BAB III TERAPI INABAH
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Dari pembahasan bab-bab sebelumnya, kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pertama, penerapan terapi Inabah di Inabah VII tidak berbeda dengan Inabah-inabah Suryalaya lainnya. Teknik yang digunakan adalah berbagai amaliyah yang dilaksanakan dalam Thoriqah Qodiriyah Naqsyabandiyah (TQN) Pondok Pesantren Suryalaya, inilah yang kemudian memunculkan beberapa pendapat yang mengatakan bahwa terapi Inabah merupakan terapi menggunakan pendekatan amaliyah dalam Tasawuf. Teknik amaliyah TQN Pondok Pesantren Suryalaya yaitu dengan memperbanyak amaliyah, seperti; Mandi Taubat (Hidro Therapy); shalat, dzikir, qiyamul-lail dan puasa. Disamping itu juga amalan-amalan seperti khotaman dan manaqiban juga diajarkan pada Anak Bina Inabah VII dengan maksud agar kelangsungan corak keagamaan secara terus menerus dapat terbina dan setiap saat kehidupan Anak Bina akan selalu terjaga oleh kehidupan keagamaan.
Pelaksanaan terapi Inabah bagi Anak Bina di Inabah VII Putra dimulai dari pukul 02.00 hingga malam hari pada pukul 22.00, sesuai dengan jadwal amaliyah harian terapi Inabah. Pelaksanaan terapi Inabah dipandu oleh wakil pembina yang dengan sabar memandu Anak Bina agar melaksanakan terapi dengan benar-benar. Pemahaman dari wakil pembina, bahwa mereka –Anak Bina- adalah korban yang harus diperlakukan dengan sebaik-baiknya turut memberikan andil besar dalam proses penerimaan rehabilitasi pada Anak Bina. Dalam hal ini
10 Anak Bina disentuh perasaannya dengan ajaran agama Islam
melalui amaliyah-amaliyah Thoriqah Qodiriyyah Naqsabandiyah secara simultan dan terus menerus hingga kesadaran Anak Bina tumbuh seiring dengan frekuensi pelaksanaan penerapan terapi Inabah yang dilakukannya.
Kedua, Pada awal pelaksanaan terapi Inabah pada umumnya Anak Bina sering dibarengi dengan sikap penolakan, hal ini dikarenakan belum stabilnya kondisi kejiwaan Anak Bina. Kondisi semacam ini merupakan tahap transisi bagi Anak Bina yang ditandai oleh seringnya kegoncangan emosi yang dialami Anak Bina yang berupa kemarahan, kesedihan, kekecewaan dengan intensitas yang cukup tinggi. Pandangan Anak Bina pada tahap ini lebih banyak didominasi oleh sikap penolakan secara keras atas penerapan terapi Inabah bagi dirinya dan penolakan atas pelaksanaan terapi pada tahap ini kerap terjadi pada masa-masa awal Anak Bina berada di Inabah VII. Oleh sebab itu, mengetahui pengalaman masa lalu Anak Bina hingga berada di Inabah VII, sumber dan jenis narkoba yang digunakan dan alasan keberadaan pengguna narkoba di Inabah VII menjadi sesuatu yang penting untuk diketahui.
Hal yang cukup menarik adalah setelah Anak Bina tinggal beberapa lama dalam komunitas Inabah VII, mereka mulai dapat melaksanakan terapi dan mulai dapat merasakan manfaat dari terapi yang dilakukannya walau terkadang harus dipaksakan. Pelaksanaan terapi yang dilakukan secara berulang-ulang oleh Anak Bina lambat laun tanpa terasa oleh Anak Bina menciptakan kondisi kesadaran untuk dapat menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan terapi Inabah yang dilaksanakan. Inilah yang kemudian menjadi tahap inisiasi atau penerimaan Anak Bina atas pelaksanaan terapi Inabah yang
10 dilakukan. Anak Bina sudah mulai merasakan manfaat dari
terapi yang mereka lakukan dan ada upaya mereka untuk menjaga kontinyuitas pelaksanaan terapi Inabah atau dengan kata lain Anak Bina secara rutin dan sadar melakukan kegiatan-kegiatan terapi Inabah sesuai dengan aturan ritual keagamaan yang ada dalam ajaran TQN.
Pada tahapan ini Anak bina memaknai terapi yang dilakukan sebagai obat penawar bagi diri mereka yang mencegah nafsu untuk kembali melakukan kesalahan yang telah mereka perbuat sebelumnya. Tahap intensifikasi ini terus berlanjut hingga Anak Bina keluar dari Inabah. Kesadaran yang dimiliki Anak Bina sebagaimana umumnya pada kesadaran manusia bersifat fluktuatif maka diperlukan upaya untuk menjaga konsistensi dalam menjaga keberlangsungan amaliyah TQN Anak Bina selepas dari Inabah VII. Dalam hal ini keberlangsungan praktek amaliyah TQN juga harus diupayakan oleh orang tua Anak Bina, dikarenakan hal ini merupakan bagian dari upaya untuk menghadirkan keberlangsungan amaliyah TQN Anak Bina agar selalu terjaga ketika keluar dari Inabah kelak.
B. Saran
Terlepas dari hasil-hasil yang dirumuskan di atas, kajian ini disadari memiliki kekurangan dan keterbatasan. Mengungkap bagaimana pandangan Anak Bina ternyata cukup kompleks. Hal ini karena banyak faktor-faktor tidak terduga yang bisa terjadi pada proses penerapan terapi berpengaruh pada tingkat kesadaran Anak Bina, dan itu memang tidak cukup untuk diteorikan tetapi butuh pengalaman dan pengamatan secara intensif dalam menemukan pola-pola
10 bagaimana pandangan Anak Bina dibangun. Oleh karena ini,
saran-saran yang perlu diperhatikan bagi para peneliti lainnya, antara lain:
1. Problematika yang terjadi pada masa-masa awal ketika Anak Bina harus berhadapan dengan terapi Inabah sangat komplek. Hal dikarenakan Anak Bina yang datang ke Inabah VII tidak hanya datang dengan penuh kesadaran ingin menyembuhkan ketergantungan pada Narkoba atau gejala kejiwaan yang diidapnya. Pada umumnya Anak Bina datang ke Inabah VII melalui proses pemaksaan, hal inilah yang kemudian memunculkan sikap penolakan pada awal pelaksanaan terapi. Hal ini juga bisa dipengaruhi oleh faktor shock culture; Anak bina harus beradaptasi secara ekstrim dengan lingkungan Inabah dengan penerapan terapi yang cukup ketat. Sehingga pemahaman awal bagaimana Anak Bina masuk ke Inabah menjadi faktor penting dalam menganalisa perilaku Anak Bina pada proses terapi Inabah. 2. Penelitian ini sesungguhnya membutuhkan proses
pengamatan yang berlangsung secara terus-menerus selama pelaksanaan terapi Inabah bagi Anak Bina sehingga diharapkan nantinya dapat memunculkan ketepatan dan keakuratan data. Selain itu juga diperlukan kesiapan mental dan spiritual bagi pelaku penelitian berikutnya yang hendak mengkaji Anak Bina di Inabah Pondok Pesantren Suryalaya, terutama bagaimana mereka memberikan pandangan terhadap terapi Inabah yang dilakukannya.
3. Cara terbaik dari usaha itu tidak cukup dengan mempelajarinya melalui buku atau karya tulis lainnya; ia membutuhkan pengamatan dan keikutsertaan dalam proses terapi Inabah itu sendiri pada pengalaman eksperimental
10 personal yang menekankan kejernihan hati dan pikiran
individu dalam memandang setiap tahapan terapi Inabah.
Daftar Pustaka
Anangsyah. 2006. Proses Penyadaran Korban Penyalahgunaan Narkotika Melalui Ajaran Agama Islam Atau Pendekatan Illahiyah Dengan Metode Tasawuf Islam Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah Di Inabah Pondok Pesantren Suryalaya. Dalam Thoyibi M & Ngemron. M. Psikologi Islam, Surakarta : Muhammadiyah University Press
Andam, Rabin. 2010. Resosialisasi Remaja Korban Narkoba Dengan Metode Terapi Keagamaan (Psikoreligius) Di Pondok Remaja Inabah VII Putra Suryalaya. Skripsi. Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung
Aqib, Kharisudin. 2001. Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah Suryalaya Studi Tentang Tazkiyatun Nafsi Sebagai Metode Penyadaran Diri. Disertasi UIN Jakarta
Ardani, Ardi, Tristiadi, dkk. 2007. Psikologi Klinis. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu
Arifin, Shahibul Wafa Tajul. 1995. Uqudul Juman, Tanbih, Jakarta, Yayasan Serba Bhakti Ponpes Suryalaya
Astutik. 2007. Terapi Islam Dalam Mengatasi Ketergantungan Narkoba (perspektif Psikologis), Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 14 No. 1
Bastaman, Hanna Djumhana. 1995. Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
10 Davamony, Marizzusai. 1995. Fenomenologi Agama,
Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Denzin dan Lincoln. 1994. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (terj), Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya
Dhofier, Zamaksyari. 1985. Tradisi Pesntren studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta : LP3ES
Elmansyah. 2011. Shifting Orientation In Sufism:Its Development And Doctrine Adjustment In History, IJIMS, Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, Volume 1, Number 2, December 2011
Fauzan, Abdullah Ibn Shalih. 2006. Hushul al-Ma'mul, Maktabah ar- Rusyd
Gay, L. R. & Airasian, Peter. 2000. Educational Research: Competencies for Analysis and Application. London: Prentice-Hall International (UK) ltd.
Harlina, Lydia. 2003. Membantu Pemulihan Pecandu Narkoba dan Keluarga. Jakarta : Balai Pustaka
Haryanto, Sentot. 1993. Terapi Religius Korban Penyalahgunaan NAPZA di Inabah Pondok Pesantren Suryalaya, Buletin Psikologi, VII (1)
Hasjmy, A. 1974. Dustur Dakwah Menurut Al-Quran. Jakarta: Bulan Bintang
Hawari Dadang. 2008. Integrasi Agama dalam Pelayanan Medik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Hawas, Abdullah. 1980, Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-tokohnya di Nusantara, Surabaya: Penerbit Al Ikhlas
http://kampungbenar.wordpress.com/pusat-rehabilitasi-narkoba
10 http://www.inabah.com/2011/07/inabah-sebagai-metode-terapi.html http://www.inabah.com/2011/12/mengungkap-makna-inabah.html http://www.inabah.com/p/falsafah.html http://www.inabah.com/p/pembinaan.html http://www.inabah.com/p/profil.html http://www.inabah.com/p/prosedur.html http://www.inabah.com/p/sejarah.html http://www.suryalaya.org/ver2/sejarah.html
Ibnu Baz, Syaikh 'Abdul 'Aziz . 2004. Syarh Tsalatsatil Ushul, Beirut-Lebanon: Penerbit Darul Atsar
Jayani. 2000, Di Suryalaya Kami Temukan Ketentraman, dalam Gatra, 30 September 2000
Jayani. 2000, Abah Anom Menebar Sinar Cinta, dalam Gatra, 30 Desember 2000
K. Rendra. (ed.). 2000. Metodologi Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ketentuan Umum Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika
Koeswara, E. 1992, Logoterapi: Psikoterapi Victor Frankl, Yogyakarta: Kanisius
Lury Celia, 1998. Budaya Konsumen, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
M. Faiq Al Wafiri. 2008, Terapi Fitrah (Memodifikasi Logoterapi Berdasarkan Tazkiyatun Nafs Al Ghazali), Skripsi, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Malang
Mintarsih A. Latief, “Proses Penyembuhan pada Pecandu”, Makalah pada Seminar Sehari Peranan Olahraga dalam
10 Mencegah dan Menanggulangi Madat, Jakarta, 14 Juli
2001.
Moleong, Lexy J. 1999, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Praja, JS. 1995, Model Tasawuf Menurut Syariah; Penerapannya dalam Perawatan Korban Narkotika dan Berbagai Penyakit Rohani, cet. 1, Tasikmalaya: Latifah Press
Rahmad. Dadang. 2002, Tarekat Dalam Islam Spiritualitas Masyarakat Modern, Bandung: Pustaka Setia
Samudra, Ma’ruf dan Dwi Wiyana. “Menguras Putaw Tanpa Sakaw”, Tempo, 6 Juni 1999
Sanusi, A. 1991. Abah Sepuh dan Pembentukan TQN Pondok Pesantren Suryalaya dalam Thoriqot Qodiriyyah wa Naqsabandiyah; Sejarah, Asal-usul dan Perkembangannya (Nasution H, editor), Bandung: Penerbit Rosda Karya
Setiawati Atik. 2002, Rehabilitasi Sosial Model Kelembagaan Bagi Remaja Putri Penyalahguna Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif (Kasus Satu di Panti Sosial dan Satu di Pesantren, Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor
Smart Ninian. 1995. Worldview, Crosscultural Explorations of Human Belief, Charles Sribner's Sons, New York
Sofyan, Ahmadi. 2007. NARKOBA Mengincar Anak Anda, Jakarta: Prestasi Pustaka
Spradley, James. 2007. Metode Etnografi (terj), Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana
10 Subandi, Drs. MA. 2000, Membangun Psikoterapi
Berwawasan Islami. Dalam Thoyibi, M. & Ngemron, M. Psikologi Islam, Surakarta : Muhamadiyah University Sulistiawati, Arie, 2008, Studi Tentang Terapi Islam Bagi
Pecandu Narkotika Di Pondok Inabah 13 Yogyakarta. Skripsi Thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Suparlan, Supardi. 1995, Kemiskinan Di Perkotaan, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia
Supriatna, 2012, Upaya Pencegahan Dan Penyembuhan Patologi Sosial Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Nilai Keagamaan : Studi Deskriptif di Pondok Remaja Inabah XX Pesantren Suryalaya – Tasikmalaya, Magister Pendidikan, Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Pendidikan Indonesia.
Swidler, Leonard, 1990, “The Dialogue Decalogue, Ground
Rules for Interreligious Dialogue”, dalam James H.
Kroeger, M.M., Interreligious Dialogue, Davao City Syah. Anang. 2000, Inabah Metode Penyadaran Korban
Penyalahgunaan NAPZA di Inabah I Pondok Pesantren Suryalaya, Bandung: Wahana Karya Grafika
Tantan, Hidayat. dkk., “Granat Setelah Geram”, Gatra, 27 November 1999
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. Ketiga, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Untariningsih, Endang. 2001, Upaya Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkoba. Sidoarjo : UNAIR
Wijayakusuma, Hembing. 1997, Hidup Sehat Cara Hembing, Jakarrta: Elex Media Komputindo
10 Wresniwito. M. 1996, Masalah Narkotika Dan Zat Adiktif
Lainnya Serta Penanggulangannya, Jakarta: Pramuka Saka Bhayangkara www.inabah.com www.suryalaya.org www.suryalaya.org/inabah.html www.suryalaya.org/sejarah.html www.suryalaya.org/yayasan.html
Yanti Hermawati. 2010, Perubahan Identitas Pengguna Narkoba Di Tempat Terapi Spiritual (Studi Komunikasi Terapeutik Di Pondok Inabah Ii Panjalu Ciamis) Jurnal Makna, Volume 1. Nomor 2. September 2010 – Pebruari 2011
Yuliaturrahmah. 2008, Terapi Pendekatan Islami Pada Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba (Studi Kasus Di Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Inabah Suryalaya Surabaya) Malang: Universitas Islam Negeri Malang, Fakultas Psikologi Jurusan Psikologi
Zelni. Putra, 2011, Upaya Rehabilitasi Bagi Penyalahguna Narkotika, Padang: Universitas Andalas, Fakultas Hukum