaran air dari bak percobaan utama.

4. Bejana pengukuran drain sisi kiri (ada 6 buah).

5. Penampungan air dan penyaringan air buangan dari bejana pengukuran keluaran dari bak percobaan.

6. Panel kendali 1

7. Reservoir ( penampunga air sumber hujan, sungai dan air tanah )

1

2

3

4 5

6 7

8 9

10 11 12

13 14

15

8. Penampungan air buangan untuk seluru bejana pengukuran drain dari seluruh drain.

9. Panel kendali katup untuk operasional sistem basic hidrology study system.

10. Saluran pembuangan bejana pengukuran dari drain.

11. Bejana pengukuran drain sisi kanan (ada 6 buah).

12. Manumeter bank (ada 23 titik untuk dua sumbu berbeda).

13. Bejana masukan sumber air untuk mensimulasikan aliran sungai pada bak percobaan.

14. Posisi penempatan nozzle hujan pada gantry (dudukkan menggantung) 15. Gantry (dudukan menggantung)

2. Perangkat basic hydrology study system (tampak samping kiri)

Gambar 8. Tampak samping kiri

1

2 2 9

3 4

5 6

7 8

4 3

1. Tempat pemasangan belalai saluran air ke bejana pengukuran keluaran bak percobaan.

2. Pintu keluaran air bak percobaan utama.

3. Bejana pengukuran drain sisi kiri (ada 6 buah)

4. Pijakan kaki sebagai alat bantu untuk memudahkan aktifitas di bak percobaan.

5. Bejana pengukuran keluaran air dari bak percobaan utama

6. Penampungan air buangan untuk seluruh bejana pengukuran drain dan seluruh drain.

7. Bak percobaan utama

8. Posisi penempatan nozzle hujan pada gantry (dudukkan menggantung) 9. Gantry (dudukan menggantung)

3. Perangkat basic hydrology study system (tampak belakang, serong kanan)

Gambar 9. Tampak Belakang

1 2 3

4

1. Panel kendali dua.

2. Bejana sebagai masukan sumber air untuk mensimulasikan aliran sungai pada bak percobaan.

3. Penyangga gantri yang merupakan tempat penempatan nozzle untuk ke dua group hujan.

4. Pompa air sebagai sumber pensuplai air untuk kedua group nozzle hujan dan simulasi sungai serta simulasi air tanah.

E. Prosedur Pengoprasian Alat

1. Persiapan operasional basic hydrology study system.

Sebelum mengoprasikanperalatan laboratorium basic hydrology study system, ada beberapa hal dan prosedur yang harus dilakukan demi kelancaran pelaksanaan percobaan yang akan dilakukan menggunakan alat basic hydrology study system iyalah :

a. Sumber Air

Pastikan ‘Reservoir’ telah terisi dengan air bersih serta input air bersih tersedia secara tetap dan konstan. Pastikan juga katup pembuangan pada reservoir dalam posisi off atau tertutup agar tidak ada air yang terbuang.

b. Pembuangan Air

Untuk menunjang sistem peralatan basic hydrology study system bekerja dengan baik, maka salah satu penentu adalah drainase pembuangan air. Pastikan selang pembuangan air terhubung dengan saluran pembuang yang terdapat pada laboratorium.

c. Pintu Keluar Air Bak Percobaan.

Sebelum melakuan percobaan aturlah posisi tinggi pintu keluaran air yang diukur dari dasar bak percobaan, disesuaikan dengan kebutuhan percobaan dengan satuan centimeter. Setelah itu kencangkanlah secukupnya susunan baud tersebut, tidak perlu mengencangkan dengan kuat-kuat karena pintu tersebut dilapisi dengan karet yang lentur. Setelah langkah diatas maka selanjutnya adalah melakukan pemasangan ‘belalai’. Guna ‘belalai’ adalah agar aliran output pintu air dapat terarah masuk kedalam bejana pengukuran. Pilih ‘belalai’ yang sesuai dengan tinggi jarak antara ujung output pintu air dengan bejana pengukuran dibawahnya. Tersedia belalai dengan panjang 40cm, 30cm, 20cm, 10cm dan 6cm.

d. Bejana Pengukuran.

Ada terdapat dua model bejana pengukuran, yaitu : Bejana pengukuran keluaran dari bak percobaan dan bejana pengukuran drain (keluaran dari 12 drain yang tersedia). Pada bejana pengukuran dua jenis katup yaitu katup ulir dan ball valve.

e. Media Uji Tangkapan Air Hujan.

Sebelum melakukan percobaan dengan simulasi hujan, maka perlu diketahui terlebih dahulu intensitas hujan yang akan digunakan. Agar ketika melakukan penentuan intensitas hujan tersebut tidak terjadi kontaminasi air hujan yang tidak diinginkan terhadap media tanah atau pasir atau media sample lainnya yang akan digunakan., maka digunakan media uji tangkapan air hujan.

f. Pompa Air

Hubungan kabel sumber listrik dihubungkan ke jala-jala PLN, maka pada panel

kendali 1 dan panl kendali 2 akan menyala lampu merah. Untuk meng-aktifkan pompa air maka tekanlah tombol pompa ON ‘lampu pompa on’ akan menyala hijau maka pompa akan aktif. Untuk menghentikan kerja pompa air maka sebalikka tekan tombol off.

g. Manometer

Manometer air merupakan instrumen untuk mengetahui ketinggian permukaan air yang terdapat didalam bak percobaan. Ketinggian air yang terdapat pada manometer ini merupakan manifestasi dari ketinggian air yang berada didalam bak percobaan pada saat pengamatan. Cara melakukan pengisian air pada selang tersebut adalah dengan memberikan hujan atau input sungai dan air tanah.

2. Pengoprasian basic hydrology study system.

Pada bagian ini akan diterangkan cara dan langkah-langkah pengoprasian dari alat basic hydrology study system. Penjelasan akan dibagi dalam beberapa bagian fungsi utama dari peralatan. Ikuti seluruh prosedur dengan baik dan benar. Untuk penentuan standart tingkatan intnsitas hujan dapat dilihat pada analisa data.

a. Simulasi hujan group I.

Gambar 10. Simulator Hujan Group I

b. Simulasi hujan group II.

Gambar 11. Simulator Hujan Group II F. Setting Media Tanah

Adapun prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tahapan Persiapan

Tahapan persiapan dilakukan untuk mengantisipasi segala keadaan yang berkaitan dengan prosedur penelitian, seperti;

(1) Pembersihan,

(2) Pengecekan alat dan bahan yang akan diuji,

(3) Persiapan perangkat dan instrument yang dibutuhkan, dan

(4) Persiapan personil pengamatan serta persatuan persepsi dalam melakukan tindakan pengujian, pengamatan dan pencatatan data.

2. Tahapan penentuan jenis tanah

Penentuan jenis tanah dengan melakukan uji karakteristik tanah.

Karakteristik tanah yang diujikan diantaranya, yaitu : (1) Pengujian sand cone test

(2) Pengujian berat jenis tanah (3) Pengujian kadar air tanah (4) Pengujian permeabilitas tanah (5) Pengujian analisa saringan (6) Pengujian Kompaksi

(7) Pengujian batas-batas atterberg

Pengujian karakteristik tanah tersebut dilakukan setelah pengambilan sampel tanah pada daerah tamalate 3 kota makassar, sulawesi selatan. Sampel tanah yang telah diuji, kemudian dibuatkan proporsi tanah sesuai dari hasil perhitungan pengujian Analisa Saringan.

3. Tahapan running test

1) Running test ke-1. Pengukuran infiltrasi pada tanah tanpa akar pohon.

Tanah tersebut dimasukkan ke dalam bak pengujian dengan tinggi 28 cm, lalu kemudian dipadatkan dengan perlakuan 2x tumbukan. Tinggi alat penumbuk dari tanah 20 cm. Berat alat penumbuk sebesar 5 Kg. Kemudian dilakukan sandcone test untuk mendapatkan kepadatan tanah. Kepadatan tanah yang didapatkan dari dari hasil sand cone test pada bak uji tidak harus sesuai dengan kepadatan tanah di lapangan,

tetapi dengan nilai yang tidak terlampau jauh.

Selanjutnya, tanah yang berada dalam bak uji dilindungi dari air yang keluar dari nozzle sebelum dicapai keadaan air konstan dengan menggunakan media uji tangkapan air hujan. Setelah air dinyatakan konstan sesuai dengan intensitas hujan yang diinginkan, pelindung sampel atau media uji tangkapan air hujan dibuka dan

secara bersamaan menekan tombol on pada stopwatch. Tiap selang waktu 5 menit, infiltrasi, limpasan dan ketinggian air dalam sampel tanah yang terjadi dicatat.

Kemudian masing-masing limpasan maupun infiltrasi yang ditampung dalam drain diukur volume air dan catat dalam tabel pengamatan. Sampai pengamatan selama tanah dikatakan jenuh dan infiltrasi dan runoff konstan, hujan buatan dihentikan.

Setelah hujan dihentikan, tiap selang waktu 5 menit catat infiltarasi dan runoff yang tertampung pada drain dan ketinggian air pada tanah yang terbaca pada manometer.

Dalam waktu yang tidak ditentukan sampai infiltrasi dianggap nol.

G. Setting Tanaman Dan Running Tanaman

Pada tahapan ini dilakukan dengan 3 variasi, yaitu dengan menggunakan 1, 3 dan 6 akar tanaman.

a) Running dengan 1 akar pohon.

Akar pohon dan sampel tanah dimasukkan pada bak percobaan, kemudian lakukan pemadatan dengan 2 kali tumbukan. Sebelum diberikan hujan buatan atur flowmeter/tekanan hujan dengan menahan air menggunakan media uji tangkapan air sampai didapatkan intensitas hujan yang diinginkan dengan sama-sama menekan tombol on pada stopwatch, keluarkan media uji tangkapan air. Catat kemudian infiltrasi dan runoff yang terjadi serta tinggi air dalam tanah pada tabel pengamatan setiap 5 menit selama hujan berlangsung, sampai tanah dikatakan jenuh dan infiltrasi dan runoff dinyatakan konstan. Lalu hujan buatan dihentikan. Setelah hujan, tiap selang waktu 5 menit infiltrasi dan runoff serta ketinggian air dalam sampel tanah dicatat sampai infiltrasi dianggap nol.

Kemudian bongkar sampel dari bak percobaan untuk melakukan penelitian dengan variasi akar berikutnya.

H. Data dan Variabel Penitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka pengujian dilakukan dengan model fisik laboratorium dengan kajian infiltrasi dan aliran permukaan. Model fisik ini dimaksudkan untuk mengamati dan mengetahui pengaruh akar pohon terhadap laju infiltrasi pada permukan tanah akibat dengan variasi intensitas curah hujan (I) dan durasi waktu (t).

Adapun data pengamatan hasil uji laboratorium diolah menjadi bahan analisa hasil kajian sesuai dengan tujuan penelitian.Data yang diolah menjadi bahan analisa adalah data intensitas curah hujan rencana (I), waktu durasi hujan (t) menit, volume rembesan dan limpasan, V (ml) atau liter.

Pengambilan data pengamatan sangat diperlukan dimana akan digunakan sebagai parameter analisa, oleh karena itu pencatatan data tersebut dilakukan pada setiap kondisi yang terkait langsung dengan tujuan penelitian. Adapun data yang diambil dalam pengujian ini adalah:

1. Pada running test ke-1dan ke-2, data yang dicatat adalah:

a. Waktu yang terkait dengan durasi hujan, t (menit) sekaligus kecepatan aliran Vxy (m/det)

b. Volume limpasan, V (ml) c. Volume infiltrasi, V (ml)

2. Panel katup-katup

2. Panel katup-katup

Dokumen terkait