• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sumber Daya Finansial, Aset Tidak Berwujud Dan Keunggulan Bersaing Yang Berimplikasi Terhadap Kinerja Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Di Lombok Ntb

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Sumber Daya Finansial, Aset Tidak Berwujud Dan Keunggulan Bersaing Yang Berimplikasi Terhadap Kinerja Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Di Lombok Ntb"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SUMBER DAYA FINANSIAL, ASET TIDAK BERWUJUD DAN KEUNGGULAN BERSAING YANG BERIMPLIKASI TERHADAP

KINERJA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DI LOMBOK NTB

AHMAD FAUZI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

1

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Sumber Daya Finansial, Aset Tidak Berwujud dan Keunggulan Bersaing yang Berimplikasi Terhadap Kinerja Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Lombok NTB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2016

Ahmad Fauzi NIM P054130125

1

(3)

RINGKASAN

AHMAD FAUZI. Pengaruh Sumber Daya Finansial, Aset Tidak Berwujud dan Keunggulan Bersaing yang Berimplikasi Terhadap Kinerja Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Lombok NTB. Dibimbing oleh BUDI SUHARJO dan MUHAMMAD SYAMSUN.

UMKM dalam meningkatkan nilai tambah pada produk yang ditawarkan pelaku selalu dituntut untuk terus melakukan inovasi dan lebih peka terhadap keinginan konsumen serta pintar dalam memilih strategi alternatif yang tepat. Untuk mendukung hal tersebut, Pemerintah selaku pengambil kebijakan perlu fokus dalam mendukung pembinaan UMKM. Hal tersebut telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 2009 dengan mengeluarkan kebijakan dalam RPJMD yakni fokus untuk mengembangkan produk unggulan daerah yang berpotensi sangat besar yaitu sektor peternakan sapi, budidaya Jagung dan budidaya Rumput Laut (PIJAR). Oleh karena itu, penulis ingin mengkaji apakah kebijakan tersebut sudah tepat, dengan tujuan (1) Untuk menganalisis secara deskriptif sumber daya finansial, aset tidak berwujud dengan komponen modal manusia, modal inovasi, modal pelanggan, keunggulan bersaing dan kinerja keuangan; (2) Untuk menganalisis pengaruh sumber daya finansial, dan aset tidak berwujud dengan komponen modal manusia, modal inovasi, modal pelanggan terhadap keunggulan bersaing dan dampaknya terhadap kinerja keuangan UMKM; dan (3) Menganalisis kelayakan usaha dilihat dari net present value (NPV), profitability index (PI), payback period (PP) dan internal rate of return (IRR) pada sektor usaha PIJAR dan produk turunannya.

Metode penelitian ini bersifat kuantitatif untuk melihat kapasitas sumberdaya, aset tidak berwujud, strategi bersaing keunggulan biaya dan kinerja pada produk unggulan sektor PIJAR dan produk turunannya di wilayah Lombok NTB. Kemudian melihat pengaruh antar variabel eksogen yaitu sumber daya finansial dan aset tidak berwujud terhadap variabel endogen yaitu strategi bersaing dan dampaknya terhadap kinerja keuangan. Serta melakukan uji kelayakan bisnis dengan pendekatan NPV, PP, PI dan IRR.

Hasil Penelitian ini diperoleh Kapasitas Sumberdaya Finansial memiliki kapasitas yang cukup baik (3,29), aset tidak berwujud memiliki kapasitas yang cukup baik (3,86), Strategi Bersaing Keunggulan Biaya cukup baik (3,92) dan Kinerja Keuangan cukup baik. Dan pengaruh antar variabel (1) Sumberdaya Finansial berpengaruh terhadap Strategi bersaing keunggulan biaya, Sumberdaya Finansial tidak berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan dengan demikian kapasitas Sumberdaya Finansial yang cukup baik belum mampu berkontribusi terhadap Kinerja keuangan, hal ini bisa disebabkan Strategi Bersaing yang menggunakan keunggulan biaya dirasakan belum tepat. Ini juga sesuai hasil statistik Strategi Bersaing tidak berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan, (2) Aset tidak berwujud tidak berpengaruh terhadap Strategi Bersaing, aset tidak berwujud tidak berpengaruh kinerja keuangan, dengan demikian kapasitas yang sangat baik dari aset tidak berwujud belum mampu meningkatkan kinerja keuangan sektor pijar, hal ini bisa disebabkan oleh strategi bersaing keunggulan biaya dirasakan belum tepat dengan hanya melakukan strategi bersaing pada aspek strategi biaya murah sebaiknya melakukan strategi bersaing yang lainnya yaitu strategi bersaing diferensiasi ataupun strategi bersaing fokus. dan (3) Kelayakan usaha sektor pijar dilihat dari NPV, PP, PI dan IRR mempunyai nilai kelayakan yang sangat baik.

(4)

SUMMARY

AHMAD FAUZI. The Effect of Financial Resources and Intangible Assets to Competitive Advantage and its Impact on SMEs Performance at Lombok NTB. Supervised by BUDI SUHARJO and MUHAMMAD SYAMSUN .

Micro, Small and Medium Enterprises (SMEs) is very important in Indonesia economy and has its positive characteristic, especially to absorb large amount of employment. To improve the add value to the product offered, SMEs are always required to contineously innovating and sensitive to consumers desires and smart to choose the right alternative strategies. To support this, the Government as policy makers has to be focused to improve the SMEs development. The government of West Nusa Tenggara (NTB) in 2009 issued a policy for Medium Term Development Plan (RPJMD) that focused to develop superior product that potential such as cattle breeding, cultivation of corn and seaweed cultivation (PIJAR). Regarding to those, a deeper research need to be drawn whether the policy is on the right path, so this research is meant to observed thus policy by measuring the component of innovation capital, human capital, and customer capital and a competitive advantage in the lombok region . The purpose of this study is (1) To descriptively analyze financial resources, intangible assets with the components of human capital, innovation capital, customer capital, competitive advantage and financial performance; (2) To analyze the effect of financial resources, and intangible assets with a component of human capital, innovation capital, customer capital on competitive advantage and its impact on SMEs financial performance; and (3) to analyze the business feasibility from the view point of net present value, profitability index, payback period and internal rate of return on the PIJAR business sector and its derivatives product.

This research method is qualitative and quantitative to observes the capacity of the resource, intangible assets, competitive cost strategy advantage and superior product performance at PIJAR sector and its derivatives in Lombok. By observes on the effect among exogenous variable such as financial resources and intangible assets to endogenous variable such as competitive strategy and its impact on financial performance. Conduct test on the business feasibility approach to net present value, profitability index, payback periods and internal rate of return.

The research results obtained by the Financial Resource Capacity has well sufficient capacity (3.29), Asset Intangible have well sufficient capacity (3.86), well good for Competitive Strategy Excellence Cost (3.92) and quite good Financial Performance. The influence among variables (1) Resource Financial affect on cost advantage strategy competition, Resource Financial does not affect the financial performance thus the capacity of Resource Financial well good not been contribute to financial performance, this could be caused by the Competitive Strategy by use cost advantage is not yet right. It is also appropriate to statistical results stated that Competitive Strategy does not affect the financial performance, (2) Intangible Asset do not effect on Competitive Strategy, Intangible Asset do not affect on financial performance, thus the excellent capacity of Intangible Asset have not been able to improve the financial performance of the PIJAR sector, this could be due to the perceived cost advantage competitive strategy is not right to simply pursuing strategy on low cost competition strategy aspect and should conduct more competitive strategy such as differentiation strategy or focus competitive strategy. And (3) the Eligibility of PIJAR sector based on the view point of NPV, PP, PI and IRR have an excellent feasibility value.

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)

PENGARUH SUMBER DAYA FINANSIAL, ASET TIDAK BERWUJUD DAN KEUNGGULAN BERSAING YANG BERIMPLIKASI TERHADAP

KINERJA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DI LOMBOK NTB

AHMAD FAUZI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional

pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul Tesis : Pengaruh Sumber Daya Finansial, Aset Tidak Berwujud dan Keunggulan Bersaing yang Berimplikasi Terhadap Kinerja Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Lombok NTB

Nama : Ahmad Fauzi NIM : P054130125

Disetujui oleh

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Sebagai upaya untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Industri Kecil Menengah IPB,

penulis melakukan penelitian tesis dengan judul: “Pengaruh Sumber Daya Finansial, Aset Tidak Berwujud dan Keunggulan Bersaing yang Berimplikasi Terhadap Kinerja Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Lombok NTB” dengan wilayah kajian di Lombok NTB.

Selama pelaksanaan penelitian sampai penulisannya, penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1 Dr Ir Budi Suharjo, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr Ir Muhammad Syamsun, MSc selaku Anggota Komisi Pembimbing, atas segala bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis;

2 Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku Ketua Program Studi Industri Kecil dan Menengah IPB beserta jajarannya, yang telah memberi kesempatan pada penulis mengikuti program magister;

3 Budi Suharto, SH SE M.Kn selaku Asisten Deputi Penerapan Sanksi beserta seluruh rekan kerja di Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan UKM atas segala dukungannya;

4 Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTB atas fasilitas yang telah diberikan;

5 Ayah, Ibu, dan seluruh keluarga khususnya Rahayu Legawati (Istri), Muhammad Rasya Alfaritzi (anak) dan Fahresya Ahmad Elshirazi (anak) atas segala dukungan, doa dan perhatiannya;

6 Seluruh mahasiswa Program Studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah Angkatan 18 atas saran dan kritiknya;

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam pembinaan UMKM dan bagi kepentingan pembangunan bangsa, terima kasih.

Bogor, Oktober 2016

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

1 PENDAHULUAN ...1

Latar Belakang ... 1

Permasalahan Penelitian ... 4

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

2 TINJAUAN PUSTAKA ...6

Sumber daya finansial(Financial resource ) ... 6

Aset Tidak Berwujud(Intangible Aset) ... 8

Strategi Bersaing (Competitive Strategy) ... 13

Dimensi dan Indikator Strategi Bersaing ... 16

Kinerja Keuangan (Financial Performance) ... 17

Pengukuran Kinerja ... 18

Dimensi dan Indikator Kinerja Keuangan ... 19

Studi Kelayakan Bisnis ... 20

Penelitian Terdahulu... 31

Kerangka Pemikiran ... 34

3 METODE PENELITIAN ...37

Teknik Penentuan Responden ... 37

Teknik Pengumpulan Data ... 37

Operasionalisasi Peubah ... 38

Pengujian Hipotesis ... 44

Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 49

4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...53

Gambaran Umum Di wilayah Nusa Tenggara Barat ... 53

Pengujian Hipotesis ... 92

Hasil Uji Model Pengukuran/Outer Model ... 93

Pengaruh Strategi Keunggulan Biaya terhadap Kinerja Keuangan UMKM ... 100

Kelayakan Usaha ... 100

5 KESIMPULAN DAN SARAN ...106

Kesimpulan ... 106

Saran ... 106

Implikasi ... 106

DAFTAR PUSTAKA ...107

L A M P I R A N ...112

(11)

DAFTAR TABEL

1 Kriteria UMKM Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 ... 2

2 Sample Elements of intangible capital ... 10

3 Perbedaan penelitian terdahulu ... 32

4 Operasionalisasi Peubah Penelitian ... 39

5 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Jagung di NTB ... 55

6 Produksi Daging Ternak Menurut Kab/Kota di NTB ... 56

7 Produksi Perikanan Laut (Rumput Laut) Menurut di NTB ... 56

8 Dimensi Kapasitas untuk Memperoleh Informasi Pasar Keuangan... 58

9 Nilai Rataan Kapasitas untuk Memperoleh Informasi Pasar Keuangan ... 59

10 Distribusi Frekuensi Kapasitas atau Kemampuan untuk Meningkatkan Modal ... 60

11 Nilai Rataan Kapasitas atau Kemampuan untuk Meningkatkan Modal ... 61

12 Distribusi Frekuensi Dimensi Akses Sumber Pembiayaan ... 63

13 Nilai Rataan Akses Sumber Pembiayaan ... 64

14 Distribusi Frekuensi Dimensi Kemampuan Memperoleh Sumber Pembiayaan Biaya Rendah... 66

15 Nilai Rataan Kemampuan Memperoleh Sumber Pembiayaan ... 67

16 Nilai Rataan Peubah Sumber Daya Finansial ... 67

17 Distribusi Frekuensi Dimensi Modal Inovasi ... 69

18 Nilai Rataan Modal Inovasi ... 70

19 Distribusi Frekuensi Dimensi Modal Manusia ... 72

20 Nilai Rataan Modal Manusia ... 73

21 Distribusi Frekuensi Dimensi Modal Pelanggan ... 74

22 Nilai Rataan Modal Pelanggan ... 75

23 Nilai Rataan Peubah Aset Tak Berwujud ... 76

24 Distribusi Frekuensi Dimensi Penawaran Produk atau Jasa dalam Wilayah yang Luas... 78

25 Penawaran Produk atau Jasa dalam Wilayah yang Luas ... 79

26 Distribusi Frekuensi Dimensi Efisiensi Operasi ... 80

27 Efisiensi Operasi ... 81

28 Distribusi Frekuensi Dimensi Penawaran Harga Bersaing untuk Produk atau Jasa ... 83

29 Penawaran Harga Bersaing untuk Produk atau Jasa ... 84

30 Distribusi Frekuensi Dimensi Peramalan ... 85

31 Kemampuan Peramalan Pelaku Usaha ... 86

32 Distribusi Frekuensi Dimensi Pertumbuhan Pasar terhadap Penjualan Perusahaan ... 87

33 Pertumbuhan Pasar terhadap Penjualan Perusahaan ... 89

34 Nilai Rataan Strategi Bersaing Keunggulan Biaya ... 89

35 Nilai Rataan Tingkat Pengembalian Aset (Return on Asset) ... 90

36 Nilai Rataan Nilai Perusahaan ... 91

37 Nilai Rataan Pertumbuhan Penjualan ... 91

38 Nilai Rataan Tingkat Pengembalian Penjualan (Return on Sales) ... 92

39 Model Pengukuran (Outer Model) ... 94

40 Composite Reliability ... 95

(12)

42 Aliran Kas Bersih Usaha Pijar ... 101

43 Aliran Kas Bersih pada Industri pengolahan Pijar ... 102

44 Penilaian Kelayakan Usaha Pijar ... 103

(13)

DAFTAR GAMBAR

1 Elements of a Company’s Business Strategy ... 14

2 Siklus Bisnis ... 21

3 Distribusi Secara Langsung ... 26

4 Distribusi Semi Langsung ... 26

5 Distribusi Tidak Langsung ... 26

6 Kerangka Pemikiran ... 35

7 Analisis Kelayakan Ekonomi dan Finansial ... 36

8 Model Struktural Pengaruh Antar Peubah ... 45

9 Diagram Jalur Struktural Pengaruh Antar Peubah ... 47

(14)
(15)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia sangat penting. UMKM dominan beraktifitas di lingkungan ekonomi domestik, sehingga tidak mengherankan sektor UMKM selalu tampil menjadi

“pahlawan” bagi perekonomian Indonesia, ketika ekonomi nasional berhadapan dengan krisis keuangan yang juga kerap menghantam ekonomi global. Oleh sebab itu, sangat beralasan jika pemerintah dan pihak-pihak terkait mengambil posisi terdepan dalam mendorong UMKM untuk berkembang dengan lebih baik.

Berdasarkan data tahun 2014 Kementerian Koperasi dan UKM bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pelaku UMKM 59,26 juta unit usaha atau memiliki kontribusi sebesar 99,99%. Menyerap tenaga kerja 123,23 juta pekerja (96,71%). Menyumbang PDB sebesar Rp.6,228 triliun (61,41%). Serta memberikan sumbangan devisa sebesar Rp.185,98 triliun (15,73%).

Sedangkan jumlah pelaku usaha besar 4.987 unit usaha (0.01%), menyerap tenaga kerja 4,2 juta. Menyumbang PDB sebesar Rp.3,913 triliun (38,59%). Serta memberikan sumbangan devisa sebesar Rp.996,67 triliun (84,27%)

UMKM di Indonesia sebagai salah satu pondasi perekonomian yang kuat masih memiliki beberapa masalah dalam perkembangannya, seperti (1) akses ke sumber finansial, baik ke lembaga keuangan baik bank maupun bukan bank, (2) kapasitas modal manusia pelaku UMKM masih tergolong rendah, (3) kemampuan inovasi produk, (4) kapasitas pemasaran dan jaringan usaha terbatas, (5) kemampuan teknologi produksi yang masih rendah, dan (6) lemahnya kemampuan manajerial dan sumber daya manusia yang mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik.

Sektor UMKM mempunyai peranan penting dalam menyokong perekonomian masyarakat serta mempunyai ketangguhan dan kelenturan saat menghadapi situasi ketidakpastian iklim perekonomian seperti pada masa krisis ekonomi yang telah melanda Asia beberapa tahun yang lalu. Ketangguhan dan kelenturan yang dimiliki oleh UMKM merupakan karakter yang harus dimiliki oleh pelaku usaha agar dapat bertahan pada lingkungan bisnis. Karakter resilien pada suatu organisasi memiliki peranan penting, karena hal tersebut dapat menjadi faktor yang diperlukan untuk mengubah ancaman menjadi kesempatan agar tumbuh, berkembang dan meningkatkan kemampuan beradatasi terhadap lingkungan bisnis agar dapat melakukan perubahan kearah yang lebih baik (Yuniar et al, 2011).

(16)

Tabel 1 Kriteria UMKM Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008

Kategori Omzet dalam setahun (di luar tempat usaha) Aset Bersih

Mikro ≤ Rp γ00 juta ≤ Rp 50 juta

Kecil Rp 300 juta s.d. Rp 2,5 Miliar Rp 50 juta s.d. Rp 500 juta Menengah Rp 2,5 Miliar s.d. Rp 50 Miliar Rp 500 Juta s.d. Rp 10 Miliar

Lestari (2009) dalam laporan penelitian Kementerian UKM dan Koperasi yang berjudul Perkembangan dan Strategi Pengembangan Pembiayaan UMKM menyatakan untuk memenuhi kebutuhan permodalan, UMKM menghadapi empat masalah. yaitu: (1) masih rendahnya atau terbatasnya akses UMKM terhadap berbagai informasi, layanan, fasilitas keuangan yang disediakan oleh lembaga keuangan formal, baik bank maupun non bank misalnya dana BUMN, ventura; (2) prosedur dan persyaratan perbankan yang terlalu rumit sehingga pinjaman yang diperoleh tidak sesuai kebutuhan baik dalam hal jumlah maupun waktu, kebanyakan perbankan masih menempatkan agunan material sebagai salah satu persyaratan dan cenderung mengesampingkan kelayakan usaha; (3) tingkat bunga yang dibebankan dirasakan masih tinggi; (4) kurangnya pembinaan, khususnya dalam manajemen keuangan, seperti perencanaan keuangan, penyusunan proposal dan lain sebagainya. Kondisi tersebut mengakibatkan UMKM tetap tidak bisa menjangkau berbagai skim kredit yang disediakan pemerintah.

Frazier (2008) menyatakan kinerja Usaha Kecil dan Menengah diukur menggunakan tiga indikator (1) perbandingan dengan tahun terakhir; (2) perbandingan dengan pesaing utama; dan (3) perbandingan dengan perusahaan lain dalam industri sejenis. Dukungan empiris telah ditunjukkan oleh banyak peneliti dalam penggunaan indikator kinerja keuangan perusahaan kecil menggunakan tingkat pertumbuhan penjualan, pertumbuhan tenaga kerja, tingkat pengembalian aset (return on asset atau ROA), profitabilitas dan ukuran market share, sebagai indikator dalam pengukuran kinerja perusahaan (Hadjimonalis 2000).

Penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja UMKM telah banyak dilakukan. Parnell dan Menefee (2008) menyatakan bahwa kemampuan memperoleh sumber dana dari luar dan kemampuan mengelola keuangan internal seperti modal kerja, aliran kas merupakan salah satu kunci keberhasilan UMKM. Sebab pengelolaan keuangan yang efektif memungkinkan perusahaan untuk menjalankan usahanya sehari-hari. Aset keuangan bagi UMKM merupakan aspek yang penting yang memiliki dampak yang besar pada profitabilitas proyek investasi baik yang diperoleh dari sumber internal ataupun eksternal baik secara domestik maupun internasional (Camison dan Lopez 2010).

(17)

Faktor internal yang sangat berperan juga dalam pengembangan usaha adalah aset tidak berwujud (intangible asset) merupakan kunci strategis untuk memperolah pertumbuhan bisnis, profitabilitas dan strategi bersaing UMKM Sumber daya perusahaan berupa aset tidak berwujud seperti kemampuan teknologi, manusia dan aset komersial (Hill 2001).

Strategi tidak terlalu formal dalam perusahaan kecil yang berasal dari pemilik atau pengelola sebagai kunci pembuat keputusan. Perusahaan kecil biasanya tidak memiliki pernyataan tertulis dalam pembuatan strategi, strategi mereka disimpulkan dari pola perkembangan perilaku pemilik atau pengelola dan alokasi sumber daya. Strategi menurut James strategi merupakan pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan utama, kebijakan-kebijakan, urutan-urutan aksi ke dalam keseluruhan yang saling terkait (Boohen et al. 2008).

Strategi harus didesain untuk mewujudkan keunggulan bersaing yang terus menerus, sehingga perusahaan dapat mendominasi pasar lama maupun pasar baru. Hal terpenting dalam mencapai kesuksesan strategi yang diterapkan adalah dengan mengidentifikasi aset perusahaan yang sesungguhnya, dalam hal ini adalah sumber daya berwujud (tangible) dan tidak berwujud (intangible) yang membuat organisasi itu unik (Prakosa 2005).

Hasil penelitian Saari bin Ahmad dan Abbas Mezeal Mushraf (2011) menunjukkan aset tidak berwujud mempunyai pengaruh terhadap kinerja. Komponen aset tidak berwujud, yaitu modal pelanggan dan modal relasional berpengaruh positif terhadap kinerja bisnis. Modal manusia dan modal struktural tidak mempunyai pengaruh yang siginifkan secara parsial. Namun secara simultan modal pelanggan, modal relasional, modal manusia dan modal struktural berpengaruh terhadap kinerja bisnis.

Sistem otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah (UUPD) menjadi salah satu landasan yang mengatur tentang pelaksanaan otonomi daerah. Kebijakan tersebut merupakan bentuk dukungan pemerintah pusat untuk daerah tingkat provinsi atau kota/kabupaten untuk mengelola rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi wilayahnya. Dalam pelaksanaannya, pengelolaan daerah di Indonesia diserahkan kepada pemerintah daerah dengan pengawasan dari pemerintah pusat sesuai peraturan yang berlaku.

Salah satunya adalah ketidak merataan pembangunan ekonomi oleh

pemerintah pusat. Potensi daerah seakan “ditarik” dan dikelola pemerintah pusat,

tetapi masyarakat daerah sendiri tidak merasakan sendiri potensi daerahnya. Birokrasi yang berbelit-belit tentunya akan memperlambat proses kemajuan daerah. Sentralisasi terpusat masih belum bisa memberikan solusi dan terkesan pukul rata terhadap kondisi masyarakat. Tentunya masing-masing daerah memiliki kebutuhan dan kemampuan yang berbeda-beda yang tidak bisa disamakan dan ditangani secara cepat oleh pemerintah pusat.

(18)

Pemerintah daerah juga harus melakukan langkah antisipasi untuk melaksanakan kewenangan yang dimilikinya karena otonomi daerah tentunya tidak luput dari berbagai persoalan dalam pengembangannya. Disinilah diperlukan perbaikan-perbaikan dalam pengelolaan kebijakan otonomi daerah agar ketajaman bisa menembus sasaran yang dituju. Otonomi daerah hadir dan menjadi solusi dalam meningkatkan perekonomian masyarakat daerah di Indonesia. Pengelolaan daerah di tingkat provinsi dan kabupaten/kota terus berkembang, salah satunya adalah provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Otonomi daerah mampu memberikan dampak positif dalam membangun kemandirian provinsi yang berada di wilayah Indonesia bagian tengah ini dengan memberikan fokus pada aspek-aspek tertentu.

Pemerintah provinsi NTB tentunya harus memahami dalam pemanfaatan sumber daya untuk kesejahteraan masyarakat. Sektor perternakan dan pertanian menjadi komoditas utama perekonomian rakyat. Lingkungan alam yang terdiri dari sabana padang rumput tentunya akan mendukung perputaran industri ini.

Pemerintah provinsi NTB memiliki program unggulan PIJAR untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat NTB. PIJAR merupakan kepanjangan dari sapi, jagung dan rumput laut yang menjadi sektor andalan NTB. Program bumi sejuta sapi karena alam yang baik untuk peternakan dan potensi dari segi luas lahan untuk pengembangan jagung begitu juga dengan produksi rumput laut yang dihasilkan cukup banyak setiap tahunnya. Tentunya ini merupakan suatu hal yang sangat potensial dan harus mendapat dukungan pemerintah daerah. Tentunya ini merupakan suatu hal yang sangat potensial dan harus mendapat dukungan pemerintah daerah sepenuhnya.

Permasalahan Penelitian

Berdasarkan fenomena yang dikemukakan dalam latar belakang penelitian, maka yang menjadi masalah penelitian ini diidentifikasi masih rendahnya pelaku usaha mikro yang memperoleh akses sumber pembiayaan eksternal karena mayoritas menggunakan modal sendiri, tingkat pendidikan formal masih rendah, kemampuan inovasi dan kemampuan pemasaran juga belum begitu baik. Hal ini menjadi penyebab daya saing usaha mikro yang rendah sehingga sulit untuk bersaing dalam pasar global.

Berdasarkan paparan tersebut, maka penelitian tentang usaha mikro khususnya yang mengkaji kinerja usaha mikro menarik dilakukan, mengingat semakin merosotnya daya saing Indonesia dalam persaingan global saat ini. Informasi tentang perkembangan dan kondisi usaha mikro perlu dieksplorasi untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif. Penelitian ini memfokuskan pada usaha mikro di Lombok NTB.

Penelitian ini juga untuk mengidentifikasi gambaran mengenai aset berwujud, dengan komponen modal inovasi (innovation capital), modal manusia (human capital), dan modal pelanggan (customer capital) dan keunggulan bersaing yang dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

(19)

2. Apakah terdapat pengaruh sumber daya finansial, aset tidak berwujud dengan komponen modal manusia, modal inovasi, modal pelanggan terhadap keunggulan bersaing dan dampaknya terhadap kinerja keuangan UMKM pada usaha komoditas Sapi, Jagung dan Rumput Laut (PIJAR) di Lombok NTB? 3. Bagaimana kelayakan usaha dilihat dari Net Present Value (NPV), Profitability

Index (PI), Payback Period (PBP) dan Internal Rate of Return (IRR) pada usaha komoditas Sapi, Jagung dan Rumput Laut (PIJAR) di Lombok NTB?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian dapat disusun tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis secara deskriptif sumber daya finansial, aset tidak berwujud dengan komponen modal manusia, modal inovasi, modal pelanggan, keunggulan bersaing dan kinerja keuangan pada usaha komoditas Sapi, Jagung dan Rumput Laut (PIJAR) di Lombok NTB.

2. Menganalisis pengaruh sumber daya finansial, dan aset tidak berwujud dengan komponen modal manusia, modal inovasi, modal pelanggan terhadap keunggulan bersaing dan dampaknya terhadap kinerja keuangan UMKM usaha komoditas Sapi, Jagung dan Rumput Laut (PIJAR) di Lombok NTB.

3. Menganalisis kelayakan usaha dilihat Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), Payback Period (PBP) dan Internal Rate of Return (IRR) pada usaha komoditas Sapi, Jagung dan Rumput Laut (PIJAR) di Lombok NTB.

Kegunaan Penelitian

Kegunaan Pengembangan Ilmu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para akademisi karena dapat memunculkan pengembangan konsep ilmu manajemen strategi dengan mengeksplorasi manajemen pemasaran, manajemen produksi, manajemen operasi dan manajemen keuangan dengan pendekatan studi kelayakan bisnis dan manajemen melalui konsep aset tidak berwujud, keunggulan bersaing dan kinerja UMKM.

Kegunaan Operasional

(20)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini disajikan beberapa kajian pustaka berkaitan dengan teori umum (grand theory), teori antara (middle range theory) dan teori aplikasi (applied theory) dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan peubah penelitian, yakni sumber daya finansial (financial resource), aset tidak berwujud (intangible asset), strategi bersaing (competitive strategy) dan kinerja keuangan (financial Performance).

Tinjauan berbasis sumber daya (resource-based view/RBV) melihat organisasi sebagai kombinasi sumber daya, kapabilitas dan kompetensi dan mencoba memahami pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kinerja. RBV dimulai dengan asumsi bahwa organisasi itu berbeda. Sementara organisasi menghadapi hal yang sama terkait kondisi persaingan. Perbedaan kinerja dalam kelompok industri dan segmen signifikan pula terhadap perbedaan kinerja di antara organisasi tersebut Marcus (2011).

Marcus (2011) menyatakan menurut nilai berbasis sumber daya (resource base value/RBV) organisasi adalah kumpulan modal, keahlian, pengalaman dan pemahaman yang dapat disatukan dengan cara berbeda untuk memperoleh hasil yang berbeda dan merupakan sumber kekuatan bersaing dan kemampuan adaptasi. Bersama-sama sumber daya dan kapabilitas menghasilkan kompetensi yang superior dalam menciptakan nilai bagi pelanggan seperti efisiensi, kualitas, inovasi dan tanggung jawab pelanggan. Penekanan utama dari organisasi dalam memperoleh kompetensi berhubungan dengan nilai pelanggan (customer value).

Menurut Wheelen dan hunger (2004) suatu sumber daya merupakan aset, kompetensi, proses, keahlian atau pengetahuan yang dikendalikan perusahaan. Umumnya sumber daya perusahaan diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sumber daya fisik, sumber daya manusia dan sumber daya organisasi (Hitt, Ireland dan Hoskisson 2001).

Aset yang relatif mudah untuk diidentifikasi disebut sumber daya berwujud. Sumber daya berwujud (tangible) termasuk aset fisik dan aset keuangan yang digunakan organisasi untuk menciptakan nilai bagi pelanggan. Sumber daya tidak berwujud (intangible) termasuk sumber daya manusia, inovasi dan reputasi (Dess, Lumpkin dan Eisner 2007).

Sumber daya finansial(Financial resource )

Nilai organisasi terdiri dari tiga kelompok aset yang terintegrasi terhadap kemampuan organisasi dalam memproduksi barang dan jasa. Aset tersebut yaitu pertama, aset finansial termasuk aset seperti kas dan juga saham dan semua hal yang mengacu pada sumber daya finansial. Kedua, aset fisik termasuk aset yang berwujud seperti properti, gedung dan peralatan dan lainnya. Ketiga, aset tidak berwujud. Sering disebut juga dengan modal tidak berwujud (intangible capital) termasuk modal intelektual (intellectual capital) seperti paten, formula, proses teknologi (Weatherly 2003).

(21)

Marcus (2011) menyatakan bahwa sumber daya organisasi mencakup modal keuangan, modal fisik dan modal manusia. Kemampuan (capabilities) membuat organisasi untuk mengeksploitasi sumber daya baik modal keuangan, modal fisik dan modal manusia. Perusahaan mempunyai banyak kapabilitas tetapi hanya sedikit yang mempunyai kompetensi. Kompetensi membuat organisasi menghubungkan sumber daya utama dan kapabilitas, mengkombinasikan dan melakukan transformasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya. Sumber daya dan kapabilitas organisasi menumbuhkan kompetensi yang berbeda yang dapat menjadi kekuatan.

Aset adalah cara umum menentukan nilai indikasi bisnis, kepemilikan bisnis atau sekuritas yang menggunakan satu atau lebih metode berdasarkan nilai aset bersih dari kewajiban. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan aliran kas di masa datang dan mengurangi atau mencegah aliran kas keluar di masa mendatang (Horngren et al. 2006).

Nilai organisasi ditekankan pada tiga kelompok aset yang terintegrasi pada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa. Pertama aset finansial termasuk didalamnya kas, saham yang juga diistilahkan sebagai sumber daya finansial. Kedua aset fisik termasuk aset berwujud seperti properti, bangunan pabrik dan peralatan. Ketiga aset tidak berwujud sering diistilahkan juga sebagai modal tidak berwujud (intangible capital), termasuk modal intelektual (intellectual capital) (Weatherly 2003).

Sumber daya dapat dibedakan atas sumber daya berwujud misalnya, sumber daya finansial, organisasional, fisik dan teknologi. Sedangkan yang lainnya adalah sumber daya tidak berwujud seperti: sumber daya manusia, inovasi, dan reputasi (Hitt, Ireland dan Hokinsson 2001).

Sumber daya terdiri dari modal keuangan (financial resource) seperti uang, modal saham, obligasi, pinjaman bank dan laba ditahan dan modal fisik (physical capital) seperti gedung, peralatan, tanah sumber daya alam, bahan mentah, perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware) komputer, dan aset berwujud lainnya. Karakteristik terbaik dari sumber daya adalah, pertama sumber daya biasanya dilindungi oleh peraturan hukum. Kedua, sumber daya dapat disewa dan dimiliki, diserahkan dan diperdagangkan, serta dibeli dan dijual. Sumber daya dapat tidak berwujud seperti merek dagang, lisensi, properti intelektual. Tenaga kerja baik ahli maupun tidak, baik pegawai administrasi, keuangan, hukum dan manajerial yang digunakan sebagai input dalam kegiatan produksi juga termasuk sumber daya. Dengan demikian menurut Marcus (2011), sumber daya organisasi terbagi dalam sumber daya berwujud (tangible) terdiri dari modal atau aset keuangan dan modal fisik dan sumber daya tidak berwujud (intangible) terdiri dari merek, reputasi, paten, lisensi dan lain-lain.

Aset berwujud perusahaan dapat dengan baik dipahami. Aset berwujud nyata dan dapat diukur dengan bagian yang terintegral dengan laporan neraca. Aset berwujud dapat dengan mudah diduplikasi dan menyusut ketika digunakan (Hall dan Cynthia 2003).

(22)

usaha bisnis tersebut akan terancam gagal. Sumber modal sendiri dan kemampuan untuk mengakses sumber keuangan lain sebagai aset keuangan yang berdampak pada keberhasilan mengembangkan bisnis. Kekurangan modal keuangan pada tahap awal dapat menjadi penghambat kegiatan bisnis dan memiliki dampak jangka panjang pada perusahaan dan mempengaruhi kemampuan pengusaha untuk meningkatkan pembiayaan bank (Storey 1994).

El-Hamidi (2011) menyatakan sumber daya finansial merupakan keberhasilan memperoleh sumber pinjaman formal dan kemampuan mengidentifikasi kebutuhan kredit dalam menghadapi pertumbuhan usaha. Berge, Bjorvatn, Tungodden (2011) sumber daya finansial adalah grant (bantuan) yang dapat diperoleh perusaahaan sebagai sumber modal. Barney (1991) menjelaskan salah satu aset strategik dari aset finansial adalah freecash flow.

Menurut Camison dan Lopez (2010), aset finansial menentukan sumber daya uang perusahaan yang dapat diakumulasikan baik secara internal melalui pembiayaan sendiri atau eksternal melalui pembiayaan bank atau pasar modal baik dalam maupun luar negeri. Biaya modal aset finansial juga merupakan aspek yang penting karena dapat memberikan dampak pada profitabilitas proyek investasi. Aset finansial dapat diukur berdasarkan kapasitas untuk memperoleh informasi pasar keuangan, kemampuan dalam pembiayaan modal sendiri, kapasitas untuk meningkatkan modal, fasilitas akses sumber pembiayaan dan kapasitas untuk memperoleh pembiayaan dengan biaya rendah.

Jhon, dkk (2009) menyatakan aset finansial adalah lembar kertas berharga yang diterbitkan baik oleh perusahaan maupun pemerintah yang menunjukkan bukti kepemilikan. Weatherly (2003) menyatakan aset finansial adalah aset dalam bentuk kas, saham dan juga semua yang dirujuk sebagai sumber daya finansial.

Istilah aset finansial dan sumber daya finansial sering digunakan saling menggantikan dalam beberapa literatur. Marcus (2011) meyatakan sumber daya finansial merupakan sumber daya uang dari pengusaha, modal dari pemegang saham, obligasi, pinjaman bank dan laba di tahan. Umumnya pendirian perusahaan baru sering terjadi ketika seseorang memiliki akses ke sumber daya finansial.

Perusahaan dengan aset keuangan yang lebih besar mampu memperoleh sumber daya untuk lebih memanfaatkan peluang kewirausahaan tumbuh. Akses sumber modal merupakan faktor yang paling penting bagi pertumbuhan usaha baru. Tetapi belum tentu menjadi faktor yang penting bagi pendirian usaha baru sebab di mungkinkan untuk memulai sebuah perusahaan tanpa banyak modal. (Hurst dan Lusardi 2004).

Dimensi yang digunakan dalam mengukur peubah sumber daya finansial Camison dan Lopez 2010) adalah: kapasitas untuk memperoleh informasi pasar keuangan, kapasitas untuk meningkatkan modal, fasilitas akses sumber pembiayaan dan kapasitas untuk memperoleh pembiayaan dengan biaya rendah.

Aset Tidak Berwujud(Intangible Aset)

(23)

karyawan lainnya seperti merek, reputasi perusahaan, pengetahuan karyawan yang diperoleh melalui pengalaman, properti intelektual (intelectual property) perusahaan termasuk paten, hak cipta dan trademarks.

Aset tidak berwujud sedikit sulit untuk dipahami. Aset tidak berwujud tidak nyata, sulit untuk diukur, tidak dilaporkan dalam akuntansi, harus dikembangkan setiap saat, tidak mudah diperoleh, dibeli dan ditiru secara instan. Aset berwujud penting tetapi tidak cukup untuk menjadikan keunggulan dalam bersaing karena sebagian besar aset berwujud ini dapat ditiru atau diperoleh melalui pasar. Sehingga dengan demikian apakah aset tidak berwujud dapat membuat perusahaan berbeda dalam memperoleh keberhasilan dan yang bagaimana membuat kegagalan. (Lengnick-Hall dan Cynthia 2003). Karakteristik utama dari aktiva tidak berwujud adalah tingginya tingkat ketidakpastian tentang manfaat masa depan yang akan diterima dari pekerjaan tersebut. Aktiva tidak berwujud dibedakan berdasarkan empat karakteristik, yaitu (1) kemampuan identifikasi, (2) cara akuisisi, (3) periode manfaat yang diharapkan, dan (4) dapat dipisahkan dari keseluruhan perusahaan.

Aset tidak berwujud merupakan hak, keistimewaan dan manfaat kepemilikan atau pengendalian. Dua karakteristik umum aset tidak berwujud adalah tingginya ketidakpastian masa manfaat dan tidak adanya wujud fisik. Aset tidak berwujud seringkali tidak dapat dipisahkan dari suatu perusahaan atau segmennya, masa manfaat yang tidak terhingga dan mengalami perubahan penilaian yang besar karena kondisi yang kompetitif. Aset tidak berwujud dapat digolongkan menjadi aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi (identifiable intangible asset) dan aset tidak berwujud yang tidak teridentifikasi (unidentifiable intangible asset). Aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi merupakan aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi terpisah dan dikaitkan dengan hak tertentu atau keistimewaan selama periode manfaat yang terbatas. Contohnya paten, merk dagang, hak cipta dan waralaba. Sedangkan aset tidak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi merupakan aset yang dapat dikembangkan secara internal atau dibeli namun tidak dapat diidentifikasi dan seringkali memiliki masa manfaat yang tak terhingga, seperti kegiatan penelitian dan pengembangan, iklan, goodwill, inovasi produk, dan lain-lain (Wild, Subramanyam dan Halsey 2004).

Lev (2001) menyatakan aset tidak berwujud (intangible asset) mempunyai peran yang penting dalam perusahaan. Berdasarkan teori berbasis pengetahuan dan teknologi, aset tidak berwujud perusahaan menjadi penentu fundamental daya saing perusahaan saat ini dan masa depan serta penentu nilai perusahaan dan pertumbuhan. Modal intelektual menjadi nilai penggerak suatu perusahaan dan menjadi aset yang paling berharga.

Aset tidak berwujud sebagai sejumlah hak paten organisasi, proses, keterampilan pegawai, teknologi, informasi tentang pelanggan dan pemasok, dan pengalaman. Jones dan Hill (2010) menyatakan sumber daya tidak berwujud adalah entitas non fisik yang diciptakan oleh manajer bersama karyawan lainnya seperti merek, reputasi perusahaan, pengetahuan karyawan yang diperoleh melalui pengalaman, properti intelektual perusahaan termasuk paten, hak cipta dan trademarks.

(24)

Tabel 2 Sample Elements of intangible capital

Human Customer Social Structural

Tacit Knowledge

Marcus (2011) menyatakan sumber daya tidak berwujud dapat berupa merek dan trademarks, reputasi, paten dan lisensi, teknik atau pengetahuan pemasaran (technical or marketing know-how), rahasia dagang (trade secret) dan properti intelektual. Sumber daya tidak berwujud seperti: sumber daya manusia, inovasi, dan reputasi (Hitt dan Hokisson 2001).

Gillis (2003) mendefinisikan aset tidak berwujud sebagai sebuah klaim legal atas keuntungan masa depan, sebagai aset non fisik. Aset tidak berwujud juga dikenal dengan aset intelektual, modal intelektual, properti intelektual atau modal pengetahuan. Contoh-contohnya meliputi hak cipta, paten, properti intelektual, goodwill, merek, merek dagang, ide dan hubungan. Istilah ini dapat diperluas sehingga mencakup elemen-elemen seperti kreatifitas, inovasi, profesionalisme dan loyalitas.

Menurut Guilding dan Pike (1990) membagi aset tidak berwujud dalam perspektif pemasaran sebagai pencipta nilai (value creators), aset pemasaran dan manifestasi nilai. Mortensen, Eustace dan Lannoo (1997), dari aspek keuangan dibedakan menjadi modal inovasi, modal struktural, executory contracts, modal pemasaran dan goodwill. Klasifikasi lain menurut (Hall 1992) membagi sumber daya tidak berwujud menjadi aset dan keahlian. Camison dan Lopez (2010) membagi aset tidak berwujud berupa kapabilitas inovasi, kapabilitas manusia dan kapabilitas komersial.

Sumber daya tidak berwujud terdiri dari, manusia, inovasi dan kreatifitas dan reputasi. Sumber daya manusia seperti pengalaman dan kemampuan pegawai, kepercayaan, keahlian manajerial dan kegiatan dan prosedur spesifik perusahaan. Inovasi dan kreatifitas terdiri dari keahlian teknik dan ilmiah, dan kapasitas inovasi. Reputasi terdiri dari merek, reputasi terhadap pelanggan untuk kualitas dan reliabilitas, dan reputasi terhadap pemasok (Dess, Lumpkin dan Eisner 2007).

Komponen dari aset tidak berwujud menurut beberapa literatur seperti, Saari dan Mushraf (2011) membagi modal intelektual menjadi 4 komponen yaitu modal pelanggan, modal manusia, modal struktural dan modal relasional. St-Pierre dan Audet (2010) aset tidak berwujud terdiri dari modal manusia, modal proses, modal relasional dan modal inovasi.

(25)

Cleary (2007) modal intelektual terdiri dari modal manusia, modal struktural dan modal relasional. Wang dan Chang (2005) membagi aset tidak berwujud menjadi empat bagian penting yaitu modal manusia, modal pelanggan, modal inovasi dan modal proses. Carmeli dan Tishler (2004) organisasi tidak berwujud terdiri dari kemampuan manajerial, modal manusia, audit internal, relasi pekerja, budaya organisasi dan reputasi organisasi yang dirasakan.

Roos, Dragonetti dan Edvinsson (1997) modal pelanggan dan modal relasional mempunyai makna yang sama. Fokus modal relasional lebih kepada organisasi (Hsu 2006). Sedangkan Dess, Lumpkin dan Eisner (2007) menggunakan istilah reputasi yang mempunyai persamaan dengan indikator modal pelanggan dan modal relasional.

Sveiby (1997) membagi aset tidak berwujud menjadi tiga kelompok yaitu sebagai berikut:

1. Struktur internal (sebagai sumber daya yang dimiliki organisasi, paten, konsep, model, komputer dan sistem administrasi, teknologi, inovasi, struktur organisasi.

2. Struktur eksternal (hubungan dengan pelanggan, pemasok, merek, reputasi dan image organisasi).

3. Kompetensi karyawan (modal manusia seperti pengetahuan, kemampuan, keahlian yang dibutuhkan personal dalam bekerja mengembangkan struktur internal dan eksternal. Dan juga merupakan kemampuan individu untuk bertindak dalam berbagai situasi untuk menciptakan aset berwujud dan tidak berwujud).

Lev (2001) menyampaikan hal yang sama berkaitan dengan aspek aset tidak berwujud yang utama berdasarkan literatur manajerial dan sistem akuntansi membagi dalam tiga kelompok pembahasan yaitu sebagai berikut:

1. Sumber daya manusia (modal manusia berkaitan dengan pengetahuan, kompetensi personal).

2. Pelanggan dan lingkungan eksternal (hubungan modal perusahaan dengan pelanggan, pemasok di pasar).

3. Modal organisasi yang diwakilkan oleh kapasitas inovasi dan efisiensi proses bisnis.

Berdasarkan konsep dari para peneliti tersebut bahwa aset tidak berwujud merupakan aset yang tidak nyata wujudnya, tidak dilaporkan dalam akuntansi namun mempunyai peran yang penting dalam perusahaan. Aset tidak berwujud perusahaan antara lain yaitu: (1) modal manusia, berupa kemampuan dan keahlian yang dimiliki atau properti intelektual; (2) modal inovasi yang merupakan daya kreativitas organisasi untuk menciptakan sesuatu yang bernilai; dan (3) modal pelanggan atau pemasaran dalam menyampaian nilai kepada pelanggan seperti jaringan pemasaran, kualitas pelayanan, reputasi organisasi, merek, hak cipta dan lisensi.

(26)

1) Modal Inovasi(Innovation Capital )

Parashar dan Singh (2005) kemampuan yang dimiliki perusahaan terkait dengan kegiatan inovasi merupakan kemampuan untuk mentrasformasi pengetahuan, teknologi dan ide dalam bentuk produk, proses dan sistem baru yang secara konsisten akan membangun pengetahuan baru yang bermanfaat untuk kepentingan perusahaan dan stakeholder dengan menciptakan profit jangka pendek dan jangka panjang.

Kapabilitas inovasi berperan sebagai pendorong proses inovasi yang mampu meningkatkan kinerja inovasi, yang mengakibatkan perusahaan tumbuh di atas rataan, sehingga kinerja perusahaan menjadi lebih baik (Calantone et al. 2002; Lawson dan Samson 2001).

Modal inovasi merupakan aset yang dimiliki perusahaan dan tidak terbatasnya kegiatan pada bidang riset dan pengembangan dan teknologi, yang merupakan bagian sumber daya, kompetensi dan keahlian yang seharusnya digunakan secara benar untuk menghasilkan inovasi (Wang dan Chang 2005).

Menurut Prokosa (2005) inovasi adalah suatu mekanisme perusahaan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang dinamis. Oleh sebab itu dituntut untuk mampu menciptakan pemikiran-pemikiran baru, gagasan-gagasan baru dengan menawarkan produk yang inovatif serta peningkatan pelayanan yang dapat memuaskan pelanggan. Inovasi merupakan cara untuk terus membangun dan mengembangkan organisasi yang dapat dicapai melalui introduksi teknologi baru, aplikasi baru dalam bentuk produk–produk dan pelayanan-pelayanan, pengembangan pasar baru dan memperkenalkan bentuk-bentuk baru organisasi, perpaduan berbagai aspek inovasi tersebut pada gilirannya membentuk arena inovasi.

Indikator dari modal inovasi yang digunakan adalah (Parashar dan Singh 2005) inovasi manajerial, inovasi proses, inovasi produk, sumber inovasi internal, sumber inovasi eksternal dan implementasi inovasi.

2)Modal Manusia (Human Capital)

Modal manusia merupakan input penting dalam organisasi khususnya untuk menilai pengetahuan, keahlian dan kemampuan pekerja (Rastogi 2002). Kemampuan dan keahlian ini mempengaruhi produkstivitas. Pendidikan formal merupakan elemen penting dari modal manusia yang terdiri dari akumulasi pengetahuan dan keahlian yang digunakan untuk berwirausaha (Gimeno et al. 1997; Reynolds et al. 2004; Montgomery, Johnson, and Faisal 2005).

Modal manusia mengacu pada pengetahuan, keahlian kompetensi dan atribut yang dibentuk dalam individu yang mendukung kreasi personal, sosial dan ekonomi (Organization for Economic Co-Operation and Development atau OECD 2001).

Modal manusia adalah salah satu komponen penting dalam modal intelektual yang merupakan dimensi dari modal intelektual sebagai pengetahuan dan pengalaman manusia yang dengan elemen lain dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Pengetahuan dan kapabilitas pegawai merupakan sumber daya inovasi yang penting (Wang dan Chang 2005).

(27)

3)Modal Pelanggan(Customer Capital)

Modal pelangganmerupakan kemampuan perusahaan dalam membangun hubungan terkait dengan pelanggan. Ini merupakan dimensi penting yang mempengaruhi hubungan sebuah organisasi dengan pelanggannya. (Roos et al. 1997). Ahmad dan Mushraf (2011) menyatakan bahwa modal pelanggan adalah hubungan yang dibangun bersama pelanggan dan merupakan bagian yang signifikan dari modal struktural.

Hsu (2006) menyatakan modal relasional didefinisikan sebagai modal pelanggan. Modal pelanggan dan modal relasional mempunyai makna yang sama, hanya fokus modal relasional pada organisasi. Modal pelanggan merupakan pengetahuan tentang saluran pemasaran dan hubungan dengan pelanggan yang dikembangkan organisasi dalam kegiatan bisnis. (Pablos 2005)

Indikator yang digunakan dalam modal pelanggan (customer/commercial capital) (Camison dan Lopez 2010) adalah brand image, jaringan distribusi, pengetahuan tentang pasar, komunikasi eksternal dan kualitas pelayanan.

Strategi Bersaing (Competitive Strategy)

Strategi merupakan kumpulan tindakan yang di ambil manajer berkaitan dengan upaya peningkatan kinerja usaha, untuk memperoleh kinerja yang unggul secara relatif dibandingkan pesaing. Jika strategi perusahaan menghasilkan kinerja yang superior tentu akan mempunyai keunggulan bersaing (Jones dan Hill 2010).

Strategi membantu perusahaan bersaing melalui penempatan yang memperhatikan biaya dan kualitas barang dan jasa yang ditawarkan. Ini merupakan domain dari strategi bisnis. Pemahaman terhadap lingkungan internal dan eksternal juga membantu perusahaan memutuskan pada jenis usaha apa seharusnya perusahaan bersaing. Ini merupakan domain dari strategi korporat. Strategi bisnis melibatkan pertanyaan atas posisi produk dan jasa sedangkan strategi korporat melibatkan pertanyaan seperti mengerakkan merger, akuisisi, divestasi dan alliansi (Marcus 2011).

Strategi sebuah perusahaan merupakan rencana induk yang komprehensif yang dirumuskan bagaimana perusahaan akan memperoleh misi dan tujuannya. Hal ini memaksimalkan keunggulan bersaing. Bisnis perusahaan biasanya mempertimbangkan tiga jenis strategi seperti strategi korporat, strategi bisnis dan strategi fungsional. Strategi korporat menggambarkan pengelolaan perusahaan secara keseluruhan yang merupakan sikap umum terhadap pertumbuhan dan manajemen atas variasi bisnis dan lini produk. Jenis dari strategi korporat menekankan pada tiga kategori utama yaitu stabilitas, pertumbuhan dan penghematan. Strategi bisnis biasanya terjadi pada unit bisnis atau tingkatan produk, dan menekankan pada perbaikan posisi bersaing atas produk dan jasa perusahaan dalam sebuah industri yang spesifik atau segmen pasar tertentu yang dilayani oleh unit bisnis. Strategi bisnis dikelompokkan dalam dua kategori yaitu strategi bersaing dan strategi bekerjasama. Strategi fungsional mengambil pendekatan pada wilayah fungsional untuk memperoleh tujuan bisnis dan korporat dan strategi yang memaksimalkan produktivitas sumber daya. Ini memperhatikan pengembangan dan pemeliharaan kompetensi yang menyediakan keunggulan bersaing bagi perusahaan atau unit bisnis (Wheelen dan Hunger 2006).

(28)

strateginya. Beberapa perusahaan mengalami kegagalan pada saat strategi yang diambilnya tidak sesuai lagi dengan lingkungan operasinya. Hill dan Jones (1995) menyatakan bahwa strategi bersaing merupakan mediator penting yang mempengaruhi respon strategik perusahaan terhadap lingkungan baru.

Strategi perusahaan menggerakkan persaingan dan pendekatan binis manajemen yang dikembangkan untuk menarik dan memuaskan konsumen, menjalankan operasi, mengembangkan usaha dan memperoleh sasaran kinerja. Strategi bisnis perusahaan menempatkan bagaimana niat manajemen untuk bersaing dalam suatu industri, mengatur fungsi wilayah bisnis dan mengembangkan kemampuan baru dan juga merancang sumber daya untuk menguatkan prospek perusahaan untuk keberhasilan jangka panjang (Gamble dan Thomson 2011).

Menurut Mc-Carthy (2003) menjelaskan strategi tidak terlalu formal dalam perusahaan-perusahaan kecil yang berasal dari pemilik/pengelola sebagai kunci pembuat keputusan. Schindehutte dan Morris (2001) menjelaskan bahwa karena perusahaan kecil biasanya tidak memiliki pernyataan tertulis dalam pembuatan strategi. Strategi mereka disimpulkan dari pola perkembangan perilaku pemilik/pengelola dan alokasi sumber daya (dalam Boohene et al. 2008).

Sumber : Jhon E. Gamble dan Arthur A. Thomson (2011)

Gambar 1Elements of a Company’s Business Strategy Actions and approaches

used in managing R&D, production, sales and marketing, finance, and

other key activities

Actions to gain sales and market share by adjusting pricing, product features, quality, customer service, product selection, or other

product or service attributes

Actions to respond to

(29)

Amoako-Gyampah dan Acquaah (2008), kajian bidang strategi menyajikan berbagai tipologi yang menggambarkan strategi bersaing generik perusahaan, bagaimana perusahaan bersaing dalam suatu bisnis atau industri tertentu dengan memanfaatkan keunggulan bersaing untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Semua tipologi fokus pada penekanan efisiensi operasional dan biaya rendah atau keunikan dalam pasar perusahaan. Porter (1980) menekankan pada tipologi strategi bersaing generik yang terdiri dari keunggulan biaya (cost leadership), differensiasi (differentiation), dan fokus. Banyak penulis telah menyempurnakan konseptualisasi strategi diferensiasi Porter dalam beberapa dimensi seperti strategi differensiasi produk, strategi differensiasi pemasaran, strategi differensiasi kualitas, strategi differensiasi image, strategi differensiasi jasa dan strategi differensiasi inovasi (Miller 1988; Beal dan Yasai-Ardekani 2000).

Amoako-Gyampah dan Acquaah (2007) dalam penelitiannya menggunakan keunggulan biaya dan strategi differensiasi, karena sering digunakan sebagai dimensi strategi bersaing di banyak literatur (Dess dan Davis 1984; Nayyar 1993). Julien dan Ramangalahy (2003) dalam mengukur strategi bersaing indikator dapat digunakan adalah faktor-faktor terkait dengan dengan strategi distribusi, strategi pemasaran, strategi promosi, strategi segmentasi dan strategi produk.

Perusahaan dalam ekonomi yang berkembang dalam hal strategi bersaing menerapkan strategi diferensiasi tidak fokus pada satu dimensi tetapi menekankan pada beberapa dimensi seperti image, hasil loyalitas pelanggan, kualitas, inovasi dan tingkat pelayanan (Kim et al. 2004). Jadi, suatu strategi diferensiasi dalam lingkungan ekonomi berkembang mungkin didasarkan pada penciptaan loyalitas pelanggan secara bersamaan oleh perbedaan dalam menghasilkan citra produk melalui pemasaran intensif dan manajemen image (Miller 1988), menciptakan produk yang inovatif, dapat diandalkan, tahan lama, dan berguna (Beal dan Yasai-Ardekani 2000).

Strategi keunggulan biaya merupakan upaya perusahaan untuk menghasilkan keunggulan bersaing dengan cara mencapai biaya terendah di industri. Fokus perusahaan menerapkan strategi keunggulan biaya adalah pada kontrol biaya yang ketat dan efisiensi di semua bidang operasi (Porter 1980).

Strategi bersaing perusahaan menekankan pada rencana manajemen untuk keberhasilan bersaing dan mengamankan keunggulan bersaing melebihi pesaing. Strategi bersaing menyediakan posisi industri yang khusus dan keunggulan bersaing di dalam pasar yang melibatkan pilihan antara target pasar yang luas atau sempit dan apakah perusahaan seharusnya mengejar keunggulan bersaing yang terkait dengan biaya rendah atau differensiasi produk (Gamble dan Thomson 2011).

(30)

Denis (1990) mengidentifikasi faktor bersaing perusahaan kecil, terkait dengan strategi produk (adaptasi, cakupan lini produk, intensitas teknologi, kematangan dan ukuran pesanan). Terkait dengan strategi distribusi (kesamaan dan jumlah model, intensitas hubungan, dan koordinasi pemasaran dengan perantara). Terkait strategi harga (differensiasi, harga rendah, harga menyesuaikan situasi lokal). Terkait dengan strategi promosi (cakupan upaya promosi dan partisipasi dalam trade fairs).

Spanos et al. (2004) menemukan bahwa dari strategi bersaing keunggulan biaya, differensiasi pemasaran dan differensiasi teknologi, keunggulan biaya tampaknya menjadi strategi yang paling layak dan menguntungkan.

Strategi bisnis fokus pada peningkatan posisi bersaing produk atau jasa perusahaan atau unit bisnis dalam industri tertentu atau segmen pasar yang perusahaan atau bisnis layani. Strategi bisnis dapat digunakan untuk bersaing (berjuang melawan semua pesaing untuk keunggulan) dan atau untuk bekerjasama (bekerja dengan satu atau lebih perusahaan untuk memperoleh keunggulan melawan pesaing lainnya). Strategi korporat bertanya tentang di industri apa seharusnya perusahaan, strategi bisnis bertanya bagaimana perusahaan atau unitnya seharusnya bersaing atau bekerja sama di dalam masing-masing industri (Wheelen dan Hunger 2006).

Acquaah (2009) dalam mengukur strategi bersaing menggunakan dimensi strategi keunggulan biaya dan strategi differensiasi. Strategi keunggulan biaya diukur dengan penawaran produk atau jasa dalam wilayah yang luas, efisiensi operasi, penawaran harga yang bersaing untuk produk atau jasa, peramalan, pertumbuhan pasar dalam penjualan, pengendalian biaya operasi dan biaya pabrik (overhead) dan inovasi dalam proses produksi atau jasa yang ditawarkan. Strategi differensiasi diukur dengan pengembangan produk atau jasa baru, peningkatan keberadaan produk atau jasa, untuk segmen harga pasar, perbaikan keberadaan pelayanan pelanggan, inovasi produk atau jasa pemasaran, periklanan dan promosi produk atau jasa dan pengembangan merek dan identifikasi perusahaan.

Dalam strategi bersaing suatu strategi diferensiasi dalam lingkungan ekonomi berkembang mungkin didasarkan pada penciptaan loyalitas pelanggan secara bersamaan oleh perbedaan dalam menghasilkan citra produk melalui pemasaran intensif dan manajemen image. Strategi keunggulan biaya (cost leadership strategy) diukur dengan penawaran produk/jasa dalam wilayah yang luas, efisiensi operasi, penawaran harga yang bersaing untuk produk/jasa, peramalan, pertumbuhan pasar dalam penjualan, pengendalian biaya operasi dan biaya overhead dan inovasi dalam proses produksi atau jasa yang ditawarkan.

Dimensi dan Indikator Strategi Bersaing

Dari berbagai dimensi strategi bersaing, dimensi strategi bersaing yang digunakan untuk keperluan analisis pada dasarnya menggunakan dimensi strategi bersaing yang dikembangkan oleh Nayyar (1993), Acquaah (2009), Gamble dan Thomson, (2011) yaitu strategi keunggulan biaya (cost leadership).

Strategi Keunggulan Biaya(Cost Leadership Strategy)

(31)

biaya bervariasi dan tergantung pada struktur industri yang mungkin mencakup pengejaran skala ekonomis, kepemilikan teknologi, akses istimewa ke bahan mentah dan faktor-faktor lain (Porter 2008).

Strategi keunggulan biaya merupakan strategi bersaing dengan biaya rendah yang bertujuan untuk mendapatkan pasar yang luas dengan fasilitas skala efisien, melakukan pengurangan biaya dari pengalaman, pengetatan biaya dan pengawasan biaya pabrik, menghindari tambahan biaya pelanggan dan minimalisasi biaya dalam bidang penelitian dan pengembangan, pelayanan, tenaga penjualan dan periklanan. Karena biaya rendah, keunggulan biaya dapat menetapkan harga yang rendah atas produknya dibandingkan pesaing dan masih dapat membuat keuntungan yang memuaskan (Wheelen dan Hunger 2006).

Konsep penting strategi keunggulan biaya adalah kurva pengalaman, yang mengacu pada bagaimana bisnis belajar agar biaya rendah yang diperoleh dari pengalaman dalam proses produksi. Dengan pengalaman tersebut biaya per unit dapat menurun karena peningkatan output (Dess, Lumpkin dan Eisner 2007).

Strategi keunggulan biaya didapat melalui dua cara, pertama melakukan kegiatan pokok rantai nilai dengan biaya yang efektif dibandingkan pesaing dan pembenahan keseluruhan rantai nilai perusahaan dengan menghilangkan atau memotong beberapa kegiatan sehingga mengurangi biaya produksi (Gamble dan Thomson 2011).

Indikator yang digunakan dalam mengukur strategi keunggulan biaya (cost leadership) (Acquaah 2009) adalah: (1) penawaran produk atau jasa dalam wilayah yang luas; (2) efisiensi operasi; (3) penawaran harga yang bersaing untuk produk atau jasa; (4) peramalan; (5) pertumbuhan pasar dalam penjualan; (6) pengendalian biaya operasi dan biaya pabrik (overhead); dan (7) pengembangan atau perbaikan dalam proses produksi atau jasa yang ditawarkan.

Kinerja Keuangan (Financial Performance)

Kinerja sebagai sarana untuk mengevaluasi kemajuan yang dibuat selama periode waktu tertentu dan sebagai informasi untuk perencanaan masa depan dan pengambilan keputusan untuk perbaikan dan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan (Garengo et al. 2005). Sementara prestasi kerja merupakan hasil kerja yang dipeoleh dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepada seseorang. namun pengertian prestasi kerja dapat digunakan untuk menilai suatu organisasi atau perusahaan atau unit, bagian, divisi dalam perusahaan. Untuk menentukan kinerja organisasi atau perusahaan maka dilakukanlah penilaian kinerja.

Sistem manajemen kinerja adalah pengembangan dan peningkatan dalam menciptakan nilai untuk pelanggan dengan menghasilkan nilai ekonomi bagi pemegang saham (Chen 1999; Chen-hall 2003; Gary 2007). Gary (2007) menyatakan bahwa sistem manajemen kinerja adalah proses menerjemahkan rencana ke hasil melalui operasi.

(32)

Thorpe (2004) berpendapat bahwa sistem manajemen kinerja adalah tentang prestasi masa lalu, dan dapat dianggap sebagai indikator dari kemampuan melaksanakan kegiatan yang berhasil di masa depan yang membantu perusahaan dalam mencapai tujuan bisnis dan sasaran yang telah diatur. Chen (1999) menyatakan bahwa manajemen kinerja yang baik adalah ketika bisnis memperoleh tujuannya, dan sebagai bukti bahwa perusahaan memenuhi keinginan pelanggannya secara efisien dan efektif dibandingkan pesaing mereka.

Neely et al. (1995) menemukan bahwa sistem kinerja manajemen yang efektif adalah proses dan sistem yang digunakan oleh manajer sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan. Karena itu, kinerja sistem manajemen dapat membantu manajer merancang operasi bisnis mereka untuk bertahan hidup dan tumbuh.

De Waal (2004) menyatakan bahwa proses manajemen kinerja untuk mencapai efektivitas dan efisiensi melalui pengedalian dan pengawasan bisnis melalui aspek perilaku. Oleh karena itu, kinerja manajemen akan berguna dalam menyediakan cakupan keseimbangan dan komprehensif dikaitkan dengan indikator kinerja kunci yaitu biaya yang efektif dalam mengumpulkan, menyimpan dan mengelolanya.

Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja merupakan sesuatu yang kompleks dan merupakan tantangan besar bagi para peneliti (Beal 2000) karena sebuah konstruk kinerja yang bersifat multidimensional dan oleh karena itu pengukuran kinerja dengan dimensi pengukuran tunggal tidak mampu memberikan pemahaman yang komprehensif, sehingga pengukuran kinerja hendaknya menggunakan atau mengintegrasikan pengukuran yang beragam (multiple measures) (Bhargava et al.1994).

Beal (2000) mengemukakan bahwa belum ada konsensus tentang ukuran kinerja yang paling layak dalam sebuah penelitian dan ukuran-ukuran obyektif kinerja yang selama ini dipakai dalam banyak penelitian masih banyak kekurangan. Misalnya ukuran ROI (return on investment) mempunyai kelemahan, karena terdapat berbagai macam metode pengukuran depresiasi, persediaan dan nilai biaya tetap.

Kriteria dalam mengukur kinerja meliputi kinerja finansial maupun non finansial. Kriteria yang berbeda dalam mengukur kinerja perusahaan tersebut sebenarnya bergantung pada pengukuran kinerja itu sendiri. Tolak ukur bersifat unik, karena adanya kekhususan pada setiap badan usaha, antara lain bidang usaha, latar belakang, status hukum, tingkat permodalan, tingkat pertumbuhan dan tingkat teknologi. Perbedaan tersebut akan berpengaruh kepada prilaku badan usaha, dan dengan sendirinya juga berpengaruh terhadap kinerja dan tolak ukur yang digunakan (Hatmoko 2000).

(33)

Voss dan Voss (2000) menunjukkan adanya korelasi yang erat antara ukuran kinerja subyektif dan ukuran kinerja obyektif.

Berkaitan dengan standar atau ukuran kinerja perusahaan. Hill dan Jones (1998) berpendapat bahwa ada empat kategori dasar yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu:

1. Berupa standar bagaimana mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi sasaran efisiensi. Jadi merupakan standar yang berkaitan dengan produktivitas, biaya atau kualitas produksi yang diformulasikan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengukuran dalam mengevaluasi kinerja.

2. Berupa standar untuk mengukur sumber daya manusia dalam organisasi, perusahaan perlu memiliki ukuran-ukuran yang dapat diterima organisasi dalam hal turn over atau kepuasan kerja.

3. Standar yang relatif tidak mudah untuk diformulasikan namun berhubungan dengan faktor-faktor kreativitas, fleksibilitas, pengambilan keputusan dan komunikasi organisasional.

4. Standar yang berkaitan dengan kemampuan organisasi dalam memanfaatkan lingkungan dan mendapatkan berbagai sumber daya yang terbatas.

Pelham dan Wilson (1996) mendefinisikan kinerja perusahaan sebagai sukses produk baru, yang diukur melalui pengembangan produk baru, dan pengembangan pasar, pertumbuhan pangsa pasar yang diukur melaui pertumbuhan penjualan dan porsi pasar, profitabilitas, diukur melalui laba operasi, rasio laba terhadap penjualan, aliran kas operasi, tingkat pengembalian investasi (return on investment), tingkat pengembalian aset (return on assets), dan kualitas produk.

Menurut Bhargava et al. (1994) pertumbuhan pangsa pasar bisa digunakan untuk mengukur efektivitas pasar, disamping untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencapai skala efisiensi dan kekuatan pasar (market power).

Menurut Jaworski dan Kohli (1993) pengukuran kinerja dapat diukur dengan dua pendekatan yang berbeda, yaitu:

1. Judgemental yaitu pengukuran kinerja yang menggunakan informasi dari penilaian perusahaan atas seluruh kinerja bisnis dan pesaingnya, yang dapat dinilai dengan skala 5 poin, Penilaian tersebut biasanya berkaitan dengan profitabilitas, ukuran perusahaan, pangsa pasar dan pertumbuhan.

2. Objective yaitu pengukuran kinerja yang menggunakan angka-angka, baik secara finansial maupun persentase. Kohli dan Jaworski (1990) menggunakan ukuran return on investment, profit, volume penjualan, pangsa pasar dan pertumbuhan penjualan. Narver dan Slater (1990) menggunakan return on asset sebagai tolok ukur kinerja.

Dimensi dan Indikator Kinerja Keuangan

Dari berbagai dimensi kinerja keuangan, dimensi kinerja keuangan yang digunakan untuk keperluan analisis pada dasarnya menggunakan dimensi kinerja keuangan yang dikembangkan oleh Coleman (2007); Amoako-Gyampah dan Acquaah (2008); Clarke, Seng dan Whiting (2010) yaitu profitabilitas.

Gambar

Tabel 3 Perbedaan penelitian terdahulu
Gambar 7.
Gambar 7 Analisis Kelayakan Ekonomi dan Finansial
Tabel 4  Operasionalisasi Peubah Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai kemampuan guru IPA dalam penerapan Kurikulum 2013 di SMP Swasta Surakarta tahun ajaran 2013/2014 diperoleh kesimpulan

Senyawa dihidro-1,3- benzoksazin tersubstisusi adalah salah satu senyawa turunan benzoksazin yang dapat dibuat melalui tiga tahap sintesis pada percobaan ini.. Semua

Penelitian Gumbinger menunjukkan bahwa pasien dengan stroke iskemik yang memiliki mikroalbuminuria memiliki risiko lima kali lebih tinggi mengalami luaran

Pendaftar BPI Reguler S2 dan S3 Pelaku Budaya dinyatakan telah diterima dengan dibuktikan LoA (Letter of Acceptance) dari Perguruan Tinggi Tujuan Dalam Negeri atau Luar

Jogjakarta adalah sebuah kota budaya yang mempunyai nilai apresiasi terhadap seni eukup tinggi. Salah satunya adalah seni musik. Oi Jogja sendin Jenis musik rock

Maramba mandamu adalah bangsawan yang dihasilkan karena adanya perkawinan laki-laki bangsawan besar dengan golongan kabihu (orang merdeka), sedangkan maramba kalawihi

Hasil pengukuran debit aliran pada outlet pengamatan di Sub DAS Sengarit bagian hulu dan hilir selama 5 hari dapat di lihat pada tabel 4, di mana pada outlet pengamatan bagian

Seringkali dalam perjalan waktu, mimpi besar dan action plans luntur karena tekanan- tekanan psikologis yang muncul, benturan dan sandungan yang menghambat pencapaian tujuan