• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

13. Kinerja Keuangan Di Lombok NTB

Kinerja sebagai sarana untuk mengevaluasi kemajuan yang dibuat selama periode waktu tertentu dan sebagai informasi untuk perencanaan masa depan dan pengambilan keputusan untuk perbaikan dan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan (Garengo et al. 2005). Thorpe (2004) berpendapat bahwa sistem manajemen kinerja adalah tentang prestasi masa lalu, dan dapat dianggap sebagai indikator dari kemampuan melaksanakan kegiatan yang berhasil di masa depan yang membantu perusahaan dalam mencapai tujuan bisnis dan sasaran yang telah diatur. Chen (1999) menyatakan bahwa manajemen kinerja yang baik adalah ketika bisnis memperoleh tujuannya, dan sebagai bukti bahwa perusahaan memenuhi keinginan pelanggannya secara efisien dan efektif dibandingkan pesaing mereka.

Kriteria dalam mengukur kinerja meliputi kinerja finansial maupun non finansial. Kriteria yang berbeda dalam mengukur kinerja perusahaan tersebut sebenarnya bergantung pada pengukuran kinerja itu sendiri. Tolak ukur bersifat unik, karena adanya kekhususan pada setiap badan usaha, antara lain bidang usaha, latar belakang, status hukum, tingkat permodalan, tingkat pertumbuhan dan tingkat teknologi. Perbedaan tersebut akan berpengaruh kepada prilaku badan usaha, dan dengan sendirinya juga berpengaruh terhadap kinerja dan tolak ukur yang digunakan (Hatmoko 2000).

a. Profitabilitas

Berdasarkan tabel 35 diperoleh informasi terkait nilai rataan tingkat pengembalian aset (return on asset) komoditas unggulan Pijar yaitu komoditas peternakan sapi dan industri pengolahannya, budidaya jagung dan industri pengolahannya dan budidaya rumput laut dan industri pengolahannya di Lombok NTB.

Rataan tingkat pengembalian aset usaha komoditas unggulan Pijar yaitu komoditas peternakan sapi dan industri pengolahannya, budidaya jagung dan industri pengolahannya dan budidaya rumput laut dan industri pengolahannya di Lombok NTB sebesar 0,40. Untuk ternak sapi dan industri pengoahannya di Lombok NTB nilai rataan return on asset sebesar 0,37. Usaha budidaya Jagung dan industri pengolahannya di Lombok NTB mempunyai nilai rataan return on asset sebesar 0,58. Untuk usaha budidaya rumput laut dan industri pengolahannya di Lombok NTB nilai rataan return on asset sebesar 0,25.

Tabel 35 Nilai Rataan Tingkat Pengembalian Aset (Return on Asset)

Item Komoditas Nilai

Rataan Laba terhadap Aset tahun 2012 (Return on Asset)

Ternak Sapi 0,37

Jagung 0,58

Rumput Laut 0,25

Pijar 0,40

b. Nilai Perusahaan

Berdasarkan tabel 36 diperoleh informasi terkait nilai rataan nilai perusahaan usaha komoditas unggulan Pijar yaitu komoditas peternakan sapi dan industri pengolahannya, budidaya jagung dan industri pengolahannya dan budidaya rumput laut dan industri pengolahannya di Lombok NTB. Tabel 36 Nilai Rataan Nilai Perusahaan

Item Komoditas Nilai

Nilai Perusahaan tahun 2012 (LN Total Aktiva)

Ternak Sapi 19,99

Jagung 18,82

Rumput Laut 19,90

Pijar 19,57

Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (diolah), 2016

Rataan nilai perusahaan usaha komoditas unggulan Pijar yaitu komoditas peternakan sapi dan industri pengolahannya, budidaya jagung dan industri pengolahannya dan budidaya rumput laut dan industri pengolahannya di Lombok NTB sebesar 19,57. Untuk ternak sapi dan industri pengoahannya di Lombok NTB nilai rataan nilai perusahaan sebesar 19,99 Usaha budidaya Jagung dan industri pengolahannya di Lombok NTB mempunyai nilai rataan nilai perusahaan sebesar 18,82. Untuk usaha budidaya rumput laut dan industri pengolahannya di Lombok NTB nilai rataan nilai perusahaan sebesar 19,90.

c. Pertumbuhan Penjualan

Berdasarkan tabel 37 diperoleh informasi terkait nilai rataan pertumbuhan penjualan usaha komoditas unggulan Pijar yaitu komoditas peternakan sapi dan industri pengolahannya, budidaya jagung dan industri pengolahannya dan budidaya rumput laut dan industri pengolahannya di Lombok NTB.

Tabel 37 Nilai Rataan Pertumbuhan Penjualan

Item Komoditas Nilai

Pertumbuhan Penjualan Ternak Sapi 0,10

Jagung 0,09

Rumput Laut 0,11

Pijar 0,10

Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (diolah), 2016

Rataan pertumbuhan penjualan usaha komoditas unggulan Pijar yaitu komoditas peternakan sapi dan industri pengolahannya, budidaya jagung dan industri pengolahannya dan budidaya rumput laut dan industri pengolahannya di Lombok NTB sebesar 10 persen. Untuk ternak sapi dan industri pengoahannya di Lombok NTB nilai rataan pertumbuhan penjualan sebesar 10 persen. Usaha budidaya Jagung dan industri pengolahannya di Lombok NTB mempunyai nilai rataan pertumbuhan penjualan sebesar 9 persen. Untuk usaha budidaya rumput laut dan industri pengolahannya di Lombok NTB nilai rataan pertumbuhan penjualan sebesar 11 persen.

d. Tingkat Pengembalian Penjualan (Return on Sales)

Berdasarkan tabel 38 diperoleh informasi terkait nilai rataan tingkat pengembalian penjualan usaha komoditas unggulan Pijar yaitu komoditas peternakan sapi dan industri pengolahannya, budidaya jagung dan industri pengolahannya dan budidaya rumput laut dan industri pengolahannya di Lombok NTB.

Tabel 38 Nilai Rataan Tingkat Pengembalian Penjualan (Return on Sales)

Item Komoditas Nilai

Tingkat Pengembalian Penjualan Ternak Sapi 0,27 Jagung 0,28 Rumput Laut 0,26 Pijar 0,27

Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (diolah), 2016

Rataan tingkat pengembalian penjualan usaha komoditas unggulan Pijar yaitu komoditas peternakan sapi dan industri pengolahannya, budidaya jagung dan industri pengolahannya dan budidaya rumput laut dan industri pengolahannya di Lombok NTB sebesar 27,00 persen. Untuk ternak sapi dan industri pengoahannya di Lombok NTB nilai rataan tingkat pengembalian penjualan sebesar 27,00. Usaha budidaya Jagung dan industri pengolahannya di Lombok NTB mempunyai nilai rataan tingkat pengembalian penjualan sebesar 28 persen. Untuk usaha budidaya rumput laut dan industri pengolahannya di Lombok NTB nilai rataan tingkat pengembalian penjualan sebesar 26 persen.

Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan analisis deskriptif terhadap peubah laten dan peubah teramati, maka selanjutnya dilakukan analisis untuk menguji hipotesis berdasarkan struktur model antar peubah dalam penelitian ini. Dengan memperhatikan paradigama penelitian yang disajikan pada bab 2 sebelumnya maka dijelaskan hubungan struktural antar peubah yang diteliti. Pengujian hipotesis yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik Partial Least Square (PLS). Adapun hipotesis yang akan diuji dengan PLS adalah sebagai berikut.

1. Menguji hipotesis 2, yaitu pengaruh sumber daya finansial dan aset tidak berwujud terhadap strategi bersaing usaha komoditas unggulan Pijar yaitu komoditas industri pengolahan rumput laut di Lombok NTB.

2. Menguji hipotesis 3, yaitu, pengaruh sumber daya finansial dan aset tidak berwujud terhadap kinerja keuangan usaha komoditas unggulan Pijar yaitu komoditas industri pengolahan rumput laut di Lombok NTB.

3. Menguji hipotesis 4, yaitu pengaruh strategi bersaing terhadap kinerja keuangan usaha komoditas industri pengolahan rumput laut di Lombok NTB. 4. Menguji hipotesis 5, yaitu pengaruh Sumber Daya Finansial dan Aset tidak

berwujud terhadap Kinerja Keuangan baik secara langsung maupun melalui strategi bersaing komoditas industri pengolahan rumput laut di Lombok NTB.

Hasil Uji Model Pengukuran/Outer Model

Model Pengukuran (outer model) pada dasarnya adalah uji validitas dan reliabilitas yang tujuannya adalah untuk mengukur hubungan antara indikator dengan konstruknya, dengan kata lain model ini menggambarkan seberapa besar indikator-indikator dalam model menjelaskan konstruk atau peubah latennya. Dalam penelitian ini, uji model pengukuran dilakukan terhadap 27 peubah manifes atau peubah yang diamati (observe variable) yang membentuk 4 faktor atau peubah laten (unobserve variable) yang digunakan dalam penelitian.

Berdasarkan tabel 39 diketahui nilai loading factor untuk masing-masing dimensi, sumber daya finansial (SF1) merupakan dimensi dari kapasitas untuk memperoleh informasi keuangan signifikan dalam membentuk peubah sumber daya finansial karena nilai estimasi lebih dari 0,5 atau nilai critical ratio lebih besar dari nilai t-tabel yaitu 1,6440 atau dilihat dari nilai peluang jauh di bawah dari level signifikasi sebesar 0,05. Sumber daya finansial (SF1) yaitu kapasitas atau kemampuan dalam memahami instrument pasar keuangan, Sumber daya finansial (SF2) yaitu kapasitas atau kemampuan untuk meningkatkan modal, Sumber daya finansial (SF3) yaitu akses sumber pembiayaan dan Sumber daya finansial (SF4) yaitu kemampuan untuk memperoleh sumber pembiayaan dengan biaya rendah mempunyai nilai estimasi lebih daripada 0,5 atau nilai nilai critical ratio lebih besar dari nilai t-tabel yaitu 1,6440. Sehingga semua peubah observed tersebut valid dalam membentuk konstruk latennya.

Aset tidak berwujud dengan peubah modal inovasi, modal manusia dan modal pelanggan merupakan second order dari dimensi modal inovasi, modal manusia dan modal pelanggan mempunyai nilai nilai critical ratio lebih besar dari nilai t-tabel yaitu 1,6440 sehingga peubah observed tersebut valid dalam membentuk konstruk latennya. Untuk indikator dari masing-masing dimensi juga diperoleh hasil yang sama nilai estimasi lebih dari 0,5 atau nilai critical ratio lebih besar dari nilai t-tabel yaitu 1,6440 sehingga indikator tersebut valid dalam membentuk dimensinya.

Nilai loading factor untuk semua dimensi strategi bersaing mempunyai nilai lebih dari 0,5 atau nilai critical ratio lebih besar dari nilai t-tabel yaitu 1,6440 sehingga peubah observed tersebut valid dalam membentuk konstruk latennya. Kecuali dimensi strategi bersaing (SB2) mempunyai nilai kurang dari 0,5 atau nilai critical ratio lebih kecil dari nilai t-tabel yaitu 1,6440 sehingga peubah observed tersebut tidak valid dalam membentuk konstruk latennya sehingga dibuang dari model.

Nilai loading factor untuk dimensi strategi bersaing (Z1 dan Z2) mempunyai nilai lebih dari 0,5 atau nilai critical ratio lebih besar dari nilai t-tabel yaitu 1,6440 sehingga peubah observed tersebut valid dalam membentuk konstruk latennya. Sedangkan dimensi strategi bersaing (Z3 dan Z4) mempunyai nilai kurang dari dari 0,5 atau nilai critical ratio lebih kecil dari nilai t-tabel yaitu 1,6440 sehingga peubah observed tersebut tidak valid dalam membentuk konstruk latennya.

Tabel 39 Model Pengukuran (Outer Model)

Peubah Indikator Koefisien Peluang

Modal Inovasi (MI) 1. Manajerial 0.534 0.072 2. Peroses 0.956 0.005 3. Produk 0.875 0.001 4. Sumber Internal 0.908 0.001 5. Sumber Eksternal 0.590 0.070 6. Implementasi 0.088 0.052 Modal Manusia (MM)

1. Pengalaman & Kemampuan 0.843 0.009

2. Kepercayaan 0.305 0.239

3. Keahlian Manajerial 0.939 0.000

4. Kegiatan & Prosedur 0.309 0.163 5. Integrasi dalam Perusahaan 0.427 0.175 Modal Pelanggan (MP) 1. Hubungan Pelanggan 0.517 0.138 2. Brand image 0.519 0.235 3. Loyalitas 0.613 0.072 4. Jaringan 0.713 0.015 5. Pengetahuan Pasar 0.314 0.140

Sumber daya Finansial (SDF)

1. Informasi Pasar Keuangan 0.029 0.136

2. Meningkatkan Modal -0.401 0.008

3. Dimensi Akses Pembiayaan -0.605 0.009 4. Pembiayaan Biaya Murah -0.499 0.007 Strategi Bersaing

(SB)

1. Wilayah Penawaran Produk 0.697 0.008

2. Efisiensi Opersi -0.098 0.408

3. Penawaran Harga Bersaing 0.431 0.083 4. Meramalkan Permintaan 0.488 0.024 5. Pertumbuhan Pasar 0.732 0.012 Kinerja Keuangan (KK) 1. Return on Asset -0.034 0.508 2. Nilai Perusahaan 0.583 0.002 3. Pertumbuhan Penjualan -0.014 0.939 4. Return on Sales -0.145 0.017

Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (diolah), 2016

Hasil perhitungan reliabilitas dapat dilihat dalam tabel 40. Peubah sumber daya finansial dilihat dari nilai composite reliability mempunyai nilai lebih besar daripada 0,7. Sehingga semua dimensi sumber daya manusia tersebut reliabel dalam mengukur konstruk latennya.

Hasil perhitungan reliabilitas untuk peubah aset tidak berwujud yang terdiri dari modal inovasi, manusia manusia dan modal pelanggan dilihat dari nilai composite reliability secara berturut-turut sebesar 26.361, 6.153 dan 4.242 lebih besar daripada 0,7. Sehingga semua dimensi dari aset tidak berwujud tersebut reliabel dalam mengukur konstruk latennya. Hasil perhitungan reliabilitas untuk peubah strategi bersaing keunggulan biaya dilihat dari nilai composite reliability sebesar 7.770 lebih besar daripada 0,7. Sehingga semua dimensi dari strategi bersaing keunggulan biaya reliabel dalam mengukur konstruk latennya. Hasil perhitungan reliabilitas untuk peubah kinerja keuangan dilihat dari nilai composite reliability sebesar 1.982 lebih besar daripada 0,7. Nilai average variance extracted (AVE) sebesar 0,450 mendekati 0,5 Sehingga semua dimensi dari kinerja keuangan reliabel dalam mengukur konstruk latennya.

Tabel 40 Composite Reliability

Peubah Koefisien Peluang

Kinerja Keuangan 0.040 0.754

Modal Inovasi 0.845 0.000

Modal Manusia 0.724 0.002

Modal Pelanggan 0.673 0.002

Strategi Bersaing 0.588 0.008

Sumber Daya Finansial 0.403 0.065

Model Struktural Model

Analisis model struktural adalah analisis yang menjelaskan hubungan antara peubah penelitian. Hasil olah data memberikan model struktural secara lengkap hubungan antar peubah berdasarkan nilai critical ratio. Modal inovasi berpengaruh terhadap kinerja keuangan dan strategi bersaing, modal manusia berpengaruh terhadap kinerja keuangan namun tidak berkengaruh terhadap strategi bersaing, modal pelanggan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan dan strategi bersaing sumber daya finansial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan namun berpengaruh terhadap strategi bersaing dan strategi bersaing berpengaruh terhadap kinerja keuangan sebagaimana terlihat dalam gambar 10.

Pengaruh Sumber Daya Finansial dan Aset tidak berwujud terhadap Strategi Bersaing Usaha Komoditas Olahan Rumput Laut

Diagram jalur hubungan kausalitas antara dimensi dan peubah laten sumber daya finansial dan aset tidak berwujud terhadap strategi bersaing, dilakukan melalui hipotesis statistik sebagai berikut.

H0: 11≤ 0 : Tidak terdapat pengaruh positif antara sumber daya finansial (ξ1)

terhadap strategi bersaing (η1) usaha komoditas industri pengolahan rumput laut di Lombok NTB.

H1 : 11 > 0 : Terdapat pengaruh positif antara sumber daya finansial (ξ1)

terhadap strategi bersaing (η1) usaha komoditas industri pengolahan rumput laut di Lombok NTB.

H0 : 12 ≤ 0 : Tidak terdapat pengaruh positif antara aset tidak berwujud (ξ2)

terhadap strategi bersaing (η1) usaha komoditas industri pengolahan rumput laut di Lombok NTB.

H1: 12> 0 : Terdapat pengaruh positif antara aset tidak berwujud (ξ2) terhadap strategi bersaing (η1) usaha komoditas industri pengolahan rumput laut di Lombok NTB.

Berdasarkan tabel 41 diperoleh informasi terkait pengaruh peubah sumber daya finansial dan aset tidak berwujud terhadap strategi bersaing usaha komoditas unggulan Pijar yaitu komoditas peternakan sapi dan industri pengolahannya, budidaya jagung dan industri pengolahannya dan budidaya rumput laut dan industri pengolahannya di Lombok NTB. Nilai koefisien jalur untuk pengaruh sumber daya finansial (SDF) terhadap strategi bersaing keunggulan biaya (SB) sebesar 0,136. Dilihat dari nilai kritis (critical ratio) diperoleh nilai sebesar 0.136. Untuk uji pihak kanan nilai kritis tersebut lebih besar daripada nilai t-tabel yaitu sebesar 1,644 (3,437>1,644). Dengan demikian tolak hipotesis nol, sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan sumber daya keuangan terhadap strategi bersaing usaha komoditas PIJAR di Lombok NTB. Tabel 41 Path Coeficients

Peubah Indikator Koefisien Peluang

Modal Inovasi Kinerja Keuangan 0.370 0.026

Strategi Bersaing 0.060 0.085

Modal Manusia Kinerja Keuangan -0.546 0.124

Strategi Bersaing 0.022 0.858

Modal Pelanggan Kinerja Keuangan 0.168 0.350

Strategi Bersaing 0.004 0.984

Sumber Daya Finansial Kinerja Keuangan 0.270 0.623

Strategi Bersaing -0.482 0.135

Strategi Bersaing Kinerja Keuangan 0.614 0.272

Nilai koefisien jaluruntuk pengaruh aset tidak berwujud (ATB) yang terdiri dari Modal Inovasi (MI), Modal Manusia (MM) dan Modal Pelanggn (MP) terhadap strategi bersaing keunggulan biaya (SB) secara beurutan sebesar 0.449, 0.063, 0.006 . Dilihat dari nilai kritis (critical ratio) diperoleh nilai sebesar 0.772, 1.973, 3.079. Untuk uji pihak kanan nilai kritis tersebut lebih besar dari pada nilai t-tabel yaitu sebesar 1,644. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa modal inovasi tidak berpengaruh terhadap strategi bersaing namun modal manusia dan modal pelanggan berpengaruh terhadap strategi bersaing pada usaha komoditas industri pengolahan rumput laut di Lombok NTB.

Berikut disajikan model persamaan struktural pengaruh sumber daya finansial dan aset tidak berwujud terhadap strategi bersaing keunggulan biaya.

SB = 0,300 SDF + 0,133 ATB

Dilihat dari nilai determinasi untuk pengaruh peubah sumber daya finansial dan aset tidak berwujud terhadap strategi keunggulan biaya diperoleh nilai sebesar 0,125. Ini menunjukkan bahwa peubah strategi bersaing keunggulan biaya dapat dijelaskan oleh peubah sumber daya finansial dan aset tidak berwujud sebesar 12,5 persen sedangkan sisanya sebesar 87,7 persen dijelaskan oleh faktor lain.

Sumber daya finansial tidak berpengaruh positif secara signifikan terhadap strategi bersaing usaha komoditas industri pengolahan rumput laut di Lombok NTB. Hal ini identik dengan hasil penelitian Cater dan Cater (2009) yang menemukan bahwa sumber daya keuangan berpengaruh terhadap strategi bersaing keunggulan biaya. Penelitian Camison dan Lopez (2010) menunjukkan perusahaan kecil dan menengah yang mengoptimalkan sumber daya finansial mampu meningkatkan kemampuan bersaing. Sumber daya keuangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap strategi bersaing. UKM yang ingin berkesinambungan menjalankan strategi bersaing harus memiliki kapasitas sumber daya keuangan yang memungkinkan mereka untuk membuat investasi yang diperlukan untuk memberikan karakteristik pada produk mereka. Sebuah perusahaan tanpa sumber daya keuangan mungkin tidak mampu memenuhi investasi tinggi terus menerus yang diperlukan untuk memberikan nilai produk atau mempertahankan posisi di pasar, dan dengan demikian mungkin terpaksa bersaing dengan harga rendah.

Ketika UMKM mempunyai kapasitas sumber daya keuangan yang baik tentu menjadi modal yang penting dalam menghasilkan produk atau jasa yang juga berkualitas dan UMKM dapat memperbaiki kapasitas strategi bersaingnya dengan menghasilkan produk atau jasa yang efisien melalui proses pembelajaran dan pengalaman yang dimilikinya. Menurut Barney (1997) perusahaan dapat kompetitif jika sumber daya finansial dapat diperoleh sampai batas yang cukup, atau diperoleh dengan cara yang menguntungkan (Clarke 1988). Nachum (2003) mengklasifikasikan kekuatan finansial sebagai firm spesific advantage.

Dilihat dari pengaruh aset tidak berwujud terhadap strategi bersaing, Camison dan Lopez (2010) menyatakan perusahaan kecil dan menengah yang mengelola aset tidak berwujud secara optimal akan memperoleh keunggulan bersaing. Aset tidak berwujud mempunyai pengaruh langsung yang kuat terhadap strategi bersaing. Piercy et al. (1998) dan Morgan et al. (2004), berpendapat bahwa sumber daya (termasuk fisik dan keuangan) dan kemampuan (seperti informasi, membangun hubungan, keterampilan pengembangan produk dan rantai

pasokan) positif mempengaruhi keuggulan posisional (keunggulan biaya, keunggulan produk dan keunggulan pelayanan). Demikian pula, Čater/Pučko

(2006) menyatakan bahwa aset berwujud dan tidak berwujud positif mempengaruhi strategi bersaing. Namun Cater (2009) menemukan aset tidak berwujud khususnya dilihat dari sumber daya manusia tidak berpengaruh terhadap strategi bersaing keunggulan biaya.

Pengaruh Sumber Daya Finansial dan Aset tidak berwujud terhadap Kinerja Keuangan Usaha Komoditas Olahan Rumput Laut

Diagram jalur hubungan kausalitas antara dimensi dan peubah laten sumber daya finansial dan aset tidak berwujud yang terdiri dari Modal Inovasi (MI), Modal Manusia (MM) dan Modal Pelanggn (MP) terhadap kinerja keuangan, dilakukan melalui hipotesis statistik sebagai berikut:

H0 : 21 ≤ 0 : Tidak terdapat pengaruh positif antara sumber daya finansial (ξ1)

terhadap kinerja keuangan (η2) usaha komoditas industri pengolahan rumput laut di Lombok NTB

H1: 21> 0 : Terdapat pengaruh positif antara sumber daya finansial (ξ1) terhadap

terhadap kinerja keuangan (η2) usaha komoditas industri pengolahan rumput laut di Lombok NTB

H0 : 22 ≤ 0 : Tidak terdapat pengaruh positif antara aset tidak berwujud (ξ2)

terhadap kinerja keuangan (η2) usaha komoditas industri pengolahan rumput laut di Lombok NTB.

H1 : 22 > 0 : Terdapat pengaruh positif aset tidak berwujud (ξ2) terhadap kinerja

keuangan (η2) usaha komoditas industri pengolahan rumput laut di Lombok NTB.

Berdasarkan tabel 41 diperoleh informasi terkait pengaruh peubah sumber daya finansial dan aset tidak berwujud terhadap kinerja keuangan usaha komoditas industri pengolahan rumput laut di Lombok NTB. Nilai koefisien jalur untuk pengaruh sumber daya finansial terhadap kinerja keuangan sebesar 0,264. Dilihat dari nilai kritis (critical ratio) diperoleh nilai sebesar 0,795. Untuk uji pihak kanan nilai kritis tersebut lebih kecil daripada nilai t-tabel yaitu sebesar 1,644 (0,795<1,644). Dengan demikian hipotesis nol tidak dapat ditolak, sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan antara sumber daya finansial terhadap kinerja keuangan usaha komoditas industri pengolahan rumput laut di Lombok NTB.

Nilai koefisien jalur untuk pengaruh aset tidak berwujud yang terdiri dari Modal Inovasi (MI), Modal Manusia (MM) dan Modal Pelanggn (MP) terhadap kinerja keuangan secara berurutan sebesar 0.027, 0.057, 0.006. Dilihat dari nilai kritis (critical ratio) diperoleh nilai sebesar 2.379, 2.017 1.335. Untuk uji pihak kanan nilai kritis tersebut lebih besar daripada nilai t-tabel yaitu sebesar 1,644. Dengan demikian hipotesis nol tidak ditolak sehingga, dapat dinyatakan bahwa modal inovasi dan modal manusia berpengaruh terhadap kinerja keuangan namun modal pelanggan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Berikut disajikan model persamaan struktural pengaruh sumber daya finansial dan aset tidak berwujud terhadap kinerja keuangan.

Dilihat dari nilai determinasi untuk pengaruh peubah sumber daya finansial dan aset tidak berwujud terhadap kinerja keuangan diperoleh nilai sebesar 0,017. Ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan dapat dijelaskan oleh peubah sumber daya finansial dan aset tidak berwujud sebesar 1,70 persen sedangkan sisanya sebesar 98,30 persen dipengaruhi oleh faktor lain.

Sumber daya finansial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan usaha komoditas unggulan Pijar (komoditas peternakan sapi dan industri pengolahannya, budidaya jagung dan industri pengolahannya dan budidaya rumput laut dan industri pengolahannya) di Lombok NTB. Hal ini identik dengan hasil penelitian Berge, Bjorvatn, Tungodden (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa sumber daya finansial tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja bisnis.

Hal yang berbeda terlihat dari hasil penelitian C.Lee, K Lee dan Pennings (2001) telah menguji sumber daya finansial berpengaruh positif terhadap kinerja, akan tetapi jika berinteraksi dengan perusahaan lain; lembaga finansial; dan pemerintah berpengaruh negatif terhadap kinerja. Ini berarti, lingkungan eksternal sebagai faktor yang memoderasi sumber daya finansial dan berdampak negatif terhadap kinerja.

Temtime and Pansiri (2004) menyatakan kinerja UKM dipengaruhi oleh kemampuan dokumentasi dan laporan keuangan, investasi yang besar pada aset tetap khususnya saat UKM pada masa pertumbuhan, kemampuan memperkirakan kebutuhan dana, kemampuan menganalisa laporan keuangan dan menilai perputaran profit dan pemanfaatan aset. Alasadi dan Abdelrahim (2007) menyatakan kemampuan sumber daya finansial merupakan salah satu faktor keberhasilan yang berperan terhadap kinerja UKM tersebut.

El-Hamidi (2011) menyatakan bahwa aset tidak berwujud mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja. Peubah sumber daya finansial mempunyai pengaruh postif terhadap kinerja keuangan pemilik usaha wanita maupun pria. Dalam pengukuran sumber daya finansial kemampuan memperoleh pinjaman eksternal yang aman menjadi faktor penentu dalam menjalankan bisnis yang efisien baik untuk usaha yang dijalankan perempuan dan laki-laki, tetapi memiliki dampak yang lebih kuat bagi usaha yang dimiliki perempuan.

Hasil penelitian Ahmad dan Mushraf (2011) menunjukkan aset tidak berwujud berpengaruh postif terhadap kinerja bisnis. Berge, Bjorvatn, Tungodden (2011) aset tidak berwujud mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kinerja bisnis usaha mikro yang mengalami kesulitan. Penelitian Chiao dan Yang (2011) menunjukkan bahwa UKM sebaiknya melakukan investasi aset tidak berwujud khususnya modal inovasi yang lebih besar dalam bentuk riset dan pengembangan untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi. Modal inovasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja, sedangkan modal pelanggan tidak berpengaruh terhadap kinerja.

St-Pierre dan Audet (2010) menunjukkan bahwa aset tidak berwujud tidak berpengaruh terhadap kinerja. Clarke, Seng dan Whiting (2010), hasil penelitian

Dokumen terkait