• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Pandangan Terhadap Terapi Dzikir

BAB III TERAPI INABAH

PANDANGAN ANAK BINA TERHADAP TERAPI INABAH

D. Analisa Pandangan Anak Bina Terhadap Terapi Inabah

3. Analisa Pandangan Terhadap Terapi Dzikir

Pandangan informan seputar terapi dzikir yang dilakukannya pada umumnya mereka (para responden) merasakan sesuatu yang berbeda dari keadaan sebelumnya setelah mereka melakukan terapi dzikir berulang-ulang kali. Pada saat pelaksanaan terapi dzikir sebagian besar responden memberikan pandangan yang hampir sama, yaitu munculnya perasaan tenang dan penyesalan atas dosa-dosa yang telah diperbuat. Sebagaimana yang diutarakan semua informan Anak Bina bahwa mereka mendapatkan ketenangan batin saat melafalkan dzikir, baik dzikir jahar maupun khofi.

Tabel. 3. Hasil Analisa Pandangan Informan Anak Bina Terhadap Terapi Inabah N

o.

Nama Responden

Respon Penerimaan Informan Mandi Taubat Shalat Tahajud Dzikir

1. SPM V V V 2. BHN V V V 3. ARY X X Y 4. ANG V V V 5. HER V Y V Keterangan : V= Pembiasaan

93 X= Penolakan

Y= Penerimaan

Dari analisa terhadap kelima informan di atas, pandangan informan terhadap terapi Inabah sebagai sebuah proses pemulihan yang dilakukan secara sadar dilalui setelah beberapa waktu proses adaptasi lama tinggal dari informan itu sendiri. Keadaan ini jika dirujuk pada masa tinggal masing-masing informan. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah adanya perbedaan kondisi ketergantungan para pecandu Narkoba (sebelum menjadi Anak Bina) saat memasuki Inabah VII tentunya akan memberikan jenjang perubahan yang berbeda-beda. Dalam hal ini proses penerimaan dan kesadaran untuk melakukan terapi Inabah pada Anak Bina pada tingkatan dampak ketergantungan Narkoba dari yang Anak Bina miliki sebelumnya. Hal inilah yang membuat masing-masing informan memiliki keanekaragaman masa menjalankan terapi Inabah, meskipun, kasus dan masa penyalahgunaan narkoba tidak jauh berbeda.

Kemampuan menyesuaikan diri menjadi hal penting dalam proses terapi Inabah ini. Mengingat kehidupan informan sebelum masuk Inabah VII sama sekali berbeda dengan kehidupannya di Inabah VII. Dari proses informan menjalankan terapi Inabah di Inabah VII, saya memunculkan tahapan-tahapan proses penerimaan. Tahapan tersebut muncul dari hasil pengamatan dan wawancara kepada informan tentang proses terapi Inabah yang dilakukan informan di Inabah VII. Hal ini berkaitan erat dengan tahapan-tahapan yang dijalani informan (Anak Bina). Terjadinya pandangan terhadap terapi Inabah dipengaruhi oleh tahapan-tahapan yang dilalui informan

94 pada masa tinggal di Inabah VII. Tahapan tersebut adalah,

tahap transisi, tahap inisiasi, dan tahap intensifikasi. Tahap transisi diawali pada saat proses peralihan dari luar Inabah ke dalam Inabah VII. Kedua, tahap inisiasi, yaitu peralihan informan dari suatu komunitas pengguna narkoba menjadi komunitas eks-pengguna narkoba (Anak Bina) di Inabah VII. Selain itu, pada proses ini ditandai dengan masuknya pengguna narkoba ke dalam komunitas baru yang sama sekali berbeda dengan komunitas sebelumnya, yaitu peralihan dari komunitas pengguna narkoba kepada komunitas Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN) atau biasa disebut dengan Ikhwan TQN, yang dalam proses ini ditandai secara formal. Tahap terakhir adalah tahap intensifikasi, yaitu tahap pelaksanaan ritual TQN bagi seluruh Ikhwan TQN, termasuk Anak Bina.

Pada tahap transisi ini lebih ditekankan pada saat proses peralihan dari luar Inabah ke dalam Inabah VII. Pada tahap ini kerap terjadi kegoncangan emosi yang dialami informan, berupa kemarahan, kesedihan, kekecewaan dengan intensitas yang cukup tinggi. Adanya penolakan atas keharusan pelaksanaan terapi Inabah yang harus dilakukan atas dirinya. Tentu saja hal tersebut tidak terjadi tanpa sebab. Oleh sebab itu, mengetahui pengalaman masa lalu informan sehingga akhirnya berada di Inabah VII, sumber dan jenis narkoba yang digunakan dan alasan keberadaan pengguna narkoba di Inabah VII menjadi sesuatu yang penting untuk diketahui.

Alasan keberadaan responden di Inabah VII, dapat diketahui terdapat tiga kategori alasan. Pertama, kategori ditipu. Kedua, kategori dipaksa, yaitu responden yang dibawa ke Inabah VII dengan paksaan. Ketiga, kategori sadar, yaitu responden yang dibawa ke Inabah II dengan kondisi sadar.

95 Anak Bina saat itu telah mengetahui bahwa dirinya akan

menjalani pembinaan di Inabah VII. Sehingga saat memasuki Inabah VII, dirinya telah siap untuk menjalankan terapi Inabah tersebut. Responden yang masuk dalam kategori ini adalah SPM, berturut-turut BHN, ANG dan HER, sedangkan pada ARY terdapat perkecualian. Dari analisa hasil wawancara didapati ARY belum bisa sepenuhnya menerima kewajiban terapi Inabah yang harus dijalankan pada dirinya. Hal ini jika merujuk pada data masuk responden di Inabah didapati ARY termasuk Anak Bina baru. Hal penting lainnya adalah kesiapan mental memasuki Inabah, kesediaan informan secara sadar masuk Inabah berbanding lurus dengan penerimaan informan atas penerapan terapi Inabah.

Tahap inisiasi yaitu peralihan informan dari suatu

komunitas pengguna narkoba menjadi komunitas eks-pengguna narkoba (anak bina) di Inabah VII. Selain itu, proses ini pun ditandai dengan masuknya pengguna narkoba ke dalam komunitas baru yang sama sekali berbeda dengan komunitas sebelumnya, yaitu peralihan dari komunitas pengguna narkoba kepada komunitas Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN). Informan harus melepaskan keterikatan dan kebiasaan lamanya untuk membentuk keterikatan dan kebiasaan baru yang lebih baik. Dalam proses terapi spiritual bagi pengguna narkoba, tahap ini ditemui saat informan melakukan talqin Dzikir dan secara total melepaskan diri dari ketergantungan narkoba. Dengan kata lain, talqin dzikir pun dimaknai sebagai pintu pertaubatan informan dari semua kesalahan yang telah dilakukan dan selanjutnya diwujudkan dengan tidak kembali mengulangi kesalahan tersebut. Selain itu, talqin dzikir bukan hanya bagi informan saja tetapi juga bagi orang tua informan.

96 Hal tersebut dilakukan agar saat informan kembali ke rumah,

mereka tetap dapat merasakan suasana peribadahan seperti di Inabah VII.

Talqin Dzikir, selain merupakan sebuah pembelajaran untuk melaksanakan dzikir versi TQN, dengan melaksanakan Talqin Dzikir tersebut, informan dinyatakan telah bertaubat dan sah bergabung dalam komunitas TQN (Ikhwan TQN), informan harus melakukan kebiasaan baru dalam komunitas tersebut, terutama kebiasaan untuk tidak menyalahgunakan narkoba. Sehingga informan pada tahap ini harus melakukan adaptasi dalam komunitas barunya, yaitu sebagai Anak Bina di Inabah VII dan sebagai Ikhwan TQN. Tahap ini pun ditandai dengan peralihan tempat tinggal, sebelumnya informan berada di luar Inabah, kini informan berada di Inabah VII dengan semua tradisi yang juga baru bagi informan. Meskipun hanya sementara, namun perpindahan tempat tinggal pun terjadi, apalagi tidak ada penentuan batas waktu yang pasti informan dapat meninggalkan Inabah VII. Batasannya bergantung pada kesembuhan informan dan keluarga yang menjemput.

Adapun tahap intensifikasi adalah tahapan di mana informan secara rutin melakukan kegiatan-kegiatan terapi Inabah sesuai dengan aturan TQN. Bukan hanya yang berkaitan dengan terapi untuk kesembuhan informan dari ketergantungan narkoba, namun juga ritual keagamaan yang ada dalam ajaran TQN. Misalnya, berdzikir secara Jahar (suara keras) dan khofi (dalam hati), Manaqiban dan Khataman. Tahap intensifikasi ini dilakukan untuk memperteguh identitas informan sebagai ekspengguna narkoba yang juga menjadi ikhwan (jama’ah) TQN. Tahap intensifikasi ini berlanjut sampai informan keluar dari Inabah. Hal tersebut karena pada

97 tahap intensifikasi ini ditemukan adanya kesadaran akan

eksistensi diri informan. Fluktuasi kesadaran ini yang menyebabkan tahap intensifikasi menjadi lebih penting bagi informan. Selain itu, sebagai ikhwan TQN, informan akan terikat dengan tradisi keagamaan yang harus dilaksanakan meskipun telah berada di luar Inabah VII.

Perubahan kesadaran informan yang ditemukan pada tahap intensifikasi selama di Inabah VII adalah: yang pertama adanya kesadaran medis; yaitu adanya perubahan kesadaran informan yang ditandai dengan informan mulai menyadari dan mampu memaknai keberadaannya di Inabah VII adalah untuk menjalani proses pemulihan atas ketergantungan terhadap narkoba, atau disebut juga sebagai kesadaran medis. Kesadaran medis berkaitan dengan kesadaran informan bahwa terapi yang sedang dijalani adalah untuk kesehatan mereka secara medis, yaitu informan terlepas dari ketergantungan kepada narkoba.

Yang kedua adanya kesadaran spiritual, pada tahap ini pun ditemukan kesadaran informan akan pentingnya pelaksanaan ibadah untuk mendukung kepulihannya (kesadaran spiritual). Hal ini ditandai dengan pernyataan informan yang menjelaskan bahwa apabila pelaksanaan ibadah yang mereka lakukan menurun maka hal tersebut akan berdampak pada kejiwaan mereka dalam mempertahankan kondisi baiknya. Informan menyadari bahwa kedekatan dengan Tuhan melalui pelaksanaan ibadah dapat meningkatkan dan mempertahankan kepulihan mereka. Dari kelima informan yang masa menjalani terapi di Inabah VII, terdapat 3 (tiga) informan yang telah menjalani masa terapi selama satu tahun menyatakan hal tersebut. Adapun satu informan yang masa terapi di bawah satu tahun memberikan pernyataan dan

98 perilaku yang cenderung belum menunjukkan kesadaran

sepenuhnya akan manfaat terapi Inabah. Pada kasus-kasus tertentu penerimaan terapi Inabah pada Anak Bina lebih cepat daripada umumnya. Hal itu bisa saja terjadi karena adanya inisiatif dan keinginan dari Anak Bina mengikuti terapi Inabah.

Gambar 1. Pandangan Informan pada Proses Terapi Inabah di Inabah VII

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kelima informan Anak Bina, didapati bahwa dari kelima responden Anak Bina; tiga diantaranya merupakan bekas pecandu Narkoba dan dua Anak Bina mengidap penyimpangan perilaku dan gejala kejiwaan. Dari hasil wawancara dengan informan nampak adanya kesamaan keinginan dari para informan untuk

Kesadaran Medis Kesadaran Spiritual Pecandu Narkoba Fase Penolakan Tahap Pemantapan Jiwa

Pra- Terapi Proses Terapi Inabah

Tahap Penyucian Diri

Pasca Terapi

Tahap Perawatan Fase

Penerimaan Fase Pembiasaan Kesadaran Diri Identitas Baru Identitas Lama Tahap Penyadaran Diri

99 sembuh dan keinginan berkumpul dengan keluarganya. Selain

itu juga harapan informan untuk dapat diterima Kesimpulannya adalah waktu satu tahun tersebut memang tidak mutlak berlaku kepada semua informan. Ternyata ada informan di bawah satu tahun yang merasakan kesadaran tersebut. Bergantung kepada motivasi anak bina untuk sembuh. Hasil penelitian menunjukan kecenderungan bahwa kesadaran tersebut bersifat fluktuatif. Sehingga respon pandangan Anak Bina terhadap terapi Inabah mengalami proses penerimaan yang berbeda-beda antara satu Anak Bina dengan Anak Bina lainnya. Fluktuasi tersebut berasal dari kesungguhan informan untuk mempertahankan kesadaran yang telah dimilikinya, juga pentingnya dukungan dari unsurunsur yang berkaitan langsung dengan informan, misalnya unsur keluarga dan lingkungan, terutama saat informan kembali ke daerah masing-masing. Tidak ada garansi kesadaran informan saat keluar dari Inabah VII, kecuali ada upaya untuk itu.

Salah satunya adalah upaya untuk menghadirkan kembali keadaan suasana dan kondisi lingkungan pada Anak Bina. Peranan orang tua sangat besar dalam menghadirkan kembali suasana terapi Inabah sehingga kontinuitas, ataupun keberlangsungan penerapan terapi tetap terjaga walau Anak Bina sudah berada diluar Inabah VII. Atau dengan kata lain, pembinaan terhadap Anak Bina tidak cukup dilakukan di Inabah VII saja. Namun, pembinaan tersebut pun perlu ditindaklanjuti di rumah masing-masing. Itulah sebabnya pihak Inabah VII pun mengharuskan pihak keluarga untuk menjadi ikhwan TQN. Sehingga ketika informan kembali ke rumah, dirinya masih bisa merasakan suasana seperti saat di Inabah VII.

10

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait