BAB III TERAPI INABAH
F. Penerapan Terapi Inabah
Penggunaan terapi Inabah digunakan untuk membina korban penyalahgunaan NAPZA dan penyimpangan perilaku, dimana mereka harus menjalankan beberapa kegiatan yang telah dijadwalkan oleh pihak pesantren sesuai dengan tujuan pembinaan, yaitu untuk meyadarkan, membina, dan mengembalikan para remaja yang telah rusak akhlaknya dan moralnya akibat dari penyalahgunaan narkoba dan sejenisnya untuk kembali ke jalan yang telah diridhoi oleh Allah SWT dengan jalan senantiasa ingat (berdzikir) melalui ajaran agama Islam dengan pendekatan Illahiyah dan metode Tasawuf Islam Thoriqah Qodiriyyah Naqsabandiyyah (Anangsyah, 2001 : 158).
55 Penerapan metode Inabah, teknik yang digunakan adalah
berbagai amaliyah yang dilaksanakan dalam Thoriqah Qodiriyah Naqsyabandiyah (TQN) pondok Pesantren Suryalaya yaitu dengan memperbanyak amaliyah, berikut
teknik terapi Inabah dari website
http://www.inabah.com/2011/07/inabah-sebagai-metode-terapi.html yang diakses pada tanggal 23 Oktober 2012, diantaranya yaitu;
a. Mandi Taubat
Mandi taubat adalah amalan yang biasa dilaksanakan oleh para sufi dan ahli tarekat. Mandi ini dilaksanakan dengan niat taubat atau menghilangkan berbagai dosa dari seluruh anggota tubuh, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Caranya dengan mengalirkan air ke seluruh permukaan tubuh, dari atas ke bawah secara merata, dan dilaksanakan sekitar pukul: 02.00 dini hari. Ketika sedang menyiramkan air ke sekujur tubuh, dibacalah doa yang artinya :
“Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat."
Mandi taubat sangat ampuh untuk meningkatkan kesadaran diri (self consciousness) dan penyembuhan dari berbagai penyakit. Hal ini berdasarkan pemahaman dan interpretasi firman Allah dalam Nisa: 43 dan Q.S.Al-Anfal: 11. Kata kunci dari kedua ayat diatas adalah “sukara” (mabuk) dan “nu’asa” (mengantuk); kedua keadaan tersebut pada hakekatnya adalah kelalaian dan kealpaan diri, atau hilangnya kesadaran diri. Keadaan ini dapat dihilangkan dengan air dan mandi, demikian juga berbagai kondisi psikologis lain yang diakibatkan adanya pengaruh setan, seperti
56 : lemas, gelisah, susah, stress, dan lainnya. Berbagai keadaan
psikologis tersebut sebagai tanda ketidaksehatan mental sehingga jiwa tidak bahagia akibat pengaruh bisikan syeitan. Mandi taubat tersebut dilakukan layaknya mandi besar, yaitu dengan mengalirkan air pada seluruh anggota tubuh, mulai dari ubun- ubun sampai ujung kaki disertai niat bertaubat sebagai ekspresi dari keinginan untuk membersihkan diri dari dosa anggota tubuh secara keseluruhan. Dengan demikian mandi taubat dapat dikatakan sebagai taubat dalam bentuk perilaku atau taubat yang bersifat aktif dan ekspresif.
Selain manfaat psikologis sebagaimana diterangkan diatas, mandi taubat memiliki manfaat terapi terhadap penyakit atau gangguan- gangguan biologis (fisik) yang bersifat psikosomatif. Mandi taubat dipandang sebagai hydrotherapy atau pengobatan dengan memanfaatkan air sebagai sarananya. Menurut Simon Baruch (1840-1921) seorang doktor Amerika, bahwa air memang memiliki daya penenang jika suhu air sama dengan suhu kulit, dan memiliki daya rangsang jika suhu air tidak sama dengan suhu kulit. Sedangkan menurut Ewalt, pasien yang mengalami delirium alcohol dan yang menunjukkan keresahan, agitasi, overaktif, kecemasan yang akut dan tumor akibat keracunan obat- obatan menunjukkan respon yang baik terhadap Hydro Therapy.
Mandi taubat selain dengan niat taubat, juga memiliki nilai meditasi dan sugesti. Ketika dibacakan doa khusus mandi taubat : “Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah Sebaik-baik yang memberi tempat." Selanjutnya Anak Bina diajak untuk melaksanakan shalat berjamaah.
57 Shalat merupakan ibadah mahdhah (ritual) yang telah baku
dalam Islam. Amalan shalat menjadi metode penyadaran diri yang sangat diutamakan, baik shalat wajib maupun shalat sunat. Khusus untuk penyembuhan atas ketergantungan narkoba, amalan shalat dikerjakan dengan peraturan yang sangat ketat. Semua jenis shalat baik yang wajib ataupun yang sunat yang ditetapkan dalam kurikulum Inabah, diberlakukan sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan bagi seluruh anak bina. Karena diyakini bahwa shalat ini memiliki daya penyadar yang sangat besar, untuk itu selain shalat wajib sehari semalam, intensitasnya diperbanyak dengan melaksanakan berbagai shalat sunat. Dengan demikian dalam sehari semalam, seluruh Anak Bina melaksanakan amalan shalat tidak kurang dari 82 rakaat.
Penerapan amalan shalat sebagai salah satu metode tazkiyatun nafs didasarkan pemikiran bahwa shalat mempunyai hikmah yang dapat mempengaruhi pribadi seseorang untuk tidak bertindak keji (perzinahan, perjudian, minum minuman keras dan sejenisnya) dan munkar ( yaitu segala macam tindakan yang bersifat deskruktif dan anarkis). Dasarnya firman Allah dalam surat Al-Ankabut ayat 45, termasuk dalam pelaksanaannya dilakukan secara berjamaah, didasarkan pada aspek edukatif yang bertujuan mendapatkan manfaat pembersihan jiwa yang lebih efektif. Sebagaimana keyakinan akan kebenaran sabda Rasulullah SAW yang artinya:
“Barangsiapa shalat empat puluh hari (berjamaah) dengan tidak ketinggalan takbiratul-ihramnya imam, maka Allah akan membebaskannya dari dua hal; bebas dari penyakit nifaq (kemunafikan), dan bebas dari neraka “ (H.R. Abu Na’im).
58 Dari segi tata cara bacaan maupun gerakannya, shalat akan
menuntun orang yang melaksanakannya untuk menyadari keagungan Allah, dan sekaligus membangkitkan kesadaran akan kelemahan diri sendiri. Dengan demikian, seseorang yang banyak melakukan shalat akan menjadi seorang yang transendentalis (orang yang memiliki kesadaran transcendental) atau dalam istilah tasawuf disebut ma’rifat, yaitu seorang yang sadar betul akan posisi Tuhannya dan posisi dirinya. Proses perubahan kondisi psikologis ini disebut individualisasi atau proses penemuan jati diri. Dengan metode shalat ini, akhirnya seseorang akan malu dan takut untuk berbuat maksiat, khususnya yang bersifat keji (fahsya) dan anarkis (munkar). Ia juga akan senantiasa ingat kepada Allah (dzikrullah), yang pada gilirannya akan terselamatkan dari godaan iblis yang senantiasa membisikkan dorongan untuk berbuat maksiat kepada Allah.
Selain manfaat psikologis yang bersifat terapi, shalat juga mempunyai manfaat somatic atau psikosomatif. Hal ini disebabkan karena secara mekanis gerakan dalam shalat memiliki aspek olahraga dan akupuntur yang bersifat terapi. Mulai dari kegiatan pra-shalat, yaitu wudhu ataupun mandi, dan seluruh gerakan dalam kegiatan shalat. Berwudhu akan memberikan suasana relaksasi bagi seseorang, disamping gerakannya untuk menggosok dan mengusap wajah, tangan, dan kaki. Semuanya ini berdasarkan tinjauan pijak refleksi dan akupuntur sangat bermanfaat bagi kesehatan fisik. Karena dengan gosokan itu akan merangsang simpul- simpul syaraf yang ada pada anggota tubuh yang terkena air wudhu tersebut. Demikian juga halnya gerakan shalat, mulai dari takbir, berdiri,
59 ruku, sujud, dan duduknya sangat baik untuk menunjang
kesehatan fisik. Sedangkan bacaan- bacaan yang bersifat meditatif dan doa sangat bermanfaat untuk kesehatan jiwa, karena mengandung kekuatan spiritual atau kekuatan rohaniah yang dapat membangkitkan rasa percaya diri (self confident) dan optimistis; keduanya sangat penting bagi penyembuhan suatu penyakit.
c. Dzikir
Dzikir merupakan amaliah pokok dalam Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) yang mempunyai manfaat sangat besar dalam upaya pembersihan jiwa. Allah berfirman dalam surat ar-Ra’d ayat 28 artinya : ”(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.
Dalam hadits dikatakan tentang manfaat dzikir yang artinya sebagai berikut: “Sesungguhnya bagi setiap segala sesuatu itu ada alat pembersihnya, dan sesungguhnya alat pembersih hati (jiwa) adalah dzikir kepada allah. Dan tidak ada sesuatu yang lebih dapat menyelamatkan dari siksa allah daripada dzikrullah ” (H.R.Baihaqi).
Dengan mengistiqomahkan dzikir jahar Laa Ilaaha Illallah dan dzikir khofi yang ditalqinkan oleh seorang Mursyid, maka dzikir ini menunjukkan komitmen seseorang untuk senantiasa menyebut dan mengingat asma Allah, menanamkan suatu kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Selain itu akan menjadi autoterapi atas ketergantungan NAPZA pada seseorang. Seseorang yang melaksanakan dzikir dengan serius dan istiqomah akan merasakannya sebagai katarsis (kanalisasi psikologis), bahkan insight.
60 Proses terjadinya penyadaran dan perubahan kondisi
psikologis saat melaksanakan dzikir dengan penuh khusyu ini akan ditandai dengan kesempurnaan tujuh tingkat kesadaran atau dikenal dengan tujuh macam nafsu, yaitu : Nafsu Ammarah, Nafsu Mulhimah, Nafsu Muthmainnah, Nafsu Radliyah, Nafsu Mardliyah, Nafsu Lawwamah, Nafsu Kamilah. Dengan memperbanyak dzikrullah diharapkan akan memberikan pengalaman psikologis dan spiritual (ahwal) dan pada waktunya ahwal-ahwal ini menjadi semakin permanen sebagai maqam hasil dari usaha untuk mempertahankannya. Dzikir merupakan suatu media dalam syariat Allah dan melaksanakan fungsi- fungsi sosial sebagaimana mestinya dengan penuh keridloan-Nya.
d. Shalat Tahajud
Shalat Tahajud atau bangun (shalat) di malam hari adalah salah satu metode pembersihan jiwa. Pelaksanaan Shalat Tahajud ini sangat ditekankan untuk lebih memberi efek tazkiyatun-nafsi dan berbagai manfaat psikologis lainnya, apalagi Allah telah menegaskan tentang ganjaran dan keutamaan Shalat Tahajud sebagaimana tercantum dalam surat al-Isra ayat 79. Shalat Tahajud atau bangun di malam hari untuk bermunajat dan beribadah kepada Allah dengan melakukan shalat atau amalan-amalan lainnya sangat dianjurkan dalam Islam dan merupakan amalan mulia yang biasa dilakukan para shalihin. Ketika orang lain terlelap tidur, lalu bangun malam untuk bermunajat dan beribadah dalam suasana sepi senyap secara psikologis sangat kondusif dan mampu meningkatkan konsentrasi serta tenang dalam beribadahnya.
61 Shalat Tahajud pada terapi Inabah ini diisi dengan
berbagai amaliah, yaitu: mandi taubat, shalat-shalat dan dzikir yang sebanyak- banyaknya sampai menjelang waktu shubuh. Seluruh kegiatan Shalat Tahajud tersebut dimulai sejak pukul 02.00 sampai menjelang Subuh. Kegiatan Shalat Tahajud ini memiliki aspek psikomotorik yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan mampu memperlancar peredaran darah. Khususnya pada gerakan- gerakan dalam shalat dan mandi taubat, didukung dengan suasana waktu yang mempunyai suhu dan kepekatan udara sedang dalam kondisi yang paling jernih. Sehingga kecepatan suara batin (menurut perhitungan para ahli metafisika) paling cepat dan munajat pada waktu itu adalah paling baik dan paling mudah terkabulkan. Menurut perhitungan Circadian Rhythm (irama biologik dari komponen biologik dalam tubuh dan berkaitan erat dengan fungsi fisiologis tubuh), bahwa sekitar pukul 04.00 manusia berada pada titik yang paling lemah dan paling peka terhadap serangan penyakit dan kematian (Sholeh, 2000:117). Dengan beraktivitas yang teratur pada rentang waktu tersebut akan melatih fisik memiliki daya tahan yang lebih baik.
e. Puasa
Amalan lain yang tidak kalah penting dalam proses Inabah ini adalah berpuasa. Puasa memiliki nilai sangat penting dalam pembersihan jiwa, dikarenakan puasa (menahan dari makan, minum, dan berhubungan sex) yang disertai niat karena Allah akan mampu meningkatkan kualitas jiwa dan memperlemah daya nafsu hewani dan potensi primitif manusia. Puasa baik yang wajib maupun yang sunat mampu menekan tabiat rendah manusia dan menyehatkan jiwa dan raga. Dengan memperbanyak puasa, seseorang akan terlatih secara psikologis
62 untuk berperilaku disiplin dan meningkatkan kemampuan
untuk mengendalikan diri. Puasapun sangat bagus dalam mengasah rasa kesetiakawanan sosial, karena dengan latihan merasakan lapar dan dahaga akan menurunkan ambisi, kerakusan, egoistis, dan kepekaan terhadap penderitaan orang lain. Dengan lemahnya fisik, maka ambisi dan semangat untuk mencapai keinginan hawa nafsunya akan melemah, dan ia akan lebih banyak merenungkan hakekat hidup daripada bergerak menuju hawa nafsunya.
Menurut al-Amiri (Abu al-Hasan Muhammad ibn Yusuf al- Amiri) seorang filosof muslim (wafat tahun 992 M), gerak dan pemikiran manusia itu dikendalikan oleh tiga tabiat, yaitu: tabiat kebinatangan, tabiat kemanusiaan, dan tabiat malaikat. Tabiat kebinatangan seperti: makan, minum, dan sex, kalau dituruti sesuai dengan keinginannya maka ia akan mengarahkan manusia kearah kehidupan rendah (binatang). Tabiat kemalaikatan, seperti: rindu dan asyik berdekatan dengan Tuhan akan mengarahkan manusia pada kehidupan alam atas (alam malaikat). Sedangkan tabiat kemanusiaan berada di posisi tengah, maka dengan mempersempit ruang gerak tabiat kebinatangan, manusia akan meningkat kepada tabiat kemalaikatan. Sebaliknya kalau mengikuti tabiat kebinatangan, maka manusia menurun kepada tabiat kebinatangannya. Selain itu puasa memiliki berbagai manfaat psikologis lainnya dan juga sangat berguna bagi kesehatan tubuh atau psikosomatik, seperti terciptanya kesehatan dan keseimbangan asam basa lambung, dikarenakan stress, tekanan darah tinggi, terlalu banyak kolesterol dan lainnya (Hembing, 1997: 4).
63