Hanafiah A.M. dan Saefudin A.M. (1983), penghasilan total (TR) adalah jumlah uang atau nilai yang diperoleh dari hasil penjualan sejumlah produk yang dihasilkan. Penerimaan dapat diketahui dengan mengalikan volume penjualan dengan harga yang terjadi setiap unitnya. Adapun rumus penerimaan yaitu :
TR = P x Q , dimana TR = Penerimaan
P = Harga setiap unit
Q = Volume penjualan
b. Keuntungan Usaha
Dalam kaitannya untuk mencapai keuntungan yang besar harus diketahui tingkat keuntungan yang akan diperoleh, dengan demikian dapat diketahui efisiensi dari usaha tersebut. Soekartawi, dkk (1986) menyatakan, keuntungan usaha atau pendapatan bersih adalah besarnya penerimaan setelah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi baik tetap maupun tidak tetap, sehingga keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut :
π = TR – TC, dimana π = Keuntungan
TR = Total Revenue (Total Penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya)
Total Revenue merupakan pendapatan kotor usaha yang didefinisikan sebagai nilai produk total usaha tani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Sedangkan Total Cost merupakan pengeluaran total usaha yang didefinisikan sebagai semua nilai masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam proses produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga.
Penelitian Terdahulu
Indo Yama Nasaruddin (2014) melakukan penelitian disertasi pengaruh sumber daya keuangan dan aset tidak berwujud terhadap kinerja keuangan UMKM di Jakarta Selatan. Penelitian ini menganalisis kapasitas sumber daya keuangan, aset tak berwujud dan kinerja keuangan UMKM di wilayah Jakarta Selatan. Survei dilakukan terhadap pemilik dan pegawai serta konsumen UMKM. Secara umum sumber daya finansial UMKM di Jakarta Selatan sedang. Aset tak berwujud UMKM di Jakarta Selatan secara umum adalah sedang. Kinerja keuangan UMKM di Jakarta Selatan secara umum adalah relatif rendah. Sumber daya finansial berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan namun aset tidak berwujud tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan. Besar koefisien pengaruh sumber daya finansial terhadap kinerja keuangan sebesar 0,396 dan nilai p-value sebesar 0,091 di bawah alpa 0,10 dengan demikian sumber daya finansial berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan UMKM di wilayah Jakarta Selatan. Nilai koefisien pengaruh aset tidak berwujud -0,095 dan nilai p-value sebesar 0,692 jauh di atas 0,10 dengan demikian aset tidak berwujud dengan komponen modal inovasi, modal manusia dan modal pemasaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan. Nilai koefisien modal inovasi, modal manusia dan modal pelanggan masing-masing sebesar 0,825; 0,936 dan 0,857. Ini menunjukkan bahwa modal inovasi, modal manusia dan modal pemasaran mampu mempengaruhi aset tidak berwujud.
Marcus (2011) menyatakan bahwa sumber daya organisasi mencakup sumber daya keuangan, sumber daya fisik dan sumber daya manusia. Kemampuan (capabilities) membuat organisasi mengeksploitasi sumber daya baik keuangan, fisik dan manusia. Perusahaan mempunyai banyak kapabilitas tetapi hanya sedikit yang mempunyai kompetensi. Kompetensi membuat organisasi menghubungkan sumber daya utama dan kapabilitas, mengkombinasikan dan melakukan transformasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya. Sumber daya dan kapabilitas organisasi menumbuhkan kompetensi yang berbeda yang dapat menjadi kekuatan. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja UMKM menunjukkan bahwa karakteristik bisnis, aset, kemampuan, sumber daya dan proses manajemen mempengaruhi keunggulan bersaing dan kinerja bisnis (Barney 1991, Teece et al. 1997).
El-Hamidi (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa peubah modal manusia mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap efisiensi usaha. Peubah sumber daya keuangan dalam bentuk pinjaman formal mempunyai pengaruh positif terhadap efisiensi bisnis sebagai proksi dari kinerja keuangan pada dua jenis pemilik usaha baik wanita maupun pria. Dalam pengukuran sumber daya keuangan kemampuan memperoleh pinjaman eksternal yang aman menjadi faktor penentu dalam menjalankan bisnis yang efisien baik untuk usaha yang dijalankan perempuan dan laki-laki. Peubah modal manusia memiliki dampak positif dan signifikan terhadap efisiensi usaha yang dijalankan wanita daripada usaha yang dijalankan pria. Sumber daya keuangan dalam bentuk formal pinjaman memiliki pengaruh positif pada efisiensi bisnis usaha pria dan wanita.
Ahmad dan Mushraf (2011) menunjukkan aset tak berwujud mempunyai pengaruh terhadap kinerja. Carmeli dan Tishler (2004) membuktikan pengaruh positif antara aset berwujud dan kinerja perusahaan masa depan. Berge, Bjorvatn, Tungodden (2011) aset tak berwujud mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
kinerja bisnis usaha mikro yang mengalami kesulitan. Penelitian Chiao dan Yang (2011) menunjukkan bahwa UKM sebaiknya melakukan investasi aset tak berwujud khususnya modal inovasi yang lebih besar dalam bentuk riset dan pengembangan untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi. Modal inovasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja, sedangkan modal pelanggan tidak berpengaruh terhadap kinerja.
Reza Steflyando, Abubakar dan Alex Saleh (2014) melakukan penelitian mengenai Analisis kelayakan usaha sapi potong dengan metode Zero Waste Farming di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung. Analisis kelayakan usaha dilakukan pada lima aspek, yaitu analisis aspek pasar, analisis aspek teknis, analisis aspek legal dan lingkungan, analisis MSDM, dan analisis finansial. Hasil dari aspek pasar pada usaha sapi potong ini dikatakan layak karena peluang pasar yang positif sehingga memungkinkan memasuki pasar, harga yang dipasarkan kompetitif dan bersaing, serta strategi pemasaran yang digunakan cukup bebeda dan unggul. Hasil analisis terhadap aspek teknis pada usaha ini dikatakan layak karena produk bisa dipasarkan dengan proses dan fasilitas yang digunakan, kapasitas mampu memenuhi target produksi yang telah ditetapkan, dan lokasi tempat pendirian usaha merupakan lokasi yang terbaik untuk mendirikan usaha sapi potong. Aspek legal dan lingkungan pada usaha sapi potong menunjukkan bahwa usaha ini dikatakan layak karena memenuhi aturan yang berlaku dan pendiriannya mengikuti prosedur yang telah ditetapkan serta adanya pengelolaan limbah akibat pendirian dan operasi usaha yang akan dilakukan sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar. Hasil analisis terhadap aspek manajemen sumber daya manusia menunjukkan bahwa usaha ini mempunyai bentuk struktur organisasi dengan pembagian tugas dan fungsi yang jelas dan memiliki tenaga kerja yang cukup untuk menjalankan operasional perusahaan dan adanya kejelasan mengenai wewenang dan tugas bagi setiap pegawai. Aspek finansial menunjukkan Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), Payback Period (PBP) dan Internal Rate of Return (IRR) sebagai syarat kelayakan pendirian usaha sapi potong pada aspek finansial perhitungan dengan hasil Payback Period (PBP) 5 tahun 2 bulan, Net Present Value (NPV) Rp. 3.312.004.581,-, dan Interest Return of Rate (IRR) 12,3%.
Tabel 3 Perbedaan penelitian terdahulu
No Peneliti Peubah yang
diteliti Hasil Penelitian
Persamaan dan Perbedaan 1 Indo Yama Nasarudin (2014) Pengaruh sumber daya keuangan
dan aset tidak
berwujud terhadap kinerja keuangan UMKM di Jakarta Selatan.
Sumber daya finansial
UMKM di Jakarta Selatan sedang. Aset tak berwujud UMKM di Jakarta Selatan secara umum adalah sedang. Kinerja keuangan UMKM di Jakarta Selatan secara umum adalah relatif rendah. Sumber daya finansial berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan namun aset tidak berwujud tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap
kinerja keuangan.
Persamaan pada peubah
sumber daya finansial,
asset tidak berwujud dan
kinerja keuangan.
Perbedaan pada penilitian ini menambahkan Peubah
strategi bersaing
keunggulan biaya sebagai peubah intervening.
No Peneliti Peubah yang
diteliti Hasil Penelitian
Persamaan dan Perbedaan
2 El-Hamidi
(2011)
Modal Manusia
dan sumber daya keuangan
terhadap kinerja
Peubah modal manusia
mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap
efisiensi usaha. Peubah
sumber daya keuangan
terhadap efisiensi bisnis
sebagai proksi dari kinerja keuangan pada dua jenis pemilik usaha baik wanita maupun pria. Peubah modal manusia memiliki dampak positif dan signifikan terhadap
efisiensi usaha yang
dijalankan wanita daripada usaha yang dijalankan pria. Sumber daya keuangan dalam
bentuk formal pinjaman
memiliki pengaruh positif
pada efisiensi bisnis usaha pria dan wanita.
Persamaan pada
penggunaan peubah modal manusia dan sumber daya keuangan serta kinerja.
Perbedaan dengan
penilitian adalah
penggunaan peubah
intervening strategi
bersaing keunggulan biaya dan asset tidak berwujud dengan komponen modal manusia, modal inovasi dan modal pelanggan.
3 Ahmad dan Mushraf (2011) Pengaruh aset tidak berwujud terhadap kinerja
menunjukkan aset tak
berwujud mempunyai
pengaruh terhadap kinerja.
Persamaan pada peubah asset tidak berwujud dan
kinerja keuangan.
Perbedaan pada penilitian ini menambahkan Peubah
strategi bersaing
keunggulan biaya sebagai peubah intervening dan
peubah sumber daya
finansial. 4 Carmeli dan Tishler (2004) Pengaruh aset tidak berwujud terhadap kinerja
Terdapat pengaruh positif
antara aset berwujud dan
kinerja perusahaan masa
depan.
Persamaan pada peubah asset tidak berwujud dan
kinerja keuangan.
Perbedaan pada penilitian ini menambahkan Peubah
strategi bersaing
keunggulan biaya sebagai peubah intervening dan
peubah sumber daya
finansial. 5 Berge, Bjorvatn, Tungodden (2011) Pengaruh aset tidak berwujud terhadap kinerja
aset tak berwujud mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kinerja bisnis usaha mikro yang mengalami kesulitan.
Persamaan pada peubah asset tidak berwujud dan
kinerja keuangan.
Perbedaan pada penilitian ini menambahkan Peubah
strategi bersaing
keunggulan biaya sebagai peubah intervening dan
peubah sumber daya
No Peneliti Peubah yang
diteliti Hasil Penelitian
Persamaan dan Perbedaan 6 Penelitian Chiao dan Yang (2011) Pengaruh asset tidak berwujud terhadap kinerja
UKM sebaiknya melakukan investasi aset tak berwujud khususnya modal inovasi yang lebih besar dalam bentuk riset
dan pengembangan untuk
memperoleh keuntungan yang lebih tinggi. Modal inovasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja,
modal pelanggan tidak
berpengaruh terhadap kinerja.
Persamaan pada peubah asset tidak berwujud dan
kinerja keuangan.
Perbedaan pada penilitian ini menambahkan Peubah
strategi bersaing
keunggulan biaya sebagai peubah intervening dan
peubah sumber daya
finansial. 7 Reza Steflyando, Abubakar dan Alex Saleh (2014) Analisis kelayakan usaha sapi potong dengan metode Zero Waste Farming di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung.
Analisis kelayakan usaha
dilakukan pada lima aspek, yaitu pasar, teknis, aspek legal dan lingkungan, MSDM, dan
finansial. finansial (PBP),
(NPV), dan (IRR) sebagai syarat kelayakan pendirian usaha sapi potong pada aspek finansial perhitungan dengan
hasil Payback Period (PBP) 5
tahun 2 bulan, Net Present
Value (NPV) Rp.
3.312.004.581,-, dan Interest
Return of Rate (IRR) 12,3%.
Persamaan pada
penggunaan pengukuran
kelayakan usaha sapi. Pada penelitian ini kelayakan
usaha komoditas sapi,
rumput laut dan jagung.
Sumber: data diolah (2016)
Kerangka Pemikiran
Dari berbagai dimensi aset tak berwujud, dimensi yang digunakan dalam aset tak berwujud untuk keperluan analisis pada dasarnya menggunakan dimensi yang dikembangkan oleh Sveiby (1997), Hitt dan Hokisson (2001), Lev (2001), Dess, Lumpkin dan Eisner (2007), Camison dan Lopez (2010), Marcus (2011) yaitu kemampuan inovasi, kapasitas manusia (human capital) dan modal pelanggan. Kemampuan yang dimiliki perusahaan terkait dengan kegiatan inovasi merupakan kemampuan untuk mentrasformasi pengetahuan, teknologi dan ide dalam bentuk produk, proses dan sistem baru yang secara konsisten akan membangun pengetahuan baru yang bermanfaat untuk kepentingan perusahaan dan stakeholder dengan menciptakan profit jangka pendek dan jangka panjang. Kapabilitas inovasi berperan sebagai pendorong proses inovasi yang mampu meningkatkan kinerja inovasi, yang mengakibatkan perusahaan tumbuh di atas rataan, sehingga kinerja perusahaan menjadi lebih baik (Calantone et al. 2002; Lawson dan Samson 2001). Kriteria dalam mengukur kinerja meliputi kinerja finansial maupun non finansial. Kriteria yang berbeda dalam mengukur kinerja perusahaan tersebut sebenarnya bergantung pada pengukuran kinerja itu sendiri. Tolak ukur bersifat unik, karena adanya kekhususan pada setiap badan usaha, antara lain bidang usaha, latar belakang, status hukum, tingkat permodalan, tingkat pertumbuhan dan tingkat teknologi. Perbedaan tersebut akan berpengaruh kepada perilaku badan usaha, dan dengan sendirinya juga berpengaruh terhadap kinerja dan tolak ukur yang digunakan (Hatmoko 2000).
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penelitian ini terkait dengan analisis kelayakan ekonomi yang terdiri dari analisis produksi, pasar, sumber daya manusia, finansial untuk melihat kelayakan usaha dan analisis pengaruh aset tidak berwujud terhadap keunggulan bersaing serta dampaknya terhadap kinerja UMKM.
Gambar 6 Kerangka Pemikiran
Untuk mengetahui kelayakan ekonomi dan finansial, sehingga dapat dinilai layak atau tidaknya usaha dilaksanakan. Dalam mengembangkan suatu usaha, maka terlebih dahulu diidentifikasikan karakteristik usaha tersebut dengan melihat berbagai aspek. Aspek-aspek yang perlu dikaji antara lain adalah aspek ekonomi yang meliputi: aspek pemasaran, aspek produksi, manajemen dan SDM, serta aspek finansial. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui apakah usaha tersebut layak atau tidak untuk diteruskan hanya ditentukan pada aspek finansial yang data-datanya didukung oleh aspek ekonomi. Untuk menentukannya pertama dianalisis Cash flow sebagai landasan untuk melkukan pengukuran dengan beberapa criteria kelayakan investasi, yang meliputi: NPV, IRR, dan Net B/C Ratio. Untuk mengetahui waktu pengembalian investasi dianalisis dengan Payback Period, kemudian untuk mengetahui dimana keadaan perusahaan tidak mendapatkan keuntukngan dan tidak juga mendapatkan kerugian dianalisis dengan BEP. Selai itu, alat analisis ROI juga digunakan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan.Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh yang terjadi atas perubahan-perubahan pada manfaat dan biaya terhadap kelayakan usaha tersebut.
Setelah mendapatkan hasil tentang studi kelayakan, maka dapat disimpulkan apakah usaha tersebut layak atau tidak. Apabila usaha dikatakan layak maka usaha dapat terus dilaksanakan atau dilanjutkan, sedangkan apabila usaha tersebut tidak layak maka perusahaan harung mengadakan perbaikan manajemen dalam perusahaan dan efisiensi terhadap biaya yang dikeluarkan. Adapun alur pemikiran diatas dapat digambarkan oleh kerangka pemikiran seperti yang terdapat pada Gambar 7.
Gambar 7 Analisis Kelayakan Ekonomi dan Finansial Analisis Kelayakan Ekonomi dan
Finansial
Aspek MSDM Aspek finansial
Aspek Produksi Aspek Marketing
1. Cash Flow - Inflow - Outflow
2. Kriteria Kelayakan Investasi - NPV - IRR - PP - Net B/C Ratio - BEP - ROI 3. Analisis Sensitivitas Intepretasi Hasil Analisis Layak Layak
Usaha ini dapat